25. Lelaki payah

7.7K 462 195
                                    

Setelah membuka mata Farlan langsung mengganti posisi tidurnya menjadi duduk disebuah kasur empuk yang pasti bukan miliknya, ia mengedarkan pandangan menyusuri kamar asing dimana ia tidur semalam dan ia pun mulai mengingat-ingat jika semalam ia minum bersama Levi hingga ia mabuk dan mulai tak mengingat apapun lagi. Melirik jam dinding yang terpajang ditembok depannya membuat ia mengumpat saat mengetahui waktu sudah menunjukkan tengah hari dan ia baru bangun itu artinya ia bolos kerja untuk hari ini dan pasti Farlan akan mendapatkan omelan dari atasannya, sial! Semua ini gara-gara cebol tengik itu.

Farlan bangkit dari tempat tidur beranjak keluar kamar, ia mengerang seraya merenggangkan otot-otot tubuhnya yang entah mengapa terasa sakit disekujur badan. Sepertinya ia tak tahu jika semalam Levi menyeretnya hingga tubuhnya kini merasakan efek dari seretan tersebut dan Farlan sedikit terkejut ketika mendapati ia tengah berganti baju sepertinya Levi juga yang melakukannya.

"Sial, dia pasti melihat semuanya!" Kesal Farlan dengan wajah memerah saat membayangkan Levi mengganti seluruh pakaiannya.

Farlan berjalan kearah dapur ia mengingat letak dapur tersebut meski ia baru sekali bertandang ke kediaman Ackerman, ia butuh air minum dan juga makanan disaat tenggorokannya terasa kering juga perutnya yang melilit karena ia melewatkan waktu sarapan. Hidungnya mencium bau gurih bercampur manis yang berasal dari dapur membuat Farlan bergegas ketika perutnya semakin berontak ingin diisi, dan ketika sampai diarea dapur Farlan mengernyit saat mendapati seorang gadis dengan apron yang melekat ditubuh mungilnya tengah memasak sesuatu diatas kompor, sepertinya gadis itu tak menyadari kehadiran Farlan. Dalam hati sebenarnya Farlan sedikit kecewa karena tak mendapati Mikasa namun dilihat-lihat sepertinya gadis berambut cokelat karamel ini manis juga, dia kah gadis yang dibicarakan Levi? Kembali Farlan mengumpat dalam hati saat dirinya lagi-lagi dibuat iri oleh Levi yang dikelilingi gadis-gadis cantik semacam Mikasa atau gadis didepannya ini. Farlan berjalan menuju kulkas dan mengambil minuman dingin didalam kulkas tersebut lalu meneguknya dengan mengamati sosok Petra yang masih belum menyadari kehadirannya.

"Apa kau membuat makan siang? Aku lapar." Pertanyaan Farlan mengagetkan Petra hingga gadis itu menjatuhkan sudit dari tangannya.

Begitu melihat Farlan Petra terlihat ketakutan seakan melihat penjahat yang ingin memperkosanya dan itu membuat Farlan tersenyum geli.

"Hei, jangan melihatku seperti itu. Aku bukan penjahat!" Meskipun Farlan berkata begitu Petra masih terlihat ketakutan.

Farlan mendengus, ia teringat ketika Levi mengatakan jika gadis ini mengidap traumatis terhadap laki-laki, tapi Farlan yang notabenenya buaya mempunyai cara jitu untuk membuat Petra tak takut dengannya. Jangan panggil namanya jika Farlan tak bisa melakukannya!

Berjalan sedikit menjauhi Petra kini Farlan menggeser kursi yang terdapat disamping meja makan dan mendudukinya, mata Petra masih awas memperhatikan setiap gerakan Farlan membuat pria itu menahan senyumnya.

"Dimana Levi?" Pertanyaan basa-basi Farlan tak langsung dijawab oleh Petra, gadis itu terlihat menimbang-nimbang apakah ia akan menjawab atau tidak seakan memilih dua jalan bercabang yang akan membawanya ke neraka, terlalu berlebihan!

"Dia... sudah pergi dari pagi." Akhirnya Petra menjawab dengan takut-takut, bila diibaratkan Petra seperti seekor rusa yang bertemu singa.

"Oh... Begitu, lanjutkan saja acara masakmu aku tidak akan mengganggu." Balas Farlan dengan senyum diwajahnya, ia tahu jika Levi sekarang berada di markas kepolisian. Dia hanya memancing gadis ini agar mau berbicara dengannya.

Lama mereka saling terdiam dengan Farlan mengamati punggung Petra yang masih berusaha menyelesaikan masakannya, gadis itu terlihat kaku dan canggung. Setelah Petra mematikan kompor suara benturan keras mengagetkannya dan ketika ia menoleh kebelakang ia terkejut saat mendapati Farlan telah terjungkal bersama kursi yang tadi didudukinya, ekspresi kesakitan Farlan yang terlihat lucu ternyata mampu membuat Petra mengembangkan senyumnya dan gadis itu pun beranjak membantu Farlan yang tak juga berusaha untuk bangkit.

Risk of Ackerman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang