Part 24

1.3K 27 5
                                    

Suasana pagi di Amerika saat itu sangat mencekam. Para penduduk setempat diberi jatah libur nasional. Tetapi jalan dan beberapa tempat yang seharusnya ramai kini tampak kosong, sepi tak berpenghuni. Para warga lebih memilih untuk diam di rumah menghabiskan waktu libur dengan menonton televisi.

Hari libur nasional ini diberikan oleh Mc. Hayden dengan syarat menonton acara yang akan disiarkan secara langsung di semua stasiun TV. Hampir semua masyarakat dibuat bingung, mengapa harus menonton televisi.

Seorang jurnalis, karib dari Michael menyalakan televisi. Sekitar pukul 09.00 waktu New York semua acara sama. Seorang reporter yang tengah mengabarkan berita pagi ini.

Baiklah pemirsa. Sebentar lagi detik-detik akan dilangsungkannya hukuman mati bagi tersangka Michael karena tuduhan salah kepada Presiden Mc. Hayden. Di belakang saya sudah ada sepuluh algojo memakai senapan serbu jenis M416. Sebelum penembakan itu dilakukan, ada permintaan khusus dari Michael. Berikut harapannya.

Untuk penduduk yang saya cintai. Percayalah, saya tidak melakukan kesalahan apa pun. Saya hanya menemukan bukti-bukti yang konkret atas tuduhan itu semua. Terbukti atas nama Daniel mempunyai simpanan uang berjumlah milyaran dolar di Central Bank of Rusia. Apa kalian rela, uang kalian dari pajak harus ada di negara lain?” Michael tak gentar, ia berbicara dengan berapi-api. Harapan hidupnya tinggal menunggu beberapa detik lagi. “Cukup saya saja yang menjadi korban dari kebrutalan pemerintah sekarang. Jadikan darahku sebagai semangat juang untuk reformasi yang lebih baik lagi dari sekarang. Tidak ada diktator, tidak ada korupsi, tidak ada kolusi. Kita akan bahagia—“

Ucapannya terpotong, ia tergeletak saat peluru menembus jantungnya. Salah seorang algojo mengambil tindakan lebih cepat sebelum Michael berkata lebih lama dan membongkar kebobrokan Tuannya. Tiba-tiba saja layar televisi menjadi hitam. Tak ada gambar lagi.

Di sisi lain, Jonathan yang menonton televisi juga marah. Emosinya meluap-luap tatkala melihat dengan mata kepalanya sendiri Michael ditembak. Namun bukan cuma Jonathan dan teman karib Michael. Hampir semua masyarakat keluar dari rumah serentak.

Mereka berbondong-bondong memadati gedung putih, tempat di mana Mc. Hayden berada. Tidak kurang dari 3 jam setelah kematian Michael, lebih dari 3 juta kepala manusia berkumpul, berteriak, bahkan melakukan aksi anarkis menuntut mundurnya Mc. Hayden kursi nomor satu di Amerika tersebut.

“Turun! Turun! Turun! Manusia jenis apa kau Hayden!”

“Turun kau! Rakyat tak ingin punya Presiden seperti kau!” teriakan orang-orang meluapkan kekesalan pada Hayden.

Aksi bakar ban hingga membakar foto-foto Hayden begitu ramai. Langit Amerika yang tadinya cerah kini mendadak kelabu, diselimuti amarah rakyat yang sejak sekian lama merasa dibohongi oleh pemerintah.

Sementara di depan, para pasukan polisi dan tentara sudah bersiaga. Mereka saling berhadapan satu sama lain. Kini, Amerika seperti sebuah arena gladiator, tampak mengerikan. Perang saudara kini semakin memanas, bentrokan antar warga dan aparat tak terelakkan lagi. Ribuan korban melayang dari penduduk sipil dan juga aparat, menyusul kepergian Michael yang lebih dulu.

Melihat situasi tak kunjung membaik, beberapa hari berikutnya pengunjuk rasa semakin bertambah banyak, akhirnya Hayden mengundurkan diri dari jabatannya sebagai seorang Presiden. Ia tak mau konflik ini semakin bertambah parah.

“Saya, Mc. Hayden dengan ini menyatakan mundur dari jabatan saya.” Nadanya lesu, tak ada gairah seperti saat pertama kali dilantik. Kemudian berjalan mundur dari atas mimbar.

Sorak-sorai terdengar di seluruh penjuru Amerika meneriakkan kemenangannya. Kematian Michael adalah kemenangan Mc. Hayden, tetapi awal kehancuran bagi dirinya sendiri.

***

Beberapa bulan berlalu, kondisi Amerika Serikat mulai membaik. Banyak tamu dan wisatawan asing mulai berkunjung kembali ke negeri Paman Sam tersebut. Jonathan membawa dua ikat bunga yang telah ia beli sebelumnya di tepi jalan.

Ia berjalan pelan menuju tempat peristirahatan terakhir Jennifer dan juga Michael yang saling berdekatan. Di ujung pandangnya ia melihat dua orang perempuan dan satu orang lelaki berdiri menatap makam Michael.

“Maaf, kalian siapa?” tanya Jonathan keheranan.

“Saya orang tuanya Michael.” Papa tersenyum sambil mengulurkan tangan. “Dan ini temannya saat berada di Rusia.”

“Natalia,” timpa gadis manis seraya tersenyum. “Saya juga yang membocorkan tentang rekening gendut kepada Michael.” Tiba-tiba saja wajahnya berubah menjadi sedih.

“Oh, ya. Saya Jonathan. Teman sekaligus seperti saudara dengan Michael dan Jennifer.”

“Senang bertemu denganmu, anak muda,” puji Papa.

Jonathan tersenyum, kemudian dia berjongkok di atas makam keduanya sembari memberikan seikat bunga. Tidak lama dia berdiri kembali. ‘Kalian selalu dikenang di hati kami, rakyat Amerika,’ batin Jonathan dengan senyum penuh kepalsuan menahan sedih.


●TAMAT●

Black  Business: Lady Escort √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang