02 [FS] - be aware

6.5K 998 381
                                    

Ready?

•••

"Kegelisahan takkan menyatukan dua rasa yang kerumitannya tak terlihat. ketika waktu berlalu, akan binasa beriringan dengan api yang meremukkan hati, lalu hadir kembali sebagai bayang-bayang jati diri."

•••

Sudah dua bulan sejak terpilihnya Antares menjadi kapten basket. Akhir-akhir ini harinya masih sesuai jadwal. Berjalan lurus seperti yang diharapkan. Tenang, tak memedulikan kericuhan yang terjadi karena Firman dan ekor-ekornya memutuskan untuk keluar dari ekskul. Hal-hal kecil seperti itu takkan bisa mempengaruhi emosinya. Di kelas pun mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan damai walau terkadang Jino ricuh minta contekan baik untuk tugas biasa maupun ulangan harian.

Berjalan di belakang koridor, ia berhenti karena berpapasan dengan cewek berambut lurus dan panjang.

"Eh, kakak kapten basket yang keren dan super kutub. Ganteng banget sih kak hari ini," ujarnya dengan riang.

Tatapan Antares langsung tertuju pada nametag-nya. Amerta Rasian T.

Ia mengalihkan pandangan dan mulai berjalan mengabaikan Amerta.

Tak disangka cewek itu malah mengikutinya. "Kak Antares ternyata orangnya napsuan, ya? Baru pertama kali ketemu eh matanya udah jelalatan," ujar Amerta yang terkesan menyindir.

Antares mendelik. Apa tampangnya tampak seperti itu?

Tak mau repot-repot memperdebatkan hal-hal yang sedikit sensitif, Antares hanya menjawab dengan dengusan singkat. Ia terus berjalan sambil melirik Amerta yang terus mengikutinya. Kalau ingatannya tidak salah, cewek ini awal masuk sekolah dulu sempat membuat geger sekolah dengan gambarnya.

Oh kok Antares tau, sih?

Gini-gini dirinya juga up to date karena Jino yang suka bergosip.

Cewek ini sesuai dengan definisi cantik dari Antares, besar peluangnya membuat phobia Antares kambuh. Bahkan saat ini saja dia sudah berkeringat dingin.

"Kakak mau ke kelas?" tanyanya sambil menghalangi Antares menaiki tangga.

"Hm."

Mungkin karena Amerta terlalu jengkel dengan sikap Antares yang tidak sopan dan terkesan mengabaikan, Amerta akhirnya berkata, "Tadi gue ngeliat Pak Adri ngomong sama si Kak Altair, nyariin lo."

Antares menaikkan satu alisnya. Kebiasaan yang dilakukan selagi berpikir. Hal apa yang membuat Pak Adri mencarinya pagi-pagi seperti ini? Masalah ekskul? Anak-anak baru yang daftar ekskul?

Tanpa banyak berpikir lagi ia melangkahkan kaki menuju ruang guru. Mengabaikan Amerta yang menggerutu kesal. "Susah ya nunjukin kebaikan ke orang kek dia! Mana nggak mau liat muka gue lagi! Liatnya malah kemana-mana dasar cowok!"

Antares tentu mendengarnya.

Bukan begitu, Amerta...

~°o°~

"Ada apa, Pak?"

"Firman sama temen-temennya mau keluar dari ekskul karena kamu yang jadi kapten." Mendengar itu, Antares mengernyit. Tanpa Pak Adri mengatakan, ia juga sudah tahu.

Fearfulove ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang