Now Playing : Jake Miller - I Wish You Didn't Love Me
~°o°~
"Prinsip orang bisa sama. Langkah yang masing-masing ambil pun sesuai dengan prinsip mereka agar bisa mencapai tujuannya dengan lurus tanpa membuang banyak waktu."
~°o°~
Antares mengucapkan terima kasih pada seorang penjual minuman dingin di kantin. Dengan kedua tangan yang membawa dua minuman rasa lemon, cowok itu berjalan menghampiri Clara yang tak henti menepuk pipi keras bahkan memukuli kepalanya sendiri.
Cowok itu tidak bisa menahan kekehan melihat kepanikan Clara karena menyesal telah melakukan hal yang sangat berani di hadapan banyak penonton.
"Kenapa gue ngomong itu bodoh banget! Apa yang gue pikirin sampai senekat itu! Apa gue refleks ya?"
Antares mengendikkan bahu menjawab pertanyaan Clara. "Nih minum dulu."
Mata Clara menatap Antares horor. "Jangan-jangan lo udah ngasih gue jampi-jampi buat ngikutin semua perintah lo, ya!"
Antares menyentil jidat Clara. "Jangan ngada-ngada lo. Nggak usah sok melotot gitu jatohnya lo jadi kayak kuntilanak keriting ngeliat rambut lo yang ngembang itu."
Cowok itu menghembuskan napas kasar ketika melihat tatapan Clara masih terus tertuju padanya dengan penuh tanda tanya.
"Terserah lo mikir gimana yang penting lo tenang, nggak berisik lagi."
Clara mengerucutkan bibir. Dibenahinya kacamata bulat yang sedikit melorot sebelum membuka minuman yang diberikan Antares. Cewek itu sedikit terkejut ketika tutup botol terbuka dengan gampang. Ia menatap Antares yang sudah membukakan segel minuman miliknya.
"Jangan salah paham! Itu dibukain bapak yang jualan."
Clara tertawa. "Lo nggak kelihatan lemah sampai-sampai bapak itu ngebukain tutup botol buat lo."
Antares yang diam saja sambil melirik ke arah lain membuat Clara menggelengkan kepala. Sudah beberapa kali cowok ini buat baik tetapi sama sekali tidak ingin menunjukkannya. Entah mengapa sikapnya ini membuat Clara semakin penasaran.
Setelah meminum tiga teguk, ia kembali berisik. "Sumpah gue malu banget sama temen-temen lo. Besok gue nggak usah masuk sekolah aja!"
"Ngapain lo malu?"
"Ya malu, lah. Lo liat gimana heroiknya gue tadi. Kalau lo jadi penonton, lo anggap gue gimana pas gue dengan lantangnya nyuruh Reta jangan gangguin lo?"
Tanpa pikir panjang cowok itu menjawab dengan seringaian puas. "Kalo gue jadi penonton ya gue anggap lo suka sama itu orang lah sampai tahap tergila-gila."
Mendengar itu Clara menutup kedua telinganya kencang. "Cukup! Gue nggak bisa bayangin kalo semua orang mikir gitu!"
Antares berdehem untuk menetralisir rasa gelinya. "Harusnya lo lebih malu pas udah bersikap heroik gitu, eh lo malah melarikan diri kayak pengecut. Untung lo cewek."
Clara meletakkan kepalanya di atas meja. "Ya gimana lagi. Gue malu banget habisnya Jino malah jadi provokator gitu. Satu lapangan jadi cie-ciein." Membayangkannya lagi membuat Clara deg-degan. Ia tidak pernah merasakan euforia ini karena kehidupan sekolahnya sangat serius, ketat, dan menuntut pembentukan attitude yang berkualitas.
Kehidupan sekolah yang sebenarnya dialami Clara tidak pernah seheboh dan frontal ini, bahkan ketika membintangi film dan sinetron bertema anak sekolah pun tidak sebebas apa yang dilakukannya tadi karena semua sudah diatur dalam skenario.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fearfulove Scenario
Teen FictionWelcome to the pieces of heart that can't be united~ Bukan keinginan Clarabella Rosagris terkenal sebagai aktris pendatang baru tetapi dengan cap pansos! Tak ingin berlarut-larut dalam skandal kontroversional bersama seorang aktor, ia berusaha menik...