2. Show Me Your Songs, Kids!

356 50 15
                                    

Hari ini seluruh siswa sibuk dengan dirinya masing-masing. Membawa gitar akustik mereka, bernyanyi sendiri, dan ada juga yang berteriak kesal karena salah nada atau lirik.

Masing-masing dari mereka memegang beberapa lembar kertas not balok, sebuah lagu yang telah mereka ciptakan untuk menampilkannya di hadapan pengawas ujian akhir semester. Ya, sebenarnya, mereka telah membuat album mereka masing-masing, entah itu album solo, atau bersama band mereka. Tetapi hanya satu lagu yang akan mereka tampilkan, agar lulus dari ujian akhir kelas 11 ini.

Tidaklah mudah untuk mendapatkan nilai yang mencukupi, mereka tidak hanya harus membawakan lagu mereka dengan datar begitu saja. Harus ada variasi ketika mereka membawakannya. Aspek yang di nilai adalah Falseto, Dinamika, Tempo, Ekspresi, Emosi. Mereka dituntut agar meluapkan seluruh jiwa mereka ke dalam sebuah lagu. Jika mereka tidak lulus, sangat sulit sekali untuk meminta nilai perbaikan, mungkin tugas yang akan diberikan Mr. Mark Hoppus, tentu saja, tiga kali lipat lebih berat.

Mr. Mark Hoppus selalu menilai murid-muridnya di setiap ujian besar. Dia tak mau memiliki murid yang cacat akan musik ketika anak muridnya lulus. Dia ingin mendapatkan kesempurnaan, selalu.

Mr. Mark berjalan melewati setiap koridor dengan kacamatan hitam berbatang corak kulit jerapah. Dia berjalan dengan santai memakai celana jeans hitam dan kaus abu-abu bergambar gurita, selalu.

"Hey kid, you should take it easy, don't press it too over." Mr. Mark memberi saran pada seorang laki-laki yang sedari tadi tengah memejamkan matanya, berusaha memasukan jiwanya ke dalam lagu yang dia buat.

Anak itu pun terhenti dan wajahnya terlihat kaget, dia menyeringai. "Oh okay, Mr. Uhm, You look so great!"

"Yeah, I know, kid. I know." Balas Mr. Mark yang berjalan semakin jauh.

"Oh my fucking God, Tom! I've ever said to you, stop drinking when you're at your exam!" Mr. Mark mengerutkan dahinya, menasihati murid yang sudah ia anggap sebagai teman karibnya.

"Hm, yeah? Uh, sorry Dude, I forgot your words. But don't distrub me, I'll sing in front of you, Mark. Don't make me nervous." Balas Tom dengan mata telernya. Tom memang pemabuk berat, dia sering terkena skors dari Mr. Mark secara terpaksa. Dia tak pernah memanggil kepala sekolahnya itu dengan kata "Mr." karena mereka sering sekali minum bersama di luar sekolah.

"Be serious, you motherfucker." Mr. Mark melanjutkan langkahnya. Meninggalkan Tom bersama gitarnya.

"Everybody's working so hard. This is really makes me happy." Katanya ketika melihat pada sekelilingnya yang dipenuhi remaja penggila musik. Berbagai warna genre musik berlalu-lalang di telinganya.

Akhirnya dia sampai di Auditorium khusus untuk sebuah musikalisasi, drama musikalisasi, atau ujian seperti sekarang.

Dia menuruni anak tangga yang dibalut karpet merah maroon. Melewati kursi penonton berwarna yang sama dengan anak tangga. Kursi penonton di Auditorium ini menjorok ke bawah, dan luas. Cukup untuk menampung seluruh peserta ujian.

Dia duduk di kursi juri. Sendiri, dia menilai. Seorang staff tata usaha memberinya papan penilaian. Dan mulai berlari meninggalkan Mr. Mark untuk mengumumkan bahwa waktu ujian telah tiba.

Tak lama, satu persatu, sampai siswa-siswa bergerombol memasuki ruangan luas ini. Mengisi bangku-bangku yang kosong.

"Okay!" Mr. Mark menghela nafasnya di atas panggung. "Remember to what I've said to you all. About everything to pass your last exam in your 11." Muridnya hanya mengangguk mengerti, dan terlihat mantap akan hasil yang telah mereka buat.

We Are Too Fabulous For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang