9. Is This a Date?

171 22 4
                                    

Hujan turun dengan deras, memaksa Hayley dan Patrick tinggal di Kedai Ramen lebih lama lagi sampai hujan mereda.

Mereka duduk berhadapan di meja yang berdekatan dengan kaca jendela restoran yang transparan.

"Jadi, kau sering berkunjung kemari?" Tanya Hayley yang tengah memeluk secangkir teh panas dengan kedua telapak tangannya.

"Tentu saja, tidak banyak restoran Jepang di LA." Balas Patrick.

"Sepertinya kita akan terkurung disini lebih lama?" Tebak Hayley.

Patrick mengedarkan pandangannya ke luar jendela di sisinya. "Jelas sekali, kau tidak mau kehujanan, bukan?"

"Tidak mau." Balas Hayley cepat. "Ramen nya lama sekali datang."

"Sabar sedikit, cewek gulali."

Hayley mengerinyit kesal, "Hey! Berhenti memanggilku seperti itu!"

Patrick tertawa melihat respon Hayley, "Ya ampun, aku tidak akan berhenti memanggilmu seperti itu, cewek gulali."

"Hello guys, this is your ramens. Thank you and enjoy your dinner." Seorang pelayan tersenyum ramah membawa baki dan menyajikan pesanan di meja Hayley dan Patrick.

"Okay, thank you." Balas Hayley saat pelayan selesai menyajikan.

"Selamat makan!" Patrick mengangkat sumplit miliknya.

Hayley hanya tertawa kecil dan mulai kebingungan dengan apa yang harus ia campurkan ke dalam mie Jepang-nya. Melihat Patrick memasukan saus dalam botol, ia juga mengikuti hal yang sama.

"Whoa, kau juga suka pedas?" Tanya Patrick yang masih mengaduk ramennya.

"Karena kau melakukan hal yang sama?" Hayley bingung harus menjawab iya atau tidak, karena dia tidak yakin.

"Baiklah, kita lihat siapa yang menyerah duluan." Tantang Patrick.

"Oke." Balas Hayley.

Baru saja menyuapkan ramen sumplitan pertama, Hayley sudah kepedasan setengah mati. Patrick hanya tertawa melihat tingkahnya, karena Patrick suka ramen pedas dan tidak masalah dibuatnya. Hayley minum lemon tea nya hingga habis.

"Patrick, are you gonna kill me, hah?!" Hayley meremas rambutnya geram kepedasan.

Patrick tertawa, "Siapa yang menyuruhmu memasukkan saus sambal sebanyak itu?"

"Shut up! Ah!" Geram Hayley.

"Asal kau tahu saja, pedas itu memang tidak baik bagi pita suara, tapi jika kau sudah terbiasa, itu malah akan membuat suaramu lebih baik. Aku sedikit berhati-hati juga dengan pedas, tapi, kurasa itu malah membuat suaraku lebih baik. Asal jangan kau minum yang dingin saja setelahnya." Jelas Patrick yang masih asyik memakan ramen.

Hayley terus merasa-rasakan panas di bibirnya yang sedikit demi sedikit hilang. "Oh ya? Seberapa yakin? Bahkan yang tadi saja hampir membunuhku."

"Itu terserah kau, lebih sering, maka kau akan terbiasa atau bahkan menjadi suka." Balas Patrick.

Hayley diam, dan memandangi ramennya. Ia memberanikan diri mengambil sumplit di pinggir mangkuk, lalu kembali memakan ramen dengan cepat.

"Ya ampun! Pedas sekali!" Hayley berteriak. Dia menelan, menyuapkan, mengunyah ramennya lagi dan lagi. Tak memperdulikan rasa pedas di mulutnya.

"Kenapa kau teruskan?" Patrick tertawa seraya menghabiskan kuah ramen.

"Aku tidak tahu! Diam saja!" Hayley memejamkan matanya menahan pedas, namun rasa kuah dan mie nya sangat enak, membuatnya ketagihan. Ia menyeka butir-butir keringat di keningnya.

We Are Too Fabulous For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang