Kaki ini ku selonjorkan kepada Soffa merah yang terletak di Ruang Televisi. Sofanya tidak terlalu besar, namun cukup menampung aku, mamah, dan papah jka sedang berkumpul. Lelah juga ketika harus berpergian ke sana kemari. Terutama perjalanan-nya memakan waktu lama. Lebih baik aku di rumah saja. Berdiam diri sembari membaca Novel.
Tok
Tok
Tok
Mulut ku mengeluarkan helaan nafas panjang, siapa yang datang di siang-siang hari seperti ini? Apakah mamah? Tidak. Mamah sedang pergi ke Bandung untuk menghadiri acara Reuni SMA. Lalu siapa? Tak mau membuang waktu lama, akhirnya tubuh ku segera bangun dari Sofa nyaman nan empuk.
Cklek
"Siapa---"
"KEJUTAN!!!!!"
Badan ku terhuyung ke belakang, merasa terkejut karena mereka berlima datang secepat ini. Ya, aku memang memberitahu bahwa aku akan pulang dari Singapura hari Selasa, dan perkiraan akan sampai pada Siang hari ataupun Sore. Tapi aku tak di beritahu kalau mereka akan datang secepat ini.
"LINTANG GUA KANGEN!!!!!"
Sepertinya aku harus memeriksa telinga ku setelah mereka pulang. Astagfirullah! Teriakan Ulya memang sangat Dahsyat. Tak pernah berubah dari SMP dulu, tetap sama. Melengking dan selalu nyaring.
"Masuk-masuk, gak enak di liat sama tetangga" Ucap ku membuat Ulya mengernyit tidak suka. Kenapa lagi Bumil Ya Allah!
"Gak enak di liat sama tetangga? Maksud lu kita semua cowok gitu?!" Protes Ulya, dan langsung di benarkan oleh mereka berempat.
Tangan ku memijat pangkal hidung secara pelan, pusing. Iya pusing ngadepin ke lima emak-emak "Bukan begitu maksud gua! Udah ah ayo masuk, fana gua bawa ramennya tuh!"
Ku lihat mata Fana berbinar bahagia. Apa mesti di sogok dulu biar Fana kayak gini? Astagfirullah! Jangan sampai besok aku sakit karena kedatangan mereka berlima. Oke fiks, Kau harus sabar. Ya, kau harus sabar karena kau baru saja bertemu mereka setelah tiga hari tak berjumpa.
"Tang bagi minum ya" Aku menoleh ke arah Alifia, dan dengan cepat kepala ku langsung menggeleng. Disini akulah tuan rumahnya, dan mereka adalah Tamu. Jadi selayaknya Tuan Rumah memperlakukan Tamu seperti Raja.
"Eh jangan! Biar gua aja yang bikinin minum, lu tinggal duduk manis sambil liat oleh-oleh yang gua bawa buat kalian semua!"
Mereka mengangguk, dengan sigap aku berjalan ke arah dapur untuk membuatkan minuman agar mereka tidak haus. Apalagi tadi Bumil berpesan supaya aku membuatkannya Es Teh Manis. Emangnya ini Restoran? Pake segala pesen Es Teh Manis.
Di tengah aku membuatkan mereka Minum, terdengar suara ribut dari arah Ruang Televisi. Pasti kerjaannya Sahwa atau enggak Fana. Mereka berantem, terdengar sekali sampai ke- sini. Apa yang mereka perbuat. Memperebutkan Artis Indonesia lagi? Tidak, mereka kan sudah jadi The Power Emak-Emak. Eh tapi bisa juga, bisa jadi Sahwa dan Fana memperebutkan Roma Irama.
"Ish sahwa! Masa gak tau sih beritanya, ituloh yang cowok asal korea mau nikah. Malah ganteng banget lagi!"
"Gak tau fana! Gantengan juga cowok India. Idungnya mancung banget kayak perosotan TK"
Owh kali ini berbeda, Fana menyukai Cowok Korea. Sedangkan Sahwa Cowok India. Menarik. Perdebatannya. Bukan ke dua Cowok berbeda negara tersebut. Yang ku suka saat Fana dan Sahwa bertengkar adalah permintaan maaf dari mereka berdua. Satu sama lain saling menautkan ke dua kelingkingnya.
Tangan ku mulai mengangkat nampan yang berisikan enam minuman berbeda jenis. Dua diantaranya adalah Es Teh Manis, dan sisanya sirup berperisa Jeruk. Jangan tanya Es Teh manis ini untuk siapa. Karena itu akan ku berikan kepada Ulya, dan diri ku sendiri. Entah kenapa aku ingin meminum Es Teh Manis. Bukan Ngidam!
"Berisik banget!" Ucap ku di saat sudah sampai Ruang Televisi. Perdebatan Fana dan Sahwa masih belum selesai. Terus berlanjut layaknya sambungan rel kereta api.
"Ini tuh si Sahwa! Masa dia bilang Oppa gua jelek semua"
"Dih emang bener! Gantengan juga Salman Khan, Amir Khan, Sahrukhan" Balas Sahwa seraya menjulurkan lidah. Wah Sahwa ngajak ribut sama Emak-Emak berbadan tiga.
"Tapikan Oppa gua juga ganteng! Gua gak bilang si Khan-Khan itu jelek!"
Diam. Lebih baik aku diam daripada harus membela salah satu dari mereka. Begitupun Alpika, Ulya, dan Alifia. Karena pepatah mengatakan 'Diam adalah Emas', mungkin saja aku akan mendapatkan Emas karena diam.
"Udah heh! Kuping idola lu bakalan panas gegara di gibahin mulu!" Lerai Ulya yang ku yakini sudah muak mendengar ocehan-ocehan Fana dan Sahwa.
"Astagfirullah! Udah ah jangan berantem, itu di buka oleh-olehnya. Masing-masing udah di kasih nama" Balas ku sembari menaruh nampan di atas meja.
Mereka berlima menatap ku dulu sebelum pada Akhirnya berjalan mendekat ke arah koper yang ku letakan di samping Sofa merah. Ulya membuka kopernya dengan gerakan cepat, pasti tidak sabar. Tapi sebelum itu, aku mengingat satu hal.
Deg.
KERTAS OPERASI ITU BELUM AKU BAKAR!!!"
Baru sempat ingin berucap, mata ku melihat tangan Ulya yang terangkat ke udara sembari memegang kertas operasi. Lantas Ulya pun langsung bertanya "Ini kertas apaan tang? Gua buka ya"
"EH JANGAN!" Sergah ku dengan berteriak sangat keras, hingga suara ku menggema di setiap sudut Ruangan. Ulya nampak terkejut saat aku berteriak sekencang itu padanya. Tanpa babibu lagi, tangan ku langsung merampas laporan hasil Operasi dari tangan Ulya.
"Emang itu apaan tang?" Tanya Ulya bingung. Syukurlah. Dia tidak menangis ataupun marah karena aku berteriak kepadanya. Biasanya kan ibu-ibu hamil sangat sensitif kepada apapun.
"Ini? Ini itu surat kenang-kenangan dari Dokter James" Ulya mengangguk, namun tidak tau dengan yang lain. Apakah dia percaya atau tidak, akupun masa bodo.
"Udah jangan di pikirin! Itu oleh-oleh udah menunggu buat di buka!" Lanjut ku seraya menaruh laporan ini di laci meja ruang Televisi. Ingatkan aku untuk mengambilnya lagi. Jangan Lupa!
"YEAY MAKASIH LINTANG!" Teriak Fana menggelegar.
"Yeay yeay oleh-oleh, makasih Lintang!!!" Lanjut Sahwa dengan nada gembira.
"Asik dapet oleh-oleh, makasih Lintang!" Sambung Ulya tak kalah gembira.
"Syukran Tang!" Timpal Alpika.
"Ateng bawa kayu. Thank you, Lintang!" Ucap Alifia.
Aku hanya dapat tersenyum, melihat mereka bahagia saja, sudah membuat ku bahagia. Terimakasih. Karena telah hadir di dalam hidup ini. Tanpa mereka aku tak akan bisa apa-apa. Karena dukungan serta masukan yang di berikan, membuat ku merasa sangat di hargai.
"HUAAAAAA GUA DI BELIIN RAMEN-NYA SEPULUH!" Aku menutup kuping rapat-rapat, teriakan Fana terdengar lagi. Jika bisa di hitung, coba hitung berapa kali gadis itu berteriak? Lima? Empat? Tidak tau.
"WOAWWWWW LINTANG BELIIN GUA BAJU!" Lagi. Teriakan ini harus ku dengar, bahkan sampai menggema. Ku harap pita suara Ulya tidak bermasalah, karena gadis itu berteriak sangat kencang.
Satu detik.
"LINTANG MAKASIH!!!! LU BELIIN GUA KERUDUNG PASMINA DARI SANA!" Oke, kali ini teriakan Sahwa yang terdengar nyaring. Justice For my Kuping. Because Sahwa teriak-teriakan.
Dua detik.
"OMAY GUD! LINTANG LU BELIIN GUA COKLAT?!" Selamat, karena kali ini Alpika lah yang berteriak. Kasihan Devan, anak itu berjongkok dengan ke dua tangan menutup masing-masing kuping miliknya.
Tiga detik.
"KYAAAAAAAAA LU NGEBELIIN GUA CEMILAN SAMA MAKANAN SEBANYAK INI?!"
Pemenang teriakan yang paling cetar membahan, jatuh kepada......Alifia Stefani Ayla. Selamat dan selamat. Karena telah berhasil membuat gendang telinga orang jadi jebol. Saking kencangnya kuping orang langsung sakit. Naudzubillah!
"LINTANG MAKASIH!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Khitbah 25
Подростковая литература(Jangan lupa follow akun authornya sebelum membaca cerita ini. Terimakasih) Lintang Vania Azkira. Dokter umum di rumah sakit Cahaya kasih yang selalu mendapatkan komentar pedas dari setiap orang. Karena apa? Karena statusnya yang masih tetap lajang...