23. Amarah

6.9K 424 296
                                    

Darah segar mengalir melumuri tubuh tegap hingga merembes mengotori celana panjang yang Levi kenakan, namun Levi masih membeku ditempat dengan mata sayu menatap wajah bengis Mikasa yang sudah dikuasai api kemarahan yang membakar hati dan jiwanya hingga menghilangkan akal sehat gadis itu. Rasa sakit luka tembak di pundaknya tak sebanding dengan rasa sakit yang kini mendera hati Levi disaat ia melihat Mikasa yang benar-benar ingin mencabut nyawanya. Demi apapun Levi rela mati untuk Mikasa, tapi tidak dengan kesalah pahaman seperti saat ini!

Tembakan Mikasa meleset dari target yang ia incar, Sasha lebih dulu menerjang tubuhnya hingga peluru yang dilontarkan Mikasa hanya menembus pundak Levi dan itu tidak akan membunuh laki-laki itu.

"Lepaskan Sasha! Biarkan aku meledakkan kepala bedebah itu!" Mikasa masih mengamuk dan kini Annie ikut andil dengan mencekal kedua tangan Mikasa.

Mungkin benar kata orang jika seseorang dalam keadaan marah maka kekuatan orang tersebut akan berlipat ganda, terbukti dengan apa yang terjadi pada Mikasa saat ini hanya dengan sekali tepis Annie sudah dibuat tersungkur dan Sasha harus rela hidungnya mencium lantai.

"BAJINGAN!" Mikasa kembali mengarahkan pistolnya tepat ke kepala Levi. Namun kembali tubuh Mikasa diterjang tapi kali ini Armin dan Jean yang baru saja datang langsung berusaha mengunci pergerakan Mikasa, Sasha beserta Annie pun turut membantu melumpuhkan Mikasa yang berubah menjadi abaddon tersebut.

Melihat Mikasa yang kesetanan membuat hati Levi semakin teriris, ia melangkahkan kakinya untuk menghampiri Mikasa ingin rasanya memeluk gadis yang paling berharga dalam hidupnya tersebut dan menenggelamkan amarah dalam rengkuhannya, namun langkahnya terhenti saat ia merasakan kakinya dicekal membuatnya menunduk dan melihat Petra yang memegangi kakinya dengan wajah yang berurai air mata. Levi pun tersadar jika saat ini ada hal yang lebih penting dan ia pun memungut kaos dalam serta baju lengan panjang miliknya yang teronggok dilantai, Levi memakaikan kaos tersebut kepada Petra untuk menutupi tubuh polos gadis itu lalu melilitkan baju lengan panjang miliknya kepinggang Petra menutupi daerah intim yang semula terekspos.

Perhatian Levi kepada Petra membuat emosi Mikasa semakin menjadi membuat para sahabatnya harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk bisa mengimbangi kekuatan gadis itu. Levi menyelipkan tangannya diantara bahu dan lutut Petra menggendong gadis itu meninggalkan Mikasa dan lainnya yang masih bergulat.

"HAAAAHHHHGGGHHH... LEPASKAN!!! AKAN AKU HABISI CEBOL BRENGSEK ITU!!!"

"Tenanglah Mikasa!" Jean berusaha menenangkan Mikasa seraya merangkul pinggang Mikasa dari depan untuk menghentikan pergerakan gadis itu, namun Jean tak bisa menahan wajahnya yang bersemu saat pipinya menekan dada Mikasa yang besar dan empuk tersebut.

Selepas itu tubuh Mikasa langsung terkulai lemah hingga menimpa Jean saat gadis itu tak sadarkan diri setelah Annie memukul tengkuknya keras.

"Dia harus segera dihentikan." Ucap Annie membuat Armin, Sasha dan Jean bernafas lega setelah Mikasa berhenti mengamuk.

Levi hanya terdiam tanpa ekspresi saat seorang dokter menjahit permukaan kulitnya setelah mengeluarkan peluru yang bersarang dipundak laki-laki tersebut, pandangannya lurus menatap Mikasa yang terikat dan masih tak sadarkan diri bersandar pada bahu Sasha yang memberikan ekspresi wajah seakan menyesali sesuatu, kini mereka semua diangkut oleh helikopter militer kembali menuju ke paradise tepatnya Mitras.

"Levi." Terdengar lirih saat baling-baling helikopter mengeluarkan suara yang memekakkan telinga.

Mendengar namanya dipanggil membuat Levi menoleh kearah Petra yang telah berganti baju dengan pakaian yang lebih layak, dan kini semua mata tertuju pada sosok Petra yang terlihat seperti orang kebingungan dan lagi-lagi gadis itu menumpahkan air matanya hingga membuat perasaan yang tak mengenakkan bagi semua yang menyaksikan.

Risk of Ackerman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang