Hari ini Jeno ke sekolah dengan motornya. Dengan motor ducati dan jaket kulit membuat kadar ketampanan berpangkat-pangkat. Itulah opini Anma.
Entah disadari atau tidak. Semakin hari Jeno dan Herin semakin dekat, bahkan pemuda es itu terlihat menghangat di samping Herin. Bertolak belakang sikapmya apabila di samping Anma.
Anma sebenarnya sudah sadar. Tapi sekuat tenaga ia coba untuk mengabaikan kenyataan. Biarlah ia kesampingkan dulu perihal hatinya yang berduka. Ia juga mencoba menampik segala prasangka buruk tentang mereka berdua.
"Gue liat-liat si Herin gas pol banget sama Jeno."
"Iya, liat deh makin nempel aja mereka berdua" ujar Somi membenarkan perkataan Nancy.
"Move on aja udah. Capek gue liat lo murung terus"
Anma masih diam, pandangannya mengarah pada dua makhluk berbeda gender yang tengah asik bercengkrama di ujung kelas.
"Lagian cowok brengsek kaya Jeno ga pantes buat lo"
"Jeno ga brengsek ya Som!"
Memang mulut Somi ini sebelas dua belas dengan mulut ibu-ibu di komplek perumahan Haechan. Julid dan suka ghibah. Haechan nafas ada dinyinyirin. Astaghfirullah.
"Ga bisa ngehargain usaha orang apa namanya kalo bukan brengsek?! Selama tujuh tahun lo berjuang, pernah ga sekali aja dia itu mandang kalo lo itu ada?! Liat! Sekarang dia udah deket sama cewek lain dan lo masih mau tetep stuck kaya gini?! Bucin boleh goblok jangan!"
Somi sudah mulai terbawa emosi. Demi Tuhan dia benar-benar tidak rela sahabat baiknya disakiti sedalam ini.
"Cukup" desis Anma.
"Mau aja lo merjuangan bajingan kaya dia"
"STOP IT JEON SOMI!" bentak Anma.
Teriakan Anma tadi mampu memancing atensi siswa yang berada di dalam kelas, termasuk kedua makhluk yang tadi mereka perhatikan.
"LET HIM GO! HE IS JERK!"
"SHUT UP JEON!"
"YOU DESERVE BETTER HWANG!"
Adu mulut antara dua gadis blasteran itu tak dapat terelakkan. Susasana kelas pecah, sekarang sedang free class. Banyak anak kelas lain yang ikut menyaksikan kejadian tersebut dari kaca jendela yang tidak tertutup tirai.
"Stop"
Nancy berusaha mengentikan perdebatan diantara keduanya. Tak mau mereka menjadi pusat perhatian lebih lama.
"Lo boleh ngatain gue goblok dan segalanya. Tapi gue ga terima lo ngatain dia brengsek"
"Emang kenyataannya dia brengsek"
"STOP IT!"
Setelah teriakan Nancy, keduanya langsung terduduk lemas di kursinya masing-masing. Somi yang masih emosi langsung keluar kelas. Para siswa yang bergerombol.di pintu langsung menepi memberi jalan, tak mau menjadi sasaran kemarahan Jeon Somi.
Nancy tak diam saja, dia mengejar sahabatnya yang temperamental itu, tak mau kemungkinan buruk terjadi.
Tak lama kemudian Hyunjin datang mebelah lautan manusia yang masih setia menunggu adegan kelanjutan. Felix dan Jisung akhirnya membubarkan kerumunan itu.
Hyunjin berjalan cepat ke arah Anma dan menyembunyikan wajah gadis itu di dada bidangnya.
Tubuh gadis itu mulai bergetar, Hyunjin muga merasakan bahwa seragam baru yang lima belas menit lalu ia beli ini sudah basah di bagian dada. Anma menangis dalam diam, tak usah berkata, Hyunjin mampu merasakan pilunya.
Pemuda tersebut mengusap kepala Anma dengan pelan, berusaha menenangkan. Seraya matanya menatap tajam pemuda di ujung sana. Tatapan matanya tak terbaca. Tersirat amarah dan juga luka.
Sungguh apabila ia tahu jadinya akan begini, tak sudi ia mengenalkan Anma pada pemuda Lee. Hyunjin menyesal setengah mati.
Kalau saja Jeno bukan temannya, sudah dipastikan jasadnya sudah terurai dalam tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
「 𝐤𝐚𝐫𝐦𝐚 - 𝐥𝐞𝐞 𝐣𝐞𝐧𝐨 」✔
Fanfiction[𝗟𝗘𝗘 𝗝𝗘𝗡𝗢 𝗙𝗔𝗡𝗙𝗜𝗖𝗧𝗜𝗢𝗡] 𝙸𝚗𝚐𝚊𝚝𝚕𝚊𝚑 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚔𝚊𝚛𝚖𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚊𝚍𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚝𝚞𝚓𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚙𝚎𝚛𝚗𝚊𝚑 𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑! ©nadlynx 2018