Setelah menangis semalaman ditemani oleh Minhyun. Pagi ini Anma ke sekolah dengan mata sembab dan wajah muram.
Semenjak menginjakkan kaki di lantai kelasnya ia jadi diam seribu bahasa. Tadi pagi dia sudah diintrogas Yunseong perihal penyebab dari keadaannya sekarang.
Yunseong menceramahinya habis-habisan saat masih berada di teras rumah Minhyun. Lelaki itu baru selesai saat sang kakak menyuruhnya untuk segera berangkat.
Yunseong adalah adik Minhyun, semalam ia menginap di rumah Jungmoo, jadi dia tahu menahu kalau Anma sedang menginap di rumahnya. Pagi-pagi buta kakaknya menyuruhnya untuk pulang, terkejut mendapati mayat hidup yang tengah menyantap sarapan bersama kakaknya.
Sorot mata Anma tak sehidup biasanya. Mimik wajahnya juga tak seceria biasanya. Patah hati memang sesakit itu.
"Nanti pulang bareng gue jangan sama Yeji. Dia mau jalan sama Yeonjun"
Tak menanggapi ucapan Yunseong, Anma hanya melangkah lempeng menuju bangkunya yang tepat berada di samping Herin.
Demi seluruh bintang di galaksi Bimasakti, Anma muak melihat wajahnya. Namun ia mencoba terlihat biasa saja. Ia harus segera menyiapkan diri apabila Herin akan mengejeknya habis-habisan karena kejadian semalam.
Mengingatnya lagi membjat mata Anma kembali memanas. Sebegitu tidak bernilainyakah kehadiran Anma bagi seorang Lee Jeno?
Herin juga nampak gelisah, ia tak enak hati. Niat ingin menyapa ia urungkan karena melihat setetes air mata lolos dari pelupuk Anma.
"Jaem, lo tuker tempat duduk gih sama dia" kalimat Anma barusan berhasil mengambil atensi seluruh siswa yang ada di kelas.
Jaemin mengerutkan kening. "Siapa, An?" Sebagai jawaban Anma hanya menggerakkan dagunya ke arah Herin.
Jaemin yang senang setengah mati tanpa menunggu persetujuan rekan sebangkunya-Lee Jeno, langsung mengangkat tasnya dan berjalan ke arah meja Anma.
Herin mau tak mau juga memindahkan tasnya dan duduk di samping Lee Jeno. Awalnya Jeno tidak menunjukkan reaksi apa-apa, beda dengan Herin yang sudah ketar-ketir dan anak kelas yang langsung berbisik-bisik, menerka sebenarnya sekarang tengah ada apa.
Hwang Anma, bucin nomor satu Lee Jeno sedang membuat Herin, siswi yang belakangan ini dirumorkan berkencan dengan Jeno, berhasil menjadikan keduanya rekan sebangku.
Sebucin itukan Hwang Anma pada Lee Jeno sampai-sampai membantu pemuda tersebut dekat dengan gadis incarannya?
Sepanjang hari Anma hanya melamun atau menelungkupkan kepalanya di meja, sama sekali tak berminat pada penjelasan yang berikan gurunya. Bahkan untuk menatap wajah guru matematika tampan kesayangan para siswi-Oh Sehun, Anma sudah tidak berselera.
Padahal gadis itu terbilang cukup anti dengan matematika. Mengikuti & menjuarai olimpiade matematika semata-mata hanya untuk menatap wajah pria berkulit albino itu lebih lama.
Lihatlah bahkan panggilan sang guru kesayangan ia hiraukan.
"Hwang Anma!" Panggil Sehun sekali lagi dengan lebih keras, namun Anma tak kunjung menanggapinya.
Jaemin yang berada di sebelah Anma langsung menyenggol lengannya. Anma tersentak "Pak Sehun manggil" cicit Jaemin.
"Iya, Pak?"
"Lari keliling lapangan 10 kali!" Nadanya tegas, bahkan Jaemin tak berani protes. Anma juga tak cukup memiliki nyali untuk menginterupsi.
Selain tampan dan kaya, dia juga terkenal killer. Tak ada yang berani macam-macam dengannya atau nilai kalian akan merona.
Anma berjalan gontai menuju ke luar kelas melalui pintu belakang yang tepat berada di belakang bangku Jeno dan Herin.
Herin meringis sementara pemuda Lee terlihat apatis.
Anma memang gadis malas, tapi ia bertanggung jawab. Tak peduli tatapan dan bisikan yang ditujukan untuk dirinya, gadis tersebut terus berlari mengelilingi lapangan outdoor sekolahnya.
Sehun hanya tersenyum kecil dari lantai tiga, sembari matanya mengikuti tiap gerak dari murid favoritnya. Sepertinya lari memang dapat sedikit mengobati patah hati.
Kening Sehun mengerut, wajah Anma jika diperhatikan terlihat sangat pucat. Dan tak lama setelahnya Hyunjin yang berlari secepat kilat menggendong tubuh gadis itu yang matanya terpejam rapat.
Sehun segera berlari menyusul mereka sambil merutuki kebodohannya dan mengumpat karena lift yang ia gunakan berjalan dengan sangat lambat.
Ujung sepatunya tak berhenti mengetuk-ngetuk ke lantai lift. Tangannya ia silangkan di depan dada.
"Mau kemana, Pak Sehun? Terlihat buru-buru sekali"
Ting!
Bersamaan terbukanya pintu lift, ia langsung berlari ke ruang kesehatan yang berada di samping ruang konseling.
Bahkan pertanyaan dari Miss Chungha tak ia gubris sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
「 𝐤𝐚𝐫𝐦𝐚 - 𝐥𝐞𝐞 𝐣𝐞𝐧𝐨 」✔
Fanfiction[𝗟𝗘𝗘 𝗝𝗘𝗡𝗢 𝗙𝗔𝗡𝗙𝗜𝗖𝗧𝗜𝗢𝗡] 𝙸𝚗𝚐𝚊𝚝𝚕𝚊𝚑 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚔𝚊𝚛𝚖𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚊𝚍𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚝𝚞𝚓𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚙𝚎𝚛𝚗𝚊𝚑 𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑! ©nadlynx 2018