1.2

13.5K 1.8K 114
                                    

Anma sudah siuman sekitar lima belas menit yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anma sudah siuman sekitar lima belas menit yang lalu. Gadis itu kini tengah bersandar di tembok sembari disuapi Nancy. Padahal dia sudah bersih keras mengatakan kenyang setelah tadi pagi menyantap masakan Minhyun.

Kedua tangan Anma menutup mulutnya, mengisyaratkan bahwa dia sudah tak mau mengunyah. Nancy langsung menaruh mangkuk berisi bubur yang tadi di beli Jaemin ke nakas di samping ranjang.

Somi mengulurkan botol air mineral yang tutupnya sudah ia buka kepada Anma. Gadis itu meneguk pelan liquid bening berkemasan biru dengan logo pegunungan.

"Makan obatnya goblok" cecar Somi sembari memberikan sebutir pil berwarna putih yang Kim Hyunjin kasih pada Anma.

Somi membantu Anma turun dari ranjang sementara Nancy membereskan bekas makan gadis bermanik sapphire yang menyorot redup itu.

Ketiga gadis itu keluar dari ruang Unit Kesehatan dengan langkah gontai. Mereka langsung disambut tatapan cemas dan raut khawatir dari para begundal pengikut Anma—Haechan, Chenle, Jisung, dan Renjun.

"Lo gapapa, Beb?" Kata Haechan tangannya mulai nakal hinggap di bahu Anma yang langsung ditepis kencang oleh kekasih bar-barnya.

"Jauhin tangan kotor lo dari Anma!" kata Somi keras sampai urat lehernya terlihat.

Bilang aja cemburu, bangsat. Batin Anma.

Nancy langsung menuntun Anma tanpa mempedulikan mereka. Agak kesal juga sebenarnya karena Haechan si mulut petasan akan selalu membuat keributan.

"Item mingkem dulu deh. Kasian Anma, pusing denger suara lo" komentar Renjun dengan nada super pedas andalannya.

Akhirnya Haechan diam meskipun masih menggerutu dengan mengusap-usap tangannya yang merah karena ulah kekasihnya.

Haechan sudah memasang tampang memelas berharap Somi akan mengasihaninya, namun gadis bersurai hickory itu malah merasa jijik dan menghadiahi Haechan dengan juluran lidah.

Somi segera berjalan cepat menyusul kedua sahabatnya.

Setibanya di depan kelas, ada Jeno yang sedang membuang sampah kertas di tong samping pintu.

Pemuda itu terdiam memperhatikan gadis bersurai indigo di masing-masing ujung rambutnya tengah berjalan diapit dua gadis berdarah campuran lainnya.

Biasanya Anma akan langsung menghampiri Jeno setiap netra gadis itu menangkap sosoknya. Namun kali ini tidak.

Alih-alih menyapa atau tersenyum seperti biasa, ia hanya melewatinya tanpa memandang pemuda Lee barang sedetik saja.

Bukan hanya Jeno, tapi semua yang menyaksikan momen tadi dibuat kaget keheranan.

Bucin nomer satu Lee Jeno berhasil mengacuhkan idolanya.

Jeno tak bergeming, tercekat. Kenapa dia merasa tak terima diabaikan? Bukannya seharusnya dia biasa saja? Atau mungkin bahagia? Tak ada lagi penggemar berat yang selalu mengganggu hidupnya.

Somi dan Nancy melayangkan tatapan sinis pada sang Lee. Haechan, Renjun, Jisung dan Chenle juga melewatinya begitu saja. Mereka tak bertegur sapa seperti selayaknya.

Jaemin yang baru saja kembali dari kantor karena panggilan Bu Solar juga terlihat enggan menatapnya. Berjalan acuh ke dalam kelas menganggap bahwa Jeno adalah maya.

Ada sesuatu yang salah.

"Jen!"

Tepukan pelan di bahunya membuyarkan lamunan pemuda Lee. Terlihat Herin yang menatapnya dengan wajah bertanya-tanya.

Segera Jeno singkirkan tangan gadis itu yang masih bertengger di bahunya. Berjalan dengan menunduk ke dalam kelas menghiraukan tatapan bertanya dari gadis berlesung pipi di hadapannya.

Saat sedang berjalan ke mejanya pun Jeno memilih untuk menundukkan kepala. Entahlah pandangan seluruh keras menyorot dirinya. Jeno peka, hanya saja dia berusaha bersikap biasa saja.

Namun tatapan menghakimi dari rekan sekelasnya berlangsung lama apalagi saat Herin duduk di sampingnya. Mulai terdengar bisikan-bisikan dari mulut teman sekelasnya.

"Lihatlah, benar-benar tak punya malu"

"Apa mungkin dia sudah kehilangan akalnya?"

"Sialan, ingin ku rebus keduanya hidup-hidup"

Alis Jeno bertaut.

Siapa yang tak punya malu?

Siapa yang kehilangan akal?

Siapa yang ingin direbus?

Biasanya Jeno tidak peduli dengan gosip. Tapi entah, kali ini dia memasang telinganya siaga. Mendengar setiap kalimat cacian yang sepertinya ditujukan untuk dirinya.

Jauh di dalam lubuk hatinya, pemuda Lee tidak menyangkal.

Jauh di dalam lubuk hatinya, pemuda Lee tidak menyangkal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
「 𝐤𝐚𝐫𝐦𝐚 - 𝐥𝐞𝐞 𝐣𝐞𝐧𝐨 」✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang