12. Perasaan

9.9K 622 149
                                    

 

   Mikasa hanya terdiam disudut ruangan yang bernuansa putih dengan aroma obat yang menyengat, ia hanya memandang bosan dengan pemandangan didepannya dimana gadis berambut cokelat tersebut yang terus mengekori Levi kemanapun kakak palsunya itu pergi, entah mengapa Levi jadi lebih memperdulikan kehadiran gadis itu daripada Mikasa dan kenyataan itu menumbuhkan suatu rasa yang menyesakkan dada.

Erwin dengan dibantu Levi dan Hanji mengganti posisi dari rebahan menjadi duduk bersandar pada bantal yang telah ditata dibelakang punggungnya, perut kirinya masih terasa nyeri tapi beruntung baginya meskipun peluru menembus bagian vitalnya dia masih bisa terselamatkan.

"Terimakasih." Ucap Erwin kepada Levi dan Hanji.

"Aku pikir kau mati." Komentar Levi membuat Erwin terkekeh.

"Sepertinya tuhan masih menyayangiku." Kemudian tatapan Erwin jatuh pada Mikasa yang duduk disudut ruangan.

"Levi, bagaimana adikmu bisa disini?" Pertanyaan Erwin membuat semua mata tertuju pada Mikasa, membuat Mikasa merasa tak nyaman.

"Terjadi sesuatu diakademi, dan aku yang membawanya kemari." Penjelasan Hanji membuat Levi mengernyit, dia baru mendengar hal itu dan ia tidak sampai berfikir kenapa Mikasa bisa bersama dengan Kenny datang menyusulnya dan meninggalkan akademi.

"Begitu rupanya. Ternyata di akademi tak seaman yang kita pikirkan. Akan semakin bagus jika dia bergabung dengan kita." Kata-kata Erwin membuat Mikasa menjadi gundah. Bergabung dengan polisi militer saat ini bukanlah pilihan yang tepat untuknya, karena saat ini ia hanya ingin menjauhi orang-orang yang disayanginya agar mereka selamat dan tak mengalami hal buruk tapi entah mengapa ia malah terdampar disini.

"Tentang Tybur..."

"Ah iya, aku sudah mendengar semuanya dari Hanji." Erwin memotong perkataan Levi tentang Willy Tybur.

"Kita akan kembali menyusun strategi untuk menangkapnya." Lanjut Erwin.

"Sebenarnya aku memiliki beberapa informasi yang belum aku ungkapkan kepada kalian." Ucap Petra membuat semua perhatian teralih kepadanya.

"Itu hal yang sangat bagus. Itu artinya kau akan lebih lama lagi bersama kami, bukan begitu Levi?" Erwin mengerling kepada Levi dan membuat Levi menatapnya malas sedang Petra bersemu saat melihat Erwin yang menggoda Levi karenanya.

Mikasa yang melihat hal itu entah mengapa membuatnya merasa muak, ia pun beranjak lalu pamit kepada Erwin.

Mikasa keluar dari kamar inap Erwin dengan perasaan dongkol, Ia tidak mengerti mengapa tiba-tiba suasana hatinya menjadi buruk. Langkahnya pun menggiringnya kesebuah kantin yang terdapat dirumah sakit tersebut, ia butuh sesuatu untuk mengisi perutnya yang mulai keroncongan.

"Sandwich dan Orange juice hangat." Pesan Mikasa kepada pelayan kantin.

"Aku juga sama seperti pesanannya." Sebuah suara  menyahuti yang ditujukan kepada si pelayan.

Dahi Mikasa mengerut saat Petra tanpa persetujuannya memilih duduk dihadapannya, gadis itu tersenyum manis pada Mikasa tapi hanya ditanggapi datar olehnya.

"Senang rasanya bisa bertemu dengan keluarga Levi." Mikasa hanya menatap Petra tanpa Ekspresi saat ia mulai mengerti alur cerita yang akan dia dengar dari gadis dihadapannya.

"Apa kau calon pengantin yang diculik kakakku?" Mendengar hal itu meluncur dari bibir Mikasa membuat Petra bersemu, dia berfikir jika Levi mengatakan sesuatu tentang dirinya pada Mikasa.

"Itu... Tidak seperti yang kau pikirkan." Petra menatap wajah Mikasa, dalam hatipun ia memuji kecantikan Mikasa dengan tubuh yang ramping dan semampai, juga sikap dinginya yang mirip dengan Levi, mungkin karena mereka bersaudara jadi mereka memiliki karakter yang hampir serupa. Tapi Petra merasa aneh dengan tinggi keduanya bagaimana bisa Levi lebih pendek dibandingkan dengan adik perempuannya.

Risk of Ackerman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang