Chapter 10: Sibuk

3.8K 496 44
                                    

Kira-kira sudah hampir 10 jam Rose berada di kamar apartemen milik Chanyeol, tepatnya ia tiba sejak pukul 9 pagi. Tak ada banyak hal yang ia lakukan selain mondar-mandir dari kamar sang kekasih menuju dapur hanya untuk minum atau mengambil cemilan. Sayangnya, isi kulkas Chanyeol benar-benar kosong dan hanya menyisakan sebotol besar air dingin. Jadi, mari coret bagian mengambil cemilan.

Astaga, Chanyeol benar-benar keterlaluan. Rose bersungut dalam hati. Pantas saja pria itu lebih memilih memesan makanan dari luar untuk makan siang dan makan malam mereka alih-alih memasaknya sendiri seperti biasa. Dan sudah pasti hanya ada alasan khusus mengapa seorang Park Chanyeol menjadi makhluk super malas mentang-mentang pria itu diberi libur selama 3 hari ini.

"Game terus," protes Rose sambil memandang lurus ke arah Chanyeol yang duduk di depannya. Kedua tangan pria itu sibuk memegang joystick dan tampak jelas sangat menikmati permainan sepak bola online yang ada di depannya itu. "Kau mengabaikanku berjam-jam, oppa."

"Ya ya, taruh saja di meja sana."

Apa sih.

"Kalau kau sibuk main game terus akan lebih baik jika aku tidak di sini alias pulang saja," Rose menggerutu. "Belakangan ini kau kan sibuk menggelar konser EXplOration di berbagai negara sampai sulit membagi waktu denganku. Sekarang giliran kau diberi libur setelah konsermu selesai, hal pertama yang kau lakukan saat aku sudah ada di sini adalah main game sepak bola berjam-jam?!"

"Chagiya," Chanyeol bicara tanpa melepas pandangannya dari layar monitor. "Semua pria butuh hobi untuk melarikan diri dari beban pekerjaannya, dari kehidupannya yang keras, dari kekasihnya yang bawel--maksudku, dari hal-hal yang bisa memicu stres. Seharusnya kau paham itu. Lagipula aku hanya main game selama 10 jam kok. Targetku selesai 12 jam."

"Kau pasti gila!" Rose melotot. "Kau selalu sibuk sekarang. Sibuk kerja juga!Sedikit-sedikit konser, sedikit-sedikit fanmeeting. Begitu saja terus sampai aku bisa memakan alpukat."

"Aku sibuk kerja untuk dapat uang," Chanyeol menarik napas pelan. "Sekarang apa yang akan terjadi jika aku tidak menggelar konser, fanmeeting, dan lain-lain?"

"Em ... kau tidak dapat uang."

"Apa yang terjadi jika aku tidak dapat uang?" tanya Chanyeol.

"Kau ... miskin," jawab Rose ragu-ragu.

"Nah," Chanyeol tersenyum puas sebelum menyengir. "Memangnya kau mau punya suami miskin?"

Jelas sekali kalau Chanyeol menggodanya.

"Kata siapa?" Rose balik menantang. "Memangnya nanti aku mau menikah denganmu?"

Chanyeol mendengus. "Terserah. Aku hanya berpikir realistis. Sebesar apapun cintamu kepadaku, kau pasti akan berpikir dua kali jika aku menikahimu dengan keadaan ekonomi yang kurang. Apa kau bisa membayangkan jika aku mulai sepi job lalu kau yang harus kerja keras sampai sakit-sakitan, lalu anak kita kesusahan untuk mendapatkan susu formula?"

"Astaga! Kau kebanyakan nonton drama atau apa sih, oppa?!"

Pria itu tertawa. "Aku bilang kan realistis. Pasti kau tidak mau hal-hal seperti itu terjadi, kan? Tenang, aku tidak menilaimu penggali emas atau semacamnya. Menurutku wajar saja jika wanita berpikir untuk mencari suami yang berkecukupan dalam materinya. Aku juga tidak akan membiarkanmu hidup susah selama kita bersama."

" ... "

"Jadi, kau sudah paham kan kenapa aku rela sibuk kerja keras kalau perlu sampai sakit-sakitan? Semua itu aku lakukan untukmu juga."

"Jadi ... ," Rose tidak bisa menahan senyum. "Kau ... benar-benar ingin menikahiku?"

Chanyeol menaikkan sebelah alisnya, ingin menggoda kekasihnya itu lagi.

"Kata siapa? Itu kan hanya contoh saja. Kalau aku makin kaya, aku pasti mencari wanita yang lebih cantik, lebih seksi, dan lebih-lebih lainnya daripada dirimu."

Puk!

Satu lemparan bantal mendarat di kepala Chanyeol.

Menit demi menit terlewati, dan Chanyeol masih tetap berkutat dengan gamenya. Rose tidak mengerti kenapa pria itu sama sekali tidak merasa kelelahan setelah berjam-jam main game. Bahkan ketika makanan yang dipesan mereka telah datang, Chanyeol tetap tidak beranjak dari posisinya tersebut.

Hingga kemudian Rose mendapat sebuah ide. Ide yang cemerlang namun tetap berbahaya.

"Oppa," panggil Rose. "Apabila aku menyerahkan keperawananku malam ini untukmu, apa kau akan berhenti main game?"

Untuk pertama kalinya, seorang Park Chanyeol menolehkan kepala.

"Hah?"

"Kau dengar dengan jelas apa yang baru saja aku katakan."

Mereka sama-sama terdiam sekarang. Rose merasa was-was karena tahu jika tawarannya tadi cukup berbahaya sementara Chanyeol masih sibuk mencerna apa yang membuat kekasihnya itu berpikir sejauh itu mengenai malam ini.

Mereka berada di kamar Chanyeol. Berduaan saja. Hanya lampu di meja buffet yang menyala sehingga pencahayaannya cukup remang-remang. Udara di luar sana dingin karena hujan yang turun cukup deras sejak sore tadi. Rose duduk di atas ranjang yang berantakan dengan mengenakan dress sedikit di atas lutut yang memamerkan kedua bahu mulusnya sementara Chanyeol duduk di atas lantai mengenakan kaus tanpa lengan bermerk Nike serta celana pendek selutut. Dan ditambah dengan tawaran Rose tadi ... terdengar menggiurkan.

"Nanti saja. Aku hampir menang," jawab Chanyeol sambil kembali memainkan gamenya yang sempat tertunda.

Baru kali ini Rose merasa amat malu setelah apa yang ia katakan dan apa yang dijawab oleh Chanyeol. Namun ketika pria itu memenangkan permainan, mematikan layar monitor serta merapihkan joysticknya ke tempat yang semula, Rose dibuat berdebar tidak karuan saat Chanyeol berbalik ke arahnya dan mulai mendekat.

Chanyeol menaiki ranjang sehingga Rose otomatis memundurkan diri hingga punggungnya menyentuh dipan ranjang tersebut. Kedua tangan Chanyeol berada di kedua sisi tubuhnya sekarang. Tiba-tiba pria itu mendaratkan kecupan singkat di pipinya sambil sesekali menghirup aroma yang menguar dari leher jenjang gadis itu.

"A-apa yang mau kau lakukan?" tanya Rose sedikit gelagapan.

"Apa? Tentu saja melakukan apa yang kau pinta," jawab Chanyeol sembari mengecup leher Rose. "Hanya ada satu masalah. Aku tidak punya kondom sekarang dan aku yakin kau belum siap hamil."

"Pfft!" Rose meledakkan tawa sampai memiringkan tubuh sementara reaksinya tersebut membuat Chanyeol menjauhkan diri sambil menatapnya heran. Pria itu tidak paham apa yang lucu dari perkataan maupun tindakannya tadi.

"Kenapa kau tertawa?" tanya Chanyeol heran.

"Astaga. Aku tidak menyangka kau akan menanggapi perkataanku itu dengan serius," Rose berusaha menenangkan dirinya dari gelak tawa. "Aku mau kita melakukannya. Ya, tentu saja aku bicara mengenai aku ingin melakukan seks denganmu. Tapi tidak sekarang. Nanti saja kalau sudah menikah. Lagipula aku bilang begitu supaya kau berhenti main game."

" ... "

Tiba-tiba Chanyeol semakin menjauh dan kemudian menyalakan layar monitor sebelum kembali meraih joysticknya. Sekali lagi satu lemparan bantal mendarat di kepala pria itu dan perang dingin antara Chanyeol dengan Rose akhirnya dimulai.

TBC

AMOUR✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang