Jemu.
Itulah yang dirasakan oleh Historia saat ini, ia hanya duduk terdiam diatas ranjang pasien disalah satu ruang rawat inap VIP dirumah sakit Mitras, punggungnya bersandar pada bantal yang telah disusun senyaman mungkin untuknya namun ia masih tak merasakan kenyamanan itu disaat sang ayah berada disisinya seperti sekarang ini, entah mengapa meskipun presiden Rod Reiss adalah ayah kandungnya namun Historia merasa tak mengenal ayahnya sendiri karena mereka yang jarang berinteraksi layaknya keluarga pada umumnya.
"Aku sudah mendengarnya, jika Braun menculikmu atas dasar cinta. Tindakannya memang tak terpuji dengan menculikmu tapi sepertinya aku bisa memakluminya maka dari itu aku tak menuntut apapun kepada keluarganya." Historia hanya terdiam mendengar penuturan ayahnya.
"Aku jadi berfikir untuk menguatkan hubungan kedua negara bagaimana jika kau menikah dengannya?" Mendengar hal itu membuat Historia menatap ayahnya tak percaya.
Inilah mengapa Historia membenci kehidupannya, ia selalu melalui waktu layaknya sebuah boneka yang dimainkan oleh orang lain dan sialnya ia selalu tak berdaya dengan tetap mengikuti keinginan si penggerak boneka. Karena ia tak memiliki kuasa apapun!
"Perasaan manusia memang tak bisa disalahkan." Kalimat Rod Reiss membuat Historia tertunduk, jika benar begitu bagaimana dengan perasaan yang ia rasakan?
"Kau akan aku carikan pengawal baru untuk keamananmu, tewasnya Ymir membuatku berfikir jika seorang pengawal biasa tak akan cukup jadi..." Historia tak lagi mendengarkan apa yang diucapkan ayahnya setelahnya, pikirannya sedang kacau tak bisa membayangkan jenis tekanan perasaan macam apa lagi yang akan ia dapatkan jika memang dirinya akan menikah dengan Reiner. Ingin rasanya ia mati saja!
.
.
.
.
.*
.
.
.
.
.Bibirnya mengerucut ditambah dengan alis bertaut efek dari perasaannya kini yang tengah kesal saat ia mengetuk pintu dari kediaman baru Ackerman, ujung kakinya yang dibalut sepatu kulit mengetuk-ngetuk lantai dengan tangan yang bersedekap menandakan ia tak sabar menunggu pintu tersebut terbuka. Waktu telah lewat setengah menit dan pintu tersebut masih belum ada tanda-tanda akan dibuka membuatnya hendak kembali mengetuknya dan dalam hati ia akan memaki si tuan rumah jika saja ia bertemu dengannya nanti, namun saat tangannya terjulur akan mengetuk pintu itu kembali tiba-tiba pintu tersebut terbuka dan menampilkan sesosok gadis cantik bersurai hitam yang menatapnya penuh tanda tanya, ia meneguk ludah saat memperhatikan penampilan si gadis dari ujung kepala hingga ujung kaki, bidadari kah? Gadis itu mengenakan hot pants hingga membuat kaki jenjangnya yang putih terekspos dan dipadukan dengan T-shirt putih polos berkerah lebar memamerkan tulang selangka yang menggoda, pakaiannya terkesan santai namun terlihat seksi hingga membuat Farlan terkesima.
"Siapa?" Terdengar dari dalam rumah sebuah suara yang Farlan kenal.
Mikasa tak menjawab pertanyaan Levi, ia tak tahu siapa laki-laki yang bertamu dirumah mereka kali ini hanya saja wajah laki-laki ini terlihat tidak asing untuknya. Dan Mikasa tidak suka melihat tatapan laki-laki ini terhadapnya yang terlihat seperti seorang bocah diiming-imingi permen.
"Oh, kau." Ucap Levi saat ia melihat Farlan didepan pintu rumahnya.
Mikasa menyuguhkan teh juga kue kering untuk cemilan pada Levi dan Farlan yang kini berada di gazebo taman belakang kediaman Ackerman, mata Farlan tak lepas dari sosok Mikasa yang menawan hingga membuat Levi berdeham dan menatap Farlan tajam.
"Aku tak menyangka jika dia akan tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik." Ucap Farlan dengan sorot mata yang masih mengikuti pergerakan dari sosok Mikasa yang meninggalkan mereka memasuki rumah, ia tak menghiraukan Levi yang mendelik kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Risk of Ackerman
General Fiction(21+) Tubuhnya bergetar saat sentuhan itu semakin turun melewati leher dan berakhir dikancing seragam teratas miliknya, dengan gerakan lambat Levi membuka satu persatu kancing seragam Mikasa hingga semua kancing seragam gadis itu terlepas dan memper...