Dengan nafas terengah dan langkah terseok menahan sakit diarea pahanya tak membuat Jean patah semangat membawa gadis dalam gendongannya ini menuju keluar dari kawasan hutan, ia tak menghiraukan rasa lelah yang menggerogoti setiap sendi dan tulang disekujur tubuhnya, kini dipikirkannya hanya mencari pertolongan untuk gadis ini dan juga untuk dirinya. Jean meringis setelah ia kehilangan banyak darah akibat luka tembak dipahanya, dia bisa mati kehabisan darah jika tak segera ditolong membuat wajahnya semakin terlihat pucat, padahal baru saja mereka lolos dari maut setelah terjun bebas kedasar sungai dan beruntung karena sungai tersebut memiliki kedalaman air yang cukup dalam untuk pendaratan mereka sehingga hanya memberikan efek yang tak begitu berarti meskipun mereka sempat hanyut karena aliran sungai yang deras, namun Jean yang ahli berenang tentu saja bisa mengatasinya hingga ia bisa menepi dan membawa Mikasa bersamanya.
"Jean?" Mikasa yang berada dipunggung Jean mulai tersadar dari pingsannya.
"Akhirnya kau bangun." Terlihat wajah Jean yang penuh kelegaan.
"Turunkan aku."
"Tapi... " Jean keberatan dengan permintaan Mikasa namun gadis itu bersikeras, dan pada akhirnya ia mengalah dan menurunkan Mikasa dari gendongannya.
Mikasa masih sedikit pusing akibat benturan dikepalanya dan Jean menahan tubuhnya agar tak oleng.
"Apa yang terjadi?" Mikasa tidak mengerti mengapa ia merasa sakit disekujur tubuhnya, juga bajunya yang basah. Ia menatap Jean yang terlihat pucat lalu gadis itu terkejut saat melihat paha Jean yang terus mengalirkan darah.
"Kau terluka?" Dengan sigap Mikasa merobek lengan kemejanya membuat Jean terbelalak, lalu gadis itu membalut luka tembak Jean untuk menghambat darah yang mengalir.
"Apa yang terjadi padamu?" Mikasa menatap Jean penuh kekhawatiran hingga membuat pemuda itu bersemu diantara wajah pucatnya.
"Hanya tertembak, sedikit."
Mikasa mengernyit, ia tak ingat apapun setelah ledakan dimobil itu lalu ia tersadar akan sesuatu.
"Dimana Eren?" Pertanyaan Mikasa membuat Jean tertunduk tak berani menatap wajah cantiknya.
"Aku tak tahu, sepertinya mereka membawanya."
"Eren." Mikasa tertunduk lemas, terlihat raut sedih yang kembali dipancarkan oleh gadis itu hingga membuat Jean merasa bersalah.
"Maaf... Ini semua karena aku yang lemah dan lembek, seharusnya aku bisa lebih kuat lagi sehingga semua ini tak terjadi." Sesal Jean.
"Tidak, ini semua bukan salahmu." Mikasa pun membawa tangan Jean melingkari pundaknya.
"Ayo kita pergi." Ucap Mikasa seraya memapah Jean.
Saat ini Jean dan Mikasa menumpang pada sebuah mobil bak terbuka yang menuju kearah kota, sepanjang perjalanan hanya diisi oleh keheningan diantara mereka dimana Jean yang menahan rasa sakitnya dan Mikasa yang tengah sibuk dengan pikirannya sendiri. Jean melirik Mikasa, terlihat darah mengering diantara mahkota hitam segelap malam yang selama ini selalu membuat Jean terpesona akan kilauannya, rambut indah itu kini terlihat kusut namun Jean tak akan berhenti untuk mengaguminya.
"Apa kepalamu masih sakit?" Pertanyaan Jean membuat Mikasa yang semula hanya menatap jalanan kini melirik pemuda itu melalui ekor matanya lalu ia mendesah.
"Kondisimu lebih memprihatinkan." Mikasa menekuk salah satu kakinya yang semula berselonjoran, lalu bersandar pada kepala mobil mencoba untuk lebih rileks. Sejujurnya ia sedikit pusing efek dari benturan ditambah ia terkena paparan sinar matahari secara langsung dalam waktu yang lama tapi apa boleh buat, karena hanya mobil ini yang mereka dapati melintas dijalan dekat hutan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Risk of Ackerman
General Fiction(21+) Tubuhnya bergetar saat sentuhan itu semakin turun melewati leher dan berakhir dikancing seragam teratas miliknya, dengan gerakan lambat Levi membuka satu persatu kancing seragam Mikasa hingga semua kancing seragam gadis itu terlepas dan memper...