Langkah kakinya membelah kerumunan manusia yang berlalu lalang memenuhi jalanan pasar tradisional terbesar di shiganshina tersebut, mata birunya menyusuri setiap stand penjual makanan yang terlihat lezat akan tetapi dari sekian banyaknya penjual makanan yang terdapat di pasar tersebut gadis itu menginginkan donat, kemudian matanya berbinar saat melihat stand penjual berbagai macam kue dan dari salah satu aneka kue yang dijual gadis itu melihat donat yang dia inginkan. Dia membeli beberapa biji untuk dibungkus karena ia ingin membaginya dengan kedua temannya juga gadis penurut itu, akan tetapi saat ia akan keluar dari area pasar ia mulai menyadarinya jika ia telah diikuti oleh seseorang, dengan pembawaannya yang tenang ia mulai menjauhi pasar dan berjalan menuju sebuah gang yang sepi, ia menghentikan langkahnya dan berbalik, namun mata birunya tak melihat sosok seseorang yang menguntitnya sedari tadi tapi ia yakin jika penguntit itu masihlah mengikutinya, penguntit itu bersembunyi. Ia sengaja menggiring penguntit itu ketempat yang sepi agar orang itu keluar dan menunjukkan dirinya.
"Keluarlah, aku tahu kau disana!" Dengan ekspresi datar andalannya ia menantang sang penguntit. Matanya menyipit saat menangkap sosok yang keluar dari balik dinding tembok rumah disalah satu gang tersebut.
"Hai... Annie." Sapa si penguntit seraya membuka tudung kepala yang ia kenakan, mata Annie melebar saat mengetahui sosok laki-laki tersebut.
"Kau."
Armin menatap lurus gadis dihadapannya, ia begitu waspada dengan menjaga jarak aman dari gadis itu. Armin sudah mendengarnya dari Mikasa jika Annie Leonhardt mempunyai kemampuan beladiri yang cukup tinggi bahkan mampu mengimbangi Mikasa.
"Apa maumu?" Annie bersedekap dada matanya tak lepas dari sosok Armin, ia berfikir jika pemuda itu mengetahui namanya itu artinya saat insiden dipasar tadi pemuda tersebut telah mengetahui siapa Annie. Dan entah mengapa kini gadis itu merasa sedikit kecewa dengan pemuda dihadapannya setelah tau pemuda itu pandai berkamuflase.
"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu, dimana Historia Reiss?" Annie hanya terdiam mendengar pertanyaan Armin, hatinya bergejolak tak ingin menghianati sahabatnya.
Angin berhembus menerpa tubuh mereka, membuat tatanan rambut Annie menjadi berantakan, keduanya masih dalam keheningan mencoba untuk menebak pikiran masing-masing. Melihat Annie yang tak menjawab pertanyaannya membuat Armin semakin terlihat gelisah, sebisa mungkin ia menghindari konflik dengan Annie jika gadis itu mau bekerja sama, tapi Armin tau itu tak akan semudah yang ia inginkan, lalu ia mengernyit saat melihat gadis itu tersenyum.
"Tak akan seru jika tak ada pertaruhan." Senyum Annie semakin melebar.
"Pertaruhan?" Armin membeo, apakah gadis ini mengajaknya bermain-main?
"Kau... Siapa namamu?"
"A.. Armin." Annie kembali tersenyum saat pemuda itu tergagap.
"Armin ya...? Akan aku beritahu dimana Historia berada jika kau bisa menangkapku." Annie berbalik dan berlari meninggalkan Armin.
"Apa? Tu.. Tunggu!" Armin berusaha mengejar Annie, dan sialnya jarak mereka semakin jauh. Armin memang tak pandai berlari dan sekarang ia menyesali hal itu.
Annie menoleh kebelakang dan mendapati Armin yang tertinggal jauh dibelakangnya, dan ia kembali tersenyum dengan semburat tipis dipipinya.
"Payah, kalau seperti itu bagaimana bisa kau menangkapku?" Gumamnya.
Langkah Annie terhenti setelah ia melihat seorang yang tak asing baginya tengah berdiri ditengah gang yang sepi dengan jarak sekitar sepuluh meter dari posisi Annie saat ini, orang tersebut menghadang jalan Annie.
"Wajah yang tak asing." Levi mendecih saat mendengar komentar Annie.
"Menyerahlah tanpa perlawanan, dan kami tak akan menyakitimu." Peringatan Levi membuat Annie tertawa, tawa yang dipaksakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Risk of Ackerman
General Fiction(21+) Tubuhnya bergetar saat sentuhan itu semakin turun melewati leher dan berakhir dikancing seragam teratas miliknya, dengan gerakan lambat Levi membuka satu persatu kancing seragam Mikasa hingga semua kancing seragam gadis itu terlepas dan memper...