1. Mimosa

14.8K 1.2K 116
                                    

Halo... Support fanfiction ini dengan meninggalkan komentar dan Vote ya..
(Meninggalkan kenangan mantan juga bisa)

Aku sarankan baca chapter ini sambil denger lagu V & RM - 4 O'clock supaya lebih dapat feelnya.

Selamat membaca 🤗

______________________________________

1.   Mimosa

Entah sudah berapa lama Vivian berdiri memandangi potret Ibu dan ayahnya dari balik kaca bening itu. Yang dia tahu, dia sudah berdiri disini sejak pukul 4 sore.

Belum... Vivian belum mengucapkan sepatah katapun didalam ruangan itu. Karena dia tau... bahwa tak hanya kata yang akan keluar jika dia bersuara, tangis juga akan mengiringi.

Dengan perlahan, Vivian membuka tutup kaca itu dan meletakan seikat bunga Mimosa berwarna kuning disamping guci berwarna putih yang sudah beberapa bulan terletak ditempat yang sama. Bunga favorite ibunya. Bunga yang memiki warna yang sama dengan warna favorite Vivian.

 Bunga yang memiki warna yang sama dengan warna favorite Vivian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Vivian menarik nafas dalam dan mengembuskannya dengan perlahan. "A-Aku merindukanmu... eomma." Kata-kata itu akhirnya terucap dari mulut Vivian yang mengucapkannya dengan suara yang bergetar.

Sudah lima bulan semenjak kepergian ibunya... tetapi luka yang Vivian rasa didalam hatinya.... sakit akan kerinduan yang dia rasakan setiap kali dia memikirkan sosok seorang ibu yang dulu selalu berada disisinya, kenyataan bahwa dia benar-benar sebatang kara, sangatlah menyiksa. Dadanya terasa sesak hanya dengan memikirkan keadaannya saat ini.

Tak terasa, butiran air mata jatuh membasahi pipinya. Tak ada isakan tangis, tak ada suara sendu, tak ada tangis yang meraung-raung. Tak ada suara apapun. Iya... selalu seperti ini. Vivian sudah terlatih menangis dalam diam. Menahan kesedihan yang mendalam dengan tampilan baik-baik saja. Selalu berdiri dengan tegar walau jiwanya hancur, selalu menjadi satu-satunya orang yang tinggal disaat yang lainnya meninggalkan. Seperti saat ini... Dia memendam pilu yang sangat besar tetapi masih bisa berdiri dengan kokohnya.

Air mata yang mengalir dengan deras beserta mata dan hidung memerahnya adalah satu-satunya hal yang menandakan bahwa kesedihan yang dia rasakan sangatlah besar. Hal yang menandakan bahwa dia sedang benar-benar menangis.

Pernah dia berfikir untuk mengakhiri hidupnya. Terlebih ketika dia tau bahwa tidak akan ada satu orang pun yang merasa kehilangan karena kepergiannya nanti. Tidak akan ada orang yang menangisinya, tidak akan ada orang yang datang kepemakamannya atau bahkan tidak akan ada orang yang menemukan jasadnya dirumah itu.

Tapi hal itu dia urungkan ketika lagu terbaru dari boy group yang sudah dua tahun ini dia gemari melantun di speaker bis yang dia tumpangi.

Gwaenchanha ja hana dul set hamyeon ijeo
seulpeun gieok modu jiwo
nae soneul japgo useo
gwaenchanha ja hana dul set hamyeon ijeo
seulpeun gieok modu jiwo
seoro soneul japgo useo

(It's alright, now count 1, 2, 3 and forget
Erase all sad memories
Hold my hand and smile
It's alright, now count 1, 2, 3 and forget
Erase all sad memories
Hold each others hands and smile)

Mendengar lantunan lagu itu kembali menyadarkannya bahwa dia bukanlah satu-satunya orang yang memiliki kesedihan yang mendalam seperti ini. Sembari menarik nafas panjang, dia menanamkan pemikiran bahwa semua akan baik-baik saja didalam otaknya. Bahwa dia mau tidak mau harus melalui semua ini. Terlebih dia tidak ingin mengecewakan ibunya yang telah beristirahat dengan tenang di alam sana.
Bagaimana bisa dia memikirkan untuk mengakhiri hidupnya disaat ibu dan ayahnya tidak memiliki waktu yang cukup untuk menikmati kesempatan agar bisa hidup lebih lama.

"Eomma... Bulan depan aku akan mencari kebahagiaanku." Ucap Vivian yang masih berdiri dengan tegarnya didalam ruangan itu. "Aku akan mewujudkan mimpiku. Aku akan... memetik bunga mimosa secara langsung dan membawanya untukmu." Lanjut Vivian dengan suara yang bergetar. Dia berusaha sekuat tenaga agar tidak ada kesedihan yang lolos dari tiap ucapan yang keluar dari mulutnya. "Terima kasih... karena telah memberikan kehidupan kepadaku." Vivian mengucapkannya sembari menghapus air mata dari wajahnya. "Sekarang aku hidup dengan lebih baik." Lanjutnya.

Vivian menarik nafas sedalam-dalamnya dan menghembuskannya dengan berat. Dia kemudian menutup kaca yang sedari tadi terbuka. "Annyeong..." Ucapnya sebelum melangkah pergi meninggalkan gedung tempat penghormatan itu.

Sepeninggalan ibunya, Vivian tidak tau harus berbuat apa untuk menghidupi dirinya. Bayaran yang dia dapatkan dari quotes, artikel, dan cerita pendek yang dia tulis untuk platform online tidaklah seberapa. Ingin rasanya dia mendapatkan pekerjaan normal pada umumnya dengan gaji yang setimpal, tapi apa daya, dia hanyalah seorang gadis biasa yang bahkan tidak melanjutkan kuliahnya karena tidak sanggup membiayai itu semua. Menyelesaikan bangku SMA saja adalah suatu perjuangan besar yang harus dia dan ibunya lakukan.

Tapi tak disangka. Roda kehidupan memang berputar, karena hidupnya sekarang sudah sedikit lebih baik.
Ini semua dikarenakan lakunya tanah setengah hektar disamping rumahnya, satu-satunya warisan yang ditinggalkan ibunya. Satu-satunya hal bernilai yang mereka miliki. Sesuatu yang sudah lama mereka harapkan untuk dibeli oleh orang-orang kaya yang tinggal di Seoul. Yang syukurlah sekarang telah terwujud.

Uang sebanyak itu... sudah pasti bisa menjamin kehidupan Vivian untuk waktu yang sangat lama. Vivian bahkan sudah merasa bahwa uang itu sudah lebih dari cukup. Karenanya... Hal pertama yang dia pikirkan ketika menyadari bahwa dia harus membahagiakan dirinya adalah... melakukan perjalanan ke daerah kecil yang gambarnya sudah terpampang didinding rumah sederhana Vivian sejak lama. Tempat yang konon adalah destinasi wisata impian ibu dan ayahnya untuk berbulan madu yang sayangnya tidak pernah terwujud.

Menemukan dirinya masih berdiri dan bernafas sampai saat ini membuatnya memutuskan untuk mewujudkan impian mendiang ayah dan ibunya untuk pergi ke daerah indah bak fairy tale itu.
Liguria, Italy.

Dengan memiliki pemikiran bahwa dia akan mencari kebahagiaan di Liguria... Vivian tidak mempersiapkan dirinya bahwa disana dia juga akan menemukan cintanya.

________________________________________

Bagaimana menurut kalian yeorobunnn??

Suka?

MY MI CASA || JIN BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang