15. Hari Keberangkatan

12.5K 568 228
                                    

   Duduk termenung diantara gundukan salju yang memenuhi area taman dengan hati yang gamang, tangannya meremas butiran salju dalam genggamannya seakan menyalurkan kegelisahan yang saat ini tengah ia rasakan setelah mengetahui jika dirinya akan kembali ketempat asalnya dan berpisah dengan seseorang yang akhir-akhir ini bagaikan sekuntum bunga yang terus merekah dengan semerbak wangi yang memenuhi kamar hatinya dan membuat kupu-kupu berterbangan dalam perut tatkala seseorang itu menaruh perhatian terhadap dirinya, tapi kini ia gundah karena mereka akan berpisah sebelum sang pujaan hati mengetahui tentang perasaannya, akan tetapi saat ini nyalinya terlalu kecil bagai anak kucing yang bertemu dengan jenis hewan lain tak ramah jika harus mengatakan sejujurnya tentang isi hatinya.

"Kau disini rupanya." Erd menghampiri Petra yang tengah memainkan butiran salju ditangannya, gadis itu hanya terdiam dengan kehadiran Erd disampingnya. Erd mendudukkan dirinya disisi Petra.

"Sepertinya kau betah tinggal disini, apa karena Levi?" Mendengar pertanyaan Erd membuat Petra menoleh kearahnya dengan mata membeliak.

"Apa terlihat begitu jelas?" Erd hanya tersenyum menimpali, gadis itu kembali bermuram durja. Erd begitu menyayangi Petra, sejak kecil mereka adalah teman dan tumbuh bersama meskipun ia sempat melakukan kesalahan dengan melecehkan gadis itu sebenarnya ia berniat baik tak ingin gadis itu semakin menderita dalam sangkar Tybur jika Petra benar-benar menikah dengan Willy Tybur.

"Katakan saja!"

"Aku tidak memiliki keberanian untuk hal itu."

"Kau tahu, jika tak mengatakannya saat ini kau tidak akan tahu kapan kalian akan bertemu lagi. Setidaknya biarkan dia tahu perasaanmu sebelum kalian berpisah, jika memang kalian berjodoh maka kalian pasti akan kembali bertemu."

"Begitu ya..." Petra menghela nafas panjang hingga terlihat uap hangat keluar dari mulutnya.

.
.
.
.
.

*
.
.
.
.
.

"Komandan!" Erwin menoleh kebelakang saat seorang gadis berpenampilan tomboy memanggilnya dan menghampirinya.

"Ada apa, Nanaba?"

"Komandan, kenapa kau tak menempatkan salah satu Ackerman tersebut pada squad kami? Penangkapan Tybur adalah misi berbahaya dan disamping itu juga para Ackerman tersebut lebih banyak mengetahui tentang Tybur dibandingkan dengan kami, setidaknya biarkan Mikasa berada dalam squad kami." Nanaba mengutarakan pendapatnya, ia tidak mengerti mengapa Erwin membagi squad dengan berat sebelah, menjadikan duo Ackerman itu untuk satu squad.

"Aku pikir kapten Mike juga seseorang yang kuat dan bisa diandalkan, dia memiliki kemampuan yang hampir setara dengan kapten Levi. Aku yakin dia mampu mengemban misi bersama kalian tanpa seorang Ackerman." Awalnya memang Erwin ingin menempatkan Mikasa pada squad yang dipimpin oleh Mike untuk menangkap Willy Tybur akan tetapi situasi saat ini tidak memungkinkan untuk memisahkan Levi dan Mikasa mengingat duo Ackerman tersebut juga mengemban misi lain yang diperintahkan oleh presiden secara langsung.

"Tapi.. tanpa bantuan Mikasa bahkan tanpa seorang anak buah, kapten Levi bisa menyelesaikan sendiri misi tersebut." Nanaba masih bersih keras.

"Nanaba, meskipun kapten Levi orang yang kuat dia tetaplah seorang manusia yang memerlukan bantuan orang lain dan dia tak bisa bertarung sendiri, ia butuh penyokong. Dan squad yang dipimpin olehnya saat ini adalah para kadet yang belum lulus dari akademi, dilihat dari segi pengalaman dan kemampuan bertarung mereka jauh dibawah squad kalian." Mendengar hal itu membuat Nanaba terdiam.

"Disamping itu saat ini kita tak boleh memisahkan Levi dan Mikasa, ini perintah langsung dari presiden." Lanjut Erwin seraya menatap tumpukan salju yang memenuhi halaman markas kepolisian melalui jendela kaca besar disampingnya. Benar, sebelum Mikasa dinyatakan positif hamil mereka tak boleh terpisah.

Risk of Ackerman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang