Sebuah ruangan yang penuh dengan layar monitor yang menampilkan setiap sudut dari asrama akademi militer tersebut terlihat sepi dan hanya dihuni satu orang yang tengah serius mencermati tampilan gambar yang terdapat dalam monitor dan mata zamrud itu memicing saat melihat cctv yang menampilkan sesosok pria yang tidak asing berjalan menuju koridor asrama dan berhenti tepat disalah satu pintu yang ia kenali sebagai pintu kamar salah satu sahabatnya tersebut. Dia begitu risau saat mendengar bahwa kamar Mikasa dimasuki oleh pencuri dan diapun berusaha untuk menyelidikinya sendiri, tapi apa yang ia lihat saat ini membuatnya sedikit bingung saat cctv menampilkan gambar Levi yang memasuki asrama wanita dan menuju kamar Mikasa, terlihat Levi begitu mudah saat merusakkan pintu tersebut yang Eren yakin jika pintu itu tengah terkunci.
"Apa yang dia lakukan tengah malam dikamar Mikasa?" Entah mengapa saat ini dia merasa panas yang mulai membakar dadanya hingga membuat emosinya menjadi labil, pikirannya mulai menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana bisa Levi berada disini sedangkan Eren mendengarnya langsung dari Mrs. Hanji jika Levi tengah ditugaskan keluar negeri bersama komandan Erwin.
'Apa Mrs. Hanji berbohong? Sepertinya tidak mungkin.' pikiran Eren mulai kacau dengan berbagai dugaan yang muncul dikepalanya hingga membuat dirinya semakin kalut.
"Apa kau sudah selesai?" Muncul sesosok wanita berambut pendek berwarna perak dengan kacamata yang menghiasi wajahnya, Eren mengenalnya sebagai penanggung jawab keamanan asrama.
"Ah iya, terima kasih atas bantuannya Mrs. Rico." Setelah berpamitan Eren beranjak meninggalkan ruang cctv tersebut tapi langkahnya terhenti dan tubuhnya kembali memutar kearah Rico.
"Anu... Mrs. Rico apa kau melihat pelatih Levi hari ini?" Meski ragu untuk menanyakannya Eren tetap melakukannya untuk mencari sebuah kepastian. Mendengar pertanyaan Eren membuat Rico terdiam dan berpikir sejenak.
"Tidak untuk hari ini, tapi semalam aku melihatnya."
"Jadi benar itu pelatih Levi." Gumam Eren pada dirinya sendiri tapi masih mampu didengar oleh Rico. Dahi Rico sedikit mengerut saat melihat tangan Eren yang mulai mengepal.
"Jika benar yang memasuki kamar Mikasa dan Sasha semalam adalah Levi mungkin dia sedang merindukan adiknya." Entah mengapa kata-kata Rico tak membuat emosi Eren mereda yang ada dadanya semakin terasa menyesakkan dan panas hingga membuat saluran pernafasannya menjadi tidak stabil.
Langkah Eren begitu tergesa saat melewati lorong dan beberapa kelas, matanya tak henti mencari sosok gadis berambut raven disetiap tempat yang ia lewati dan ia pun tanpa sengaja menyenggol seseorang hingga membuat buku yang dibawa orang tersebut terjatuh.
"Ah, maafkan aku Thomas." Sesal Eren sambil memungut buku pemuda berambut pirang tersebut.
"Sepertinya kau sedang terburu-buru."
"Mikasa, apa kau melihatnya?" Eren mengembalikan buku itu pada Thomas.
"Tidak."
"Ah, begitu." Setelah itu Eren langsung berpamitan pada Thomas untuk kembali mencari sosok Mikasa dan saat ia sampai ditaman belakang asrama ia menangkap sosok Marco disana yang sedang duduk termenung dengan sebuah buku dan pena ditangannya.
"Apa yang sedang kau lakukan disini?" Marco tersentak saat Eren menegurnya, dahi Marco mengerut saat melihat mata Eren yang saat ini tengah memantau segala penjuru taman seakan tak ingin melewatkan sesuatu pun seperti seorang majikan yang kehilangan hewan peliharaannya dan menerka dimana sang peliharaan tersesat.
"Aku sedang mencari inspirasi." Taman memang tempat yang cocok untuk mencari sebuah inspirasi, dimana banyak bunga yang cantik, tempat yang nyaman dan pepohonan rindang meneduhkan yang mampu membuat suasana hati menjadi tenang hingga inspirasi bisa mengalir lebih, itulah mengapa Marco menyukai tempat seperti taman maupun hutan dimana ia bisa menjalankan hobinya menjadi lebih mudah sebagai seorang pengarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Risk of Ackerman
General Fiction(21+) Tubuhnya bergetar saat sentuhan itu semakin turun melewati leher dan berakhir dikancing seragam teratas miliknya, dengan gerakan lambat Levi membuka satu persatu kancing seragam Mikasa hingga semua kancing seragam gadis itu terlepas dan memper...