Part 9

1.8K 52 3
                                    

Maret, hari libur di musim semi tiba.
Jennifer bergegas membereskan pakaiannya lalu menuju terminal. Ia tidak membawa begitu banyak pakaian, hanya satu atau dua saja sebagai penggantinya saat pakaian yang ia kenakan kotor.

Bus itu melaju sangat kencang hingga beberapa jam saja ia sudah sampai di tempat yang ia tuju. Sebuah pantai tempat biasa mengadakan pesta besar-besaran bagi anak remaja, tak terkecuali dengan orang dewasa dan mahasiswa. Bahkan kabarnya pesta tahunan ini sudah memikat dan mendatangkan banyak turis wisatawan asing.

‘Welcome to Panama City Beach’

Jennifer tersenyum bangga. Sudah tiga kali ia mengunjungi tempat ini secara rutin. Tak pernah ada rasa malas atau bosan. Justru ia sangat menanti acara ini dari tahun ke tahun.

Tradisi spring break di Amerika Serikat begitu melekat dengan kehidupan kalangan mahasiswa. Hajat pesta para remaja pada liburan singkat musim semi dikenal pula dengan sebutan pesta gila yang penuh kebebasan.

“Jennifer ...,” sapa seseorang yang baru saja turun dari bus yang kedua. “Rupanya kamu ikut acara ini juga.”

“Eh-hi.” Jennifer tak bisa menyembunyikan rasa girangnya melihat sosok Michael. “Tentu saja aku ikut. Apalagi ini pesta tahunan yang selalu kutunggu sejak dulu.”

“Oh, ya? Kamu sering ikut?”

“Tentu.”

“Sejak kapan?”

“Sejak aku masuk kuliah, sekitar tiga tahun lalu tak pernah absen.” Jennifer tersenyum. Pandangannya kembali pada sebuah gambar ‘selamat datang’. Kemudian ia melangkahkan kakinya.

Michael mengikutinya dari belakang. Kedua tangannya memegang tali tas yang melingkar. “Kamu dengan siapa?”

“Aku sendirian.” Jennifer tak berkata apa-apa lagi.

“Kalau begitu ... bagaimana kalau kita satu kamar saja,” usul Michael.

“Why not?”

Di pantai Panama Beach ini begitu lengkap, dari mulai klub hingga losmen tersedia. Persyaratannya hanya satu, harus mempunyai uang untuk menyewa dan menikmati semua kebebasan ini.

Beberapa saat kemudian Michael dan Jennifer telah sampai di sebuah losmen. Tidak terlalu kecil dan juga tidak terlalu besar, hanya tersedia satu ranjang yang cukup untuk satu pasangan. Namun tempatnya sangat strategis, dari kaca kamarnya bisa menembus ke pantai.

Jennifer merebahkan badannya di atas kasur. Ia kelelahan setelah seharian berada di dalam perjalanan, termasuk Michael. Mereka melemaskan otot-otot yang masih tegang sisa perjalanan hari ini.

Saat malam tiba, gempita pesta mulai terdengar, dentuman musik menembus kaca jendela hingga membuat Jennifer dan Michael terbangun dari tidur sorenya.

“Sudah mulai,” ucap Jennifer coba berdiri mengumpulkan sisa-sisa nyawanya.

“Let’s party, girl!” Michael bersemangat.

Setelah semuanya siap, Jennifer dituntun oleh Michael menuju pantai. Sudah banyak orang yang berkumpul. Ratusan hingga ribuan orang bersorak ramai memecahkan keheningan malam.

Michael hanya mengenakan celana dalam saja, sementara Jennifer memakai bikini yang paling seksi. Tubuh mereka bergoyang mengikuti alunan lagu disko.

Dalam pesta spring break tahunan ini, pemandangan yang terkesan liar sangat terlihat. Hampir seluruh peserta terus bergoyang dan menikmati suasana liburan musim semi itu, termasuk Jennifer dan Michael. Bahkan pemandangan aneh kalau ada yang berpelukan satu sama lain dengan sangat mesra dan bergairah, dan bahkan para gadis-gadis lain berdansa dengan gerakan-gerakan menggoda hanya dengan berbikini super mini.

Mereka berdua akhirnya kelelahan dan memutuskan untuk mengakhiri pesta tanpa batas ini. Keduanya saling merangkul dan duduk di tepi pantai, sesekali saling beradu pandang.

“Why? Like me?” tanya Michael menggoda Jennifer.

“No! Jangan terlalu percaya diri.”

Michael tersenyum simpul. Kemudian ia bangkit dari duduknya dan berjalan pelan. Hal itu membuat penasaran Jennifer, dengan cepat ia pun berdiri dan mengejar Michael.

“Mau ke mana?”

“Aku mau minum-minum dulu sekadar menghangatkan badan. Kamu mau ikut?”

Jennifer menyeringai. Ia mengerutkan keningnya dan berpikir sesaat. “Boleh.”

Klub-klub malam pun tak kalah ramainya oleh pengunjung pantai, tidak satu atau dua kali saja Michael melihat klub sudah penuh. Bahkan ia berjalan dari satu gedung klub menuju gedung lainnya sekadar untuk minum bir.

Di ujung pandangnya, Michael melihat satu klub yang tidak terlalu ramai pengunjung. Jarak dari klub ke pantai Panama yang sedang melakukan aksi spring break agak jauh, mungkin karena itulah klub ini sepi dari pada klub-klub yang dekat dari pantai.

Michael memasuki ruangan sambil bergandengan dengan Jennifer. Kemudian ia memesan dua gelas bir kepada bar tender. Tak lama, minuman itu tersaji di hadapan mereka.

Meskipun pengunjung di klub ini tak seramai yang lain, namun alunan disko terus saja bergema memekakkan telinga. Tak jarang pula pengunjung klub ini memamerkan kemesraannya, sekadar bercium atau saling peluk tanpa busana.

Di akhir malam, mereka menuju losmen lagi untuk beristirahat. Menyiapkan tenaganya untuk esok pagi bergoyang kembali dan menikmati pesta spring break.

Black  Business: Lady Escort √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang