Part 47

2.5K 115 1
                                    

Happy Reading

"Sarapan dulu." Suruh ayahnya saat melihat Aletta menuruni anak tangga dengan langkah yang tergesa-gesa. Tidak ada sahutan, Aletta hanya melangkahkan kaki cepat menghampiri meja makan dan meneguk susunya walaupun hanya beberapa tegukkan.

"Begadang?" Aletta menggeleng. "Terus kenapa kesiangan?"

"Letta kecapean. Jadi kesiangan." sahutnya menggenggam tangan ayahnya dan mencium punggung tangan ayahnya. "Letta berangkat." teriaknya berlari keluar rumah.

"Buruan. Telat kita." Ucapnya menaiki motor dayat dan memasang helmnya sembarangan sehingga rambutnya kemana-mana.

"Begadang sih." ucap dayat saat motor sudah mulai melaju.

"Udah. Sama aja, loe juga."

"Iya iya." sahutnya dibalik helm. Dayat kini mempercepat motornya. Melewati kemacetan di pagi senin ini. Mengumpat saat ia terhalang beberapa mobil didepannya.

"Lewat gang." saran Aletta. Dayat mengangguk dan mencoba melewati gang yang dimaksud oleh Aletta. Jalanan pagi ini sangat macet. Ia terus berusaha menerobos kemacetan demi sampai kesekolah tepat waktu sebelum gerbang ditutup. Aletta terus melirik kearah tangannya, menatap jam tangannya. Tinggal lima menit lagi ia akan telat dan akan mendapatkan sapaan oleh gerbang yang tertutup.

"Yat leww..." belum sempat ia meneruskan ucapannya. Kini ia merasa badannya seperti melayang diudara. Matanya terpejam namun ia merasakan badannya tidak seperti berada di atas motor.

BUGHH...

Suara hantaman keras terasa dikepalanya. Bahkan juga terdengar samar-samar suara keras menghantam benda lain. Ia mencoba membuka matanya. Buram, seperti matanya tidak melihat apa-apa.

"Dayat.." panggil batinnya. Ingin rasanya ia memanggil dayat dan menanyakan apa yang terjadi, namun mulutnya tidak bisa bergerak. Penglihatannya semakin buram. Terdengar samar-samr suara orang-orang yang panik. Kepalanya yang sangat pusing dan tidak mampu ia gerakkan, membuatnya hilang kesadaran dan tidak merasakan apapun setelah itu.

●●●●

Tit Tit Tit ..

Alat monitor hemodinamik terdengar mengisi ruangan putih disini. Hening, hingga yang terdengar hanya suara alat tersebut.
Disini, gadis yang terkenal dengan nama Aletta tersebut, tengah terbaring dengan alat bantu pernafasan dihidungnya. Perban juga membaluti kepalanya.

Kini jam sudah terlihat menunjukkan pukul 3 sore. Namun, Aletta belum kunjung bangun. Bukan hanya bangun, ia juga belum bergerak sama sekali. Tidak ada respon gerakkan sedikitpun darinya. Ayahnya kini tengah duduk dikursi sambil terus memegang tangan gadis kesayangannya tersebut.
Kabar bahwa Aletta dan Dayat mengalami kecelakaan ia dapatkan dari panggilan ponsel Aletta.

Lalu,
Bagaimana dengan dayat?
Kondisi dayat berbeda jauh dari Aletta. Hanya mendapat luka dibagian dahi, lutut, dan juga telapak tangannya. Setelah mendapat pengobatan dan perban yang menutupi tangan kanannya, kini dayat sudah berada didepan ruangan Aletta. Duduk bersama kakak perempuan Aletta dalam diam.
Tidak ada kata yang mereka lontarkan. Dayat hanya diam dengan hati yang tidak henti-hentinya berdoa untuk Aletta. Gadis tersebut terluka akibat dirinya.

"Kenapa bisa sih?" tanya kak Lita dengan nada yang terdengar begitu kesal.

"Maaf kak. Maaf." hanya itu yang dapat ia lontarkan.

Aletta ✔ [ COMPLETE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang