"Bisa jadi salah satu dari kalian mandul."
"Mandul?" Mikasa begitu shok saat telinganya mendengar kata menyedihkan itu keluar dari bibir Hanji dengan mudahnya, sedang Hanji menyembunyikan senyumnya dibalik ekspresi wajah sedih yang dibuat-buat olehnya.
"Bagaimana bisa? Apakah itu artinya apa yang aku lakukan dengan Levi semua itu sia-sia?" Lanjut Mikasa dengan memegangi kepalanya yang tiba-tiba berdenyut.
"Sia-sia? Aku rasa tidak. Bukankah kalian merasa enak?" Tentu saja perkataan Hanji membuat wajah Mikasa langsung memerah.
"Lalu apa yang harus aku lakukan?"
"Um... Biarkan aku berfikir, tapi mungkin saja kalian melewatkan masa suburmu."
"Apa itu masa subur?"
Tawa Hanji meledak menggema diruang kerja yang selama ini ditempatinya di markas kepolisian utama Mitras, ia tak bisa menahan gelak saat dihadapkan pada kepolosan Mikasa. Ackerman satu ini begitu menggemaskan!
"Miss Hanji!" Mikasa mengingatkan wanita berkacamata didepannya yang tak berhenti tertawa memukul-mukul meja dengan kepalan tangannya.
"Owh, Maaf... Maaf." Meskipun begitu masih terdengar kikikan yang keluar dari mulut Hanji, lalu ia membetulkan letak kacamatanya yang melorot.
"Kalau kau tidak tahu kapan masa suburmu lebih baik lakukan saja sesering mungkin, aku pikir Levi tidak akan keberatan." Hanji membekap mulutnya setelah ia mengatakan hal itu pada Mikasa, wanita berkacamata itu menahan tawa hingga matanya berair tak kuasa menahan imajinasinya yang liar tentang duo Ackerman tersebut.
"...."
"Lakukan saja setiap hari!"
Mikasa keluar dari ruangan Hanji lalu menutup pintu dengan menghela nafas berat, berdiskusi dengan Hanji membuat kepalanya semakin sakit. Ia berjalan menuju elevator untuk turun kelantai dasar, ketika Mikasa akan memasuki elevator ia berpapasan dengan Moblit yang baru saja keluar dari dalam kotak lift tersebut, pria itu terkejut saat melihat Mikasa dihadapannya, wajahnya memerah dan terlihat kikuk. Mereka hanya saling melempar senyum tapi setelah Mikasa memasuki elevator ia sempat melihat Moblit yang berlari menjauh dengan menyumpat hidung sebelum pintu lift tertutup dan itu membuat Mikasa merasa aneh, ia mengendus badannya sendiri tapi masih wangi. Ada apa dengan orang itu? Saat kotak lift tersebut baru turun satu lantai pintu kembali terbuka, Mikasa sedikit terkejut saat melihat Levi dan Erwin akan masuk kedalam lift yang ia tumpangi membuat Mikasa memundurkan langkahnya hingga mepet kediding lift yang dingin. Bagi Mikasa suasana didalam lift itu terlihat sunyi dan canggung meskipun diisi oleh mereka bertiga, namun hal yang tak diduga oleh Mikasa terjadi disaat Levi menariknya dan langsung melumat bibir Mikasa dihadapan Erwin, tak tanggung-tanggung Levi memberikannya French Kiss panas.
"Apa-apaan!?" Erwin begitu terkejut dengan kelakuan Levi, membuat wajahnya memanas.
Mikasa berusaha mendorong tubuh Levi yang menghimpitnya namun sia-sia, Levi malah semakin gencar memonopoli bibir Mikasa.
"Shit!" Erwin menutup matanya dengan telapak tangannya, ini benar-benar menyiksanya ketika melihat urat malu bawahannya yang sudah putus.
Levi melepaskan pagutannya pada Mikasa saat denting lift berbunyi, dan kesempatan itu tak disia-siakan oleh Mikasa yang kabur sejauh mungkin setelah pintu lift terbuka, lari dari Levi yang sudah tidak waras. Setelah melihat kepergian Mikasa kemudian Levi memperhatikan Erwin yang merunduk gemetar dengan wajah seperti kepiting rebus.
"Ada apa denganmu? Apa kau horni atau semacamnya?" Pertanyaan Levi membuat Erwin melotot kearahnya namun hanya dibalas ekspresi datar andalan Levi.
"KAU GILA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Risk of Ackerman
General Fiction(21+) Tubuhnya bergetar saat sentuhan itu semakin turun melewati leher dan berakhir dikancing seragam teratas miliknya, dengan gerakan lambat Levi membuka satu persatu kancing seragam Mikasa hingga semua kancing seragam gadis itu terlepas dan memper...