Author POV
Pesta ulang tahun fana diadakan dengan dekorasi sederhana. Hanya ada beberapa balon dan juga meja bundar untuk menaruh kue maupun minuman dingin. Lintang sudah datang, di ikuti tatapan curiga yang mengarah kepada Fero. Laki-laki itu masih belum pulang sampai sekarang. Alasannya dia ingin menjaga lintang. Terdengar aneh. Tapi itulah Fero.
Gaun muslim yang di pakai fana sangatlah bagus. Di tambah wajah fana yang manis, membuat gaun dan pemakainya menjadi sangat cantik di mata orang lain. Apalagi di tambah dengan sebuah mahkota berwarna silver di atas kepalanya Fana.
"Fero!" Panggil lintang pelan. Atau lebih tepatnya berbisik.
"Kenapa?"
"Pulang gih!" Usir lintang sarkas, dasar gadis ini. Sudah di kasih tumpangan gratis malah langsung di usir tanpa hormat. Pikir Fero geram.
"Sampai kamu pulang, aku juga ikut pulang" Tolak Fero secara halus, namun tersirat nada amarah di dalam suaranya.
Helaan nafas panjang keluar dari mulut lintang. Susah jika harus membujuk fero agar dia mau pulang "Gak kasian sama tasya?" Tanya lintang. Beralibi supaya fero mau pulang, tapi jawaban yang di berikan Fero malah membuat darah lintang mendidih seketika.
"Kasian. Tapi ada Bu Jum yang jagain dia"
Mereka terlihat seperti pasangan suami-istri. Yang satunya cantik, dan yang satunya lagi tampan. Cocok. Tapi siapa sangka kalau mereka hanyalah sebatas sahabat "Mereka cocok banget ya" Bisik fana pelan kepada arka.
"Iya. Kamu gak mau jodohin mereka?" Balas Arka seraya menatap manik mata istrinya dalam. Toh mereka sudah Sah ini, lalu apa yang harus di takutkan?
"Dia duda tau mas"
"Ya gak papa lah"
Fana mengangguk setuju. Suaminya bisa di ajak berkompromi juga. Tinggal menghasut sahwa, alifia, ulya, dan alpika supaya mereka mau membantu dirinya merencanakan perjodohan ini. Ide cemerlang. Puji fana.
"Ulya mana sih?!!! Acaranya gak bakal dimulai-mulai kalo ulya belum dateng!!" Protes Alpika.
"Innallaha ma'ashobirin. Sesungguhnya Allah selalu bersama orang-orang yang sabar!" Peringat lintang dengan tangan yang mengelus lembut lengan Alpika.
Alpika mengangguk lesu. Sabar. Sabar. Sabar. Harus berapa kali kata itu dia ucapkan? Namun yang di tunggu malah belum datang. Sedangkan pesta seharusnya sudah di mulai dari sekarang, jam saja sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh.
"Kamu mau es krim gak?" Tawar fero. Beginilah fero. Sifat manisnya akan keluar ketika bersama sahabatnya. Lintang mengangguk semangat.
Es krim. Dia butuh itu "Aku mau!!!" Balas lintang semangat. Tak memperdulikan umur nya yang sudah memasuki kepala dua."Oke. Ayo kita pergi beli es krim!" Fero mengulurkan tangannya. Alis lintang tertaut bingung. Kenapa lagi dengan pria satu ini? Lama-kelamaan otaknya mulai mencerna apa yang di maksud fero.
"Bukan muhrim!!!!"
"Astagfirullah. Aku lupa"
"Fana! gua sama fero mau beli es krim dulu ya. Kalo ulya udah dateng tinggal telpon gua aja" Jempol fana terangkat satu. Menyetujui izinan lintang kepadanya. Perasaan bahagia sudah memasuki hati ke empat wanita tersebut. Tinggal menunggu kartu undangan saja.
"Kita mau beli es krim dimana?" Tanya lintang di saat dirinya dan fero sudah keluar dari perkarangan rumah fana.
"Kamu maunya dimana?" Tanya fero balik.
Lintang berdecih pelan "Ck! Jangan tanya balik!. Gimana kalo kita ke minimarket" Fero mengangguk.
Hening
KAMU SEDANG MEMBACA
Khitbah 25
Fiksi Remaja(Jangan lupa follow akun authornya sebelum membaca cerita ini. Terimakasih) Lintang Vania Azkira. Dokter umum di rumah sakit Cahaya kasih yang selalu mendapatkan komentar pedas dari setiap orang. Karena apa? Karena statusnya yang masih tetap lajang...