Chapter 7: Alergi

4.3K 526 8
                                    

Update pagi karena akan lebih baik jika sarapan dengan yang manis-manis. Lalu ada juga peribahasa mengatakan: "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Sakit karena TLS dulu, senang karena Amour kemudian."
.
.
.
.
.
Chanyeol masih tetap setia menunggu di ruang tamu milik keluarga Park, tentu saja bukan rumah orang tuanya melainkan rumah calon mertuanya. Terkadang untuk menghalau rasa bosan dirinya kerap kali memainkan kunci mobilnya atau memandangi setiap perabotan yang ada di ruangan tersebut. Pandangannya mulai teralihkan ketika melihat Clare, calon ibu mertuanya, baru saja ke luar dari kamar kekasihnya.

Pria itu berdiri. "Bagaimana, Bibi?"

Clare menggeleng. "Dia tetap tidak mau kau temui, Chanyeol-ah. Bibi khawatir, meskipun dia sakit, tetapi alergi tak akan membuatnya harus selalu di kamarnya terus, kan? Seharian ini dia tidak mau ke luar."

"Boleh aku langsung masuk ke dalam kamarnya?"

"Apa?" tanya Clare meminta Chanyeol mengulang kalimatnya. Pria itu langsung gelagapan seketika.

"Tidak tidak, maksudku, aku hanya ingin menemuinya. Aku janji tidak akan macam-macam," sahut Chanyeol cepat dengan rona tipis menghiasi wajahnya.

Clare terkekeh pelan. "Tidak usah malu begitu, Chanyeol-ah. Bibi percaya kepadamu. Masuklah, tapi jangan kau paksa bila memang dirinya tidak ingin bertemu denganmu."

Chanyeol mengangguk paham dan segera beranjak pergi menuju kamar di mana kekasihnya tengah terbaring lemah di sana. Tanpa mengetuk pintu Chanyeol memasuki kamar tersebut, berusaha membuka dan menutup pintunya sepelan mungkin agar tidak ketahuan. Dia berjalan mendekati sebuah single bed di tengah ruangan tersebut. Di atas ranjang itu terlihat seorang gadis berambut blonde yang tergerai berantakan dengan seluruh tubuh hingga nyaris bagian kepalanya tertutup oleh selimut tebal.

"Hei," sahut Chanyeol membuat gadis itu sedikit terkejut, terlihat dari punggungnya yang sekilas agak menegang. "Kenapa kau tidak ingin menemuiku?"

"Pergilah."

Pria itu menghela napas. "Aku datang ke sini untuk menjenguk keadaan kekasihku. Kenapa justru dia tidak menghargai jerih payahku yang harus membatalkan janji makan siang bersama teman-temanku hanya untuk datang ke sini, ya?"

Gadis itu masih tidak menjawab. Akhirnya Chanyeol mengalah, ia duduk di tepi ranjang dan tangannya menyentuh bahu kekasihnya itu.

"Chaeyoung," Chanyeol memanggil nama kekasihnya. "Jangan bersikap seperti ini. Kau jadi menyebalkan bila sedang sakit, apa kau tahu?"

"Aku malu," akhirnya Rose menjawab perkataannya juga dengan nada bicaranya yang seperti biasa.

"Untuk apa malu? Kau kan pakai baju," Chanyeol sedikit bergurau.

"Kalau aku menunjukkannya, aku ingin kau janji."

"Janji apa?" tanya Chanyeol bingung.

"Janji untuk jangan memutuskan hubungan kita."

"Pfft!" Chanyeol tidak bisa menahan tawanya.

"Aku serius!"

"Ya ya ya, kita tidak akan putus. Sekarang berbaliklah, aku ingin melihat wajah kekasihku."

Gadis itu beranjak bangun, namun masih dengan posisi membelakangi Chanyeol. Hal itu membuat Chanyeol sedikit bingung sampai akhirnya Rose benar-benar membalikkan tubuhnya.

"Lihat ini!" seru Rose sambil menunjuk ke arah wajahnya. "Inilah alasan kenapa aku tidak ingin menemuimu, Chanyeol oppa. Aku malu. Dan aku takut bila kau melihat wajahku, kau akan segera berpaling ke gadis lain."

Chanyeol terdiam dengan menaikkan sebelah alisnya. "Hanya karena itu?"

"Hanya karena itu katamu? Aku tahu kok kalau kau sebenarnya ingin tertawa melihat wajahku yang dipenuhi bentol dan bekas garukan yang memerah ini serta bibirku yang jadi sedikit membesar. Jangan bohong!" tukas Rose penuh kekesalan.

Tiba-tiba Chanyeol tak bisa menahan tawanya lagi dan hal itu jauh membuat Rose semakin kesal saja.

"Tuh, kan! Kau pasti hanya menahan tawa sedari tadi karena melihat bentol-bentol di wajahku ini. Pasti aku terlihat jelek," gerutu Rose yang nyaris menangis dan itu membuat tawa Chanyeol terhenti.

"Dengar, aku tertawa bukan karena wajahmu," Chanyeol menepuk puncak kepala Rose. "Ucapanmu yang membuatku tertawa," jawaban pria itu semakin tidak dimengerti oleh sang kekasih, karena itu ia kembali melanjutkan.

"Tutup matamu."

"Apa?"

"Tutup saja," kata Chanyeol mengulangi.

Meski masih merasa bingung, tetapi Rose tetap menurutinya. Hingga kemudian gadis itu bisa merasakan sapuan halus pada keningnya dan itu membuat Rose  membuka lebar kedua matanya. Chanyeol baru saja mengecup bentol memerah yang ada di kening Rose.

Chanyeol menatapnya. "Chagiya, mau seberapa jelek pun wajahmu, itu tidak akan mempengaruhi perasaanku. Kau tetap cantik kok. Entahlah, apakah aku mencintaimu karena kau cantik atau kau cantik karena aku mencintaimu. Menurutmu yang mana?"

"Entahlah," gumam Rose sambil mengalihkan wajahnya ke arah lain, berusaha tak membiarkan Chanyeol melihat rona kemerahan di wajahnya. Bukan karena alergi, tapi karena ucapan Chanyeol.

TBC
.
.
.
Langsung lanjut ke next chapter. Btw nanti malam gue akan publish ff baru berjudul Mistress.

AMOUR✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang