Lintang POV
"Ayo pulang! Dan kamu! Jangan pernah mengganggu anak saya lagi!"
Aku menatapnya tajam, tidak bisakah berterimakasih sedikit?! Kemana Fero yang dulu?! Padahal aku dan dia sudah bersahabat sejak kelas dua smp, apa ini caranya berterimakasih?!
"Lu gak inget gua sama sekali?!" Aku menunjuk diri ku sendiri.
Ku lihat dahi Fero mengernyit bingung "Apa kita pernah bertemu?"
"Pernah! Bahkan dulu kita hampir setiap hari ketemu!!!"
Fero menatap ku dari bawah sampai atas, tidak pernah berubah! Kebiasaannya mengingat orang asing pasti akan seperti ini. Dia akan melihat dulu dari ujung kaki, baru akan kenal jika dia sudah melihat sampai ujung kepa--
"Siapa ya? Saya rasa, saya tidak pernah mengenal kamu"
Allahu Akbar!
"Gua lintang! Lintang Vania Azkira!!!"
Fero tampak terkejut, malahan genggaman tangannya terlepas dari tangan tasya. Sahabat macam apa yang lupa dengan sahabat lamanya? Masih muda sudah pikun. Ternyata pikun tidak hanya pada lansia, anak muda pun bisa terkena gejala ini.
"Lintang?! Kamu beneran lintang?!!!!"
"Hmm"
"Astaga! Si muka datar?!"
Aku mendengus malas, panggilan muka datar tidak harus di ingatkan juga. Itu kan hanya panggilan untuk ku di jaman Smp, pakaiannya saja formal. Namun sikap jailnya masih belum hilang sama sekali
"Ini anak kamu?"
"Iya, dia tasya. Masa kamu lupa sama dia? Pas umur satu tahun dia kan sering banget di gendong sama kamu"
Astagfirullah! Aku baru ingat, setiap pulang kuliah aku selalu menyempatkan diri untuk bermain di rumah Fatma-Mamahnya tasya. Tapi satu pertanyaan masih ingin ku pertanyakan lagi, malahan banyak. Bukan hanya satu pertanyaan saja
"Fatma sehat fer?"
Mimik wajah fero berubah sedih, apa benar fatma? "Fero! Jawab!!!" Pinta ku tak sabar
"Fatma udah meninggal, bulan januari kemarin. Dokter memfonis kalau fatma terkena kanker otak"
Astagfirullah! Fatma terkena kanker otak? Pantas saja ketika aku menchat fatma, dia tidak pernah membalasnya. Bulan januari? Fatma meninggal? Kenapa aku tidak tau! Bukankah fero tau jika aku dan fatma bersahabat?! Lantas mengapa dia tidak memberitau!
"Kenapa lu gak bilang ke gua kalo fatma udah meninggal!!!!"
"Maaf. Gua lupa"
Aku menatap fero tajam, dia bilang apa? Lupa katanya?! Apa pantas ketika sahabat kita meninggal, kita malah tidak di beritahu sama sekali? Suami macam apa itu?! Aku dan fatma sudah bersahabat setelah fero dan dirinya menikah, berbagi suka dan duga bersama
"Temenin gua ke makan fatma!"
"Makam fatma gak di indonesia, makam fatma ada di Belanda"
Hampir saja jantung ku copot karena mendengarkan penjelasan fero, makam fatma ada di belanda?! Yang benar saja! Bagaimana bisa jika fatma adalah orang indonesia?! Namun makamnya di tempatkan di belanda?! Benar-benar tidak masuk akal
"Nanti gua kasih tau kenapa makam fatma bisa ada di belanda. Tapi sebelum itu, lu harus ikut gua ke rumah. Tasya kalo udah deket sama orang baru, dia gak akan pernah mau di tinggal"
Aku mengangguk "Tapi jangan lama-lama, gua gak mau semua pekerjaan gua di urus sama dokter harmas terus"
Tiba-tiba saja tangan tasya menggenggam tangan ku, aku menengok ke arahnya. Senyumannya sangat mirip dengan senyuman almarhumah fatma, semoga fatma bisa di tempatkan di syurga nya Allah.
"Yeay!!! Akhirnya tasya punya mamah baru! Tasya punya mamah baru!" Gadis itu memekik kegirangan, bahkan sampai meloncat-loncat di atas rumput taman. Tasya sangatlah lucu
Tangan ku mengelus rambut tasya, yang di elus malah asik memejamkan matanya "Iya, ini mamah tasya. Kalo tasya mau, tasya boleh manggil kakak dengan sebutan mamah" Balas ku
"Mamah!!"
"Lu naik mobil gua aja, kebetulan hari ini gua lagi gak pake supir"
🍃🍃🍃🍃
"Mamah-mamah! Tasya mau es krim!"
Tasya duduk di pangkuan ku, sembari berucap bahwa dia ingin es krim. Fero sudah kembali lagi ke kantornya, dia bilang bahwa ada rapat bersama perusahaan dari luar negri. Hebat. Anak yang selalu rengking dua puluh, sekarang malah mendapatkan gelar CEO.
"Ih mamah!!! tasya mau es krim!" Wajahnya sudah mendadak tidak bersahabat, mata sinis dan juga tangan yang di lipat di depan dada membuat ku ingin tertawa sepuasnya. Mirip seperti fero ketika dia sedang marah
"Iya-iya, tasya mau es krim berapa? Lima? Enam? Tujuh? Atau sembilan?"
"Tasya mau es krim sepuluh!!"
"Oke! Nanti pas papah fero pulang kita beli es krim"
Sedikit cerita tentang fero. Dia adalah sahabat ku dari kelas dua Smp, sifatnya yang loyal dan hangat membuat ku langsung mau menjadi sahabatnya. Dan ketika aku sudah menjadi sahabatnya, sikapnya sangatlah baik, pemberani, dan menyenangkan. Selang beberapa tahun, aku mendapatkan kabar bahwa fero akan menikah, itu adalah suatu kebahagiaan tersendiri untuk ku
Fatma-Istri fero. Aku mulai menjalin persahabatan dengan fatma, sikap fatma tidak jauh dari fero. Walaupun fatma lemah lembut, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa orang yang lemah lembut sangatlah membosankan. Buktinya aku beruntung bisa memiliki sahabat seperti fatma
"Assalamualaikum! Papah pulang!"
"Waalaikum sallam!"
"PAPAH!!!" Tasya berlari ke arah fero, dengan cepat pria itu menggendong tasya. Pasti keluarga ini akan lengkap jika fatma masih ada, astagfirullah!
"Fero gua balik lagi ke rumah sakit ya, nita tadi nelpon kalau ada pasien yang harus gua urus"
"Iya, tapi besok lu harus dateng lagi"
"Insyaallah"
"Mamah mau pergi?"
Nada tasya terdengar sedih, aku membawa dirinya ke dalam pelukan ku. Untuk memberikan perasaan nyaman "Tasya..besok mamah ke sini lagi, tasya gak usah sedih"
"Tapi mamah harus nyium tasya dulu, baru boleh pergi" Aku menangguk, toh kenapa tidak?
"Papah juga!!!"
"Iya sayang"
Tasya menunjuk ke dua pipinya, aku dan fero saling bertatapan sebelum mencium gadis ini. Mengisyaratkan bahwa keinginannya harus segera di jalankan
Cup
Cup
Deg
Kenapa juga ketika aku mencium tasya?! Fero malah ikut-ikutan?! Harusnya setelah aku mencium tasya, baru fero mencium tasya setelah aku. Bukannya seperti ini?! Lihatlah sekarang?! Tasya menahan ke dua kepala kami dengan ke dua tangan kecilnya
Fero mencium tasya di pipi kiri, sedangkan aku di pipi kanan. Nice!!!
"Tasya lepas sayang" Bisik ku memohon
"Gak mau, tasya gak pernah di cium kayak gini sama siapa pun. Baru papah fero sama mamah lintang"
Aku buru-buru bangkit dari dekapan tangan tasya di kepala ku. Menarik jas fero agar dia bangun dan mengantarkan ku lagi ke rumah sakit. Kenapa perkataan tasya sangatlah menyentuh hati?
"Fero ayo anterin gua ke rumah sakit!!!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Khitbah 25
Teen Fiction(Jangan lupa follow akun authornya sebelum membaca cerita ini. Terimakasih) Lintang Vania Azkira. Dokter umum di rumah sakit Cahaya kasih yang selalu mendapatkan komentar pedas dari setiap orang. Karena apa? Karena statusnya yang masih tetap lajang...