Sudah satu minggu dan usaha Avril dan Hayley masih tak membuahkan hasil. Benar-benar tersembunyi.
Jika Hayley menemukan laki-laki menyebalkan itu, ia bersumpah akan mencekiknya. Dia pikir dia siapa? Mau bermain petak umpat denganku? Dasar bocah tolol. Umpatnya dalam hati.
Avril masih mencari si laki-laki tersembunyi yang dimaksud Mr. Mark dan Katty. Saking ia rajinnya memeriksa ke setiap kelas, sekarang ia hafal betul satu persatu nama teman-temannya di sekolah.
Pierre membantu Avril tetapi sama saja, sia-sia. Pierre telah mencarinya ke setiap ruangan, termasuk tolilet setiap harinya (Yah kali-kali saja dia bersembunyi disana). Avril kehilangan semangatnya.
************
Hayley Williams
"Kau benar, Swift. Aku sudah di ambang batas kegilaan sekarang." Hayley meremas rambutnya asal.
Swift berhenti mengunyah sarapannya, "Jangan seperti itu, lagi pula masih ada satu minggu lagi!"
"Aku bisa gila, benar-benar gila." Hayley menjatuhkan wajahnya pada kedua tangannya di atas meja.
"Ayolah, kau pasti bisa, Hays." Taylor Swift meneguk Diet-coke milik Hayley.
*********************
Hayley Williams
Saat bel pulang berdering. Hayley bertemu dengan Chad di lorong kelas instrumental gitar. Hayley memeluk Chad erat, meluapkan seluruh kekesalannya akan tantangan Ms. Fabulous yang menjadi beban berat baginya.
Hayley tak pergi kemana-mana, ia ingin sendirian di sekolah, tanpa Chad. Ia duduk di bangku taman, memandangi sekitarnya. Sekolah ini membuatnya tenang dan nyaman.
Dia melihat Gerard Way yang sedang membuat grafiti lainnya di dinding luar kelas olah vokal. Kelasnya berada di sebelah utara taman, kelas pertama pada lorong itu yang bersebrangan dengan ruang logistik.
"Gerard Way!" Hayley berteriak memanggil.
Gerard mencari suara yang memanggilnya, dan tersenyum kemudian setelah melihat Hayley melambai-lambaikan tangan padanya. "Hey!" Gerard melambaikan tangan kanannya yang memegang kuas cat.
"Come here!" Hayley berteriak seraya menepuk-nepuk bangku yang masih menyisakan ruang di sisinya.
Gerard Way tersenyum dan meletakkan alat lukisnya di lantai. Dan berlari kecil sebelum duduk di samping Hayley.
"Lukisan yang hebat! Berdarah seni yang kuat." Hayley memandang lukisan dan grafiti-grafiti lainnya.
"Biasa saja kok. Tapi, terimakasih." Gerard Way tersenyum.
Hayley menghela nafasnya. "Gerard, apa kau yakin kau bukan orang kutu buku dan tersembunyi itu?"
Gerard terkekeh, "Aku memang suka membaca buku-buku filosofi. Tetapi, buku yang kubaca sedikit dan jarang sekali. Dan soal tersembunyi, menurutmu aku diam di lorong-lorong kelas dengan cat lukis dan pylox, memakai sihir agar tak terlihat?"
Hayley tertawa, "Oh bodohnya aku. Kau ini seniman, siapa yang tidak tahu Gerard Way di sekolah ini, benar?"
Gerard tertawa seraya menutupi wajahnya. "Ya ampun, kau ini berlebihan." Rambut kuningnya seperti lemon, tertiup angin membuatnya seperti tokoh anime Jepang.
"Ya, ya aku memang berlebihan. Hm, tinggal enam hari lagi." Hayley mengembuskan nafasnya berat.
"Oh, hey, kau masih memiliki waktu banyak! Jangan khawatir, kau pasti akan menemukannya!" Gerard menyungingkan senyum tulusnya.
"Yeah, I know." Keluhnya. "Gerard, kau bisa melukis dinding itu kembali. Eh, bukannya aku mengusirmu, tetapi bagaimana jika warnanya keburu kering?" Tambahnya.
"Oh, kau benar. Aku harus pergi ke sana. Sampai jumpa Hayley, semoga berhasil!" Gerard berlari meninggalkan Hayley.
Hayley tersenyum, dan kembali memandangi sekitarnya. Ia memandangi atap gedung kelas instruments yang sudah lama ia tak kunjungi.
Sedikit udara segar di atas sana mungkin bisa membantu? Katanya dalam hati. Lalu bangkit dari duduknya.
Hayley melangkahkan kaki kirinya mengikuti pasangannya menaikki anak tangga terakhir.
Hayley mengeha nafas, "Lelah juga."
Hayley berjalan menelusuri ruang terbuka yang luas ini, rambut dan kausnya berkibar-kibar tertiup angin. Disini banyak tanaman hijau, menambah kesejukkan udara.
Hayley berdiri menopangkan telapak tangannya pada tembok pembatas, berdiri memandang bangunan-bangunan Los Angeles beserta kesibukannya.
"Last year wishes, are this year apologies,
Every last time I come home,"
Suara nyanyian dengan gitar menghentakkan diri Hayley. Ia membalikkan badannya refleks.
"I take my last chance to burn a bridge or two
I only keep myself this sick in the head
‘Cause I know how the words get you,"
Hayley mendekati sumber suara dengan hati-hati, ia mendekati tempat di balik kaca raksasa berbentuk pyramid.
"We're the new face of failure
Prettier and younger but not any better off"
Suaranya terdengar semakin dekat. Hayley menaruh telapak tangannya pada kaca sebelum dia mengintip. Hayley menyembulkan kepalanya untuk melihat.
"Bulletproof loneliness at best, at best"
Laki-laki itu berkacamata, dan bertopi Newsboy Cap hitam. Dia memakai kaus abu-abu polos yang memperlihatkan kulit putih mulusnya, jeans hitam dan sepatu senakers hitam bergaris putih.
"Me and you, setting in a honeymoon
If I woke up next to you, if I woke up next to you"
Hayley memperhatikan laki-laki itu, dia rasa dia tidak pernah melihat anak itu. Laki-laki itu bernyanyi sambil memejamkan matanya dan memainkan gitarnya. Tidak menyadari keberadaan Hayley yang kini tengah menyembulkan setengah badannya dari balik kaca pyramid sisi kanan.
"Me and you, setting in a honeymoon
If I woke up next to you, if I woke up next to you."
Laki-laki itu terkejut dengan pandangan kilatnya barusan, lalu ia kembali melihat pandangan yang memperlihatkan perempuan berambut oranye menyala.
"Hey, there?" Dia bertanya pada Hayley yang diam seperti patung.
Hayley mengerjap-ngerjapkan matanya kemudian menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. "Eh, apa aku mengganggumu?" Hayley menyeringai.
"Tentu saja." Jawabnya dingin.
"Ehm, baiklah, aku akan pergi kalau begitu." Hayley mulai membalikkan badannya perlahan.
"Tunggu, Hayley Williams." Laki-laki itu berkata mengejutkan Hayley. Dia mengetahui nama Hayley?
"Ya?" Hayley berdiri mematung.
"Mau kemana kau setelah menemukanku? Membuat pengumuman?" Tanyanya ketus.
Hayley mengerinyit, "Eh, apa? Aku tidak mengerti? Aku mau turun ke bawah dan pulang."
"Tidak bisa begitu! Ke sini!" Laki-laki itu memerintah yang membuat Hayley menurut mendekat. []
-------------------------------------------------------
A/N
Hey makasih yang udah bacaa!!! Saran kritik vomments selalu ditunggu! Semoga sukaaa!! ILYASM! <3
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Too Fabulous For You
FanfictionMusical Poet High School. Di sini cerita bermula. Mempertemukan dua gadis remaja yang sama-sama memiliki suara hebat, cantik, mahir memainkan alat musik. Mereka berdua sering dibanding-bandingkan oleh siswa lain, karena mereka berdua sudah menjadi d...