Keputusan Danish

4.1K 383 33
                                    

Allah SWT berfirman:
"Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 120)
________________________________________

Syok anafilaktik adalah reaksi alergi yang tergolong berat karena dapat mengancam nyawa penderitanya. Reaksi ini berkembang dengan cepat dan membutuhkan penanganan medis segera ketika terjadi. Syok anafilaktik terjadi dalam hitungan detik atau menit setelah penderita terpapar alergi (alergen).

Alergen adalah zat apa pun yang menjadi penyebab terjadinya reaksi alergi pada tubuh penderita. Reaksi anafilaksis terjadi ketika sistem imun tubuh merespon alergen yang dianggap berbahaya secara berlebihan. Sehingga menyebabkan tekanan darah turun tiba-tiba (syok).

Ini juga bisa berbarengan dengan penyakit yang di derita pasien yang berpotensi tinggi terkena alergi seperti asma dan faktor keturunan.

Itulah penjelasan dari Dokter saat kutanyai keadaan Danish yang sebenarnya saat bertemu di depan ruangan tempat Danish dirawat.

Masih berdiri di depan pintu, terdengar Bu Rosma juga menangis di dalam. Mungkin kekhawatirannya sama denganku atau bahkan lebih besar, Danish adalah anak satu-satunya dan sekarang dia tengah berbaring lemah di salah satu bed stretcher rumah sakit karena kecerobohanku.

"Ibu, Ayah mana?"

Athaya bertanya, kuusap air mata yang terus mengalir di pipi. Menegarkan hati dan menguatkan tekad.

"Ayah ada di dalam, Nak."

"Ayo masuk, Bu! Thaya mau ketemu sama Ayah ...."

Aku mengangguk pelan mengiyakan, perlahan mengangkat tangan meraih gagang pintu. Apa Bu Rosma akan menerimaku? Ah, menerima atau pun tidak. Danish adalah suamiku.

Pintu terbuka lebar bahkan sebelum aku sempat menyentuh gagangnya. Wanita bertubuh tinggi bermanik kecokelatan itu yang membuka.

Sesaat dia menatap dengan datar, namun bukan itu masalahnya. Tapi, tatapan mertuaku yang mengintai di belakang membuat nyali sedikit ciut.

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Bu Rosma bernada sinis. Semburat aura kemarahannya terasa dalam, menatap lekat seolah ingin mengikatku dalam keadaan salah.

"Aku ingin bertemu Danish, Umi. Tolong izinkan aku masuk untuk melihatnya." Kembali air mata mengalir mengatakan maksud kedatanganku. Bu Rosma membuang wajah.

"Jangan, Umi. Dia adalah wanita jahat, yang telah membuat Danish menderita sampai separah ini. Dia tidak pantas bertemu dengan Danish," sela Zahra.

"Danish adalah suamiku, jadi aku berhak menemuinya--"

"Berani kamu bicara seperti itu setelah menyakiti anak Umi?!" Bu Rosma membentak keras. "Umi hampir kehilangan anak Umi satu-satunya! Gara-gara kamu Danish berada di dalam sana! Dia sakit karena kamu, Nika! Karena kamu!"

Lagi ... dia membentak. Keras nada bicaranya membuat semua orang di sekitar kami menoleh.

"Umi, aku berani bersumpah, demi apa pun aku tidak pernah memiliki niat buruk pada Danish. Dia suamiku, Umi. Manamungkin aku berani membuatnya sakit seperti ini." Kuraih satu tangannya, masih berharap Bu Rosma bisa memahami maksud perkataanku.

Namun beliau menepis tangan kasar, dia kembali membentak. "Omong kosong! Sekarang kamu pergi, Umi tidak ingin melihat keberadaan kamu di sini! Pergi!"

"Pergilah, bukankah perintah Umi sudah jelas?" tambah Zahra.

"Tidak, aku tidak akan pergi sebelum melihat suamiku!"

Pernikahan Kedua AnikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang