Author POV
Pandangan Lintang masih terfokus kepada layar laptop, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. Tetapi tidak ada tanda-tanda Lintang ingin tidur. Dia harus menyelesaikan tugas yang di kirimkan Harmas lewat E-mail. Bergadang sudah dirinya kali ini, padahal besok ada korban kecelakaan untuk di operasi olehnya.
"Astagfirullah!!! Ini tugas kapan selesainya!" Keluh Lintang sembari menatap langit-langit kamar. Langit kamar dihiasi oleh lukisan Bulan dan Bintang, percayalah bahwa Lintang sangat menyukai ke dua benda tersebut. Apalagi Bintang, tanda tangannya saja terdapat simbol bintang di dalamya.
Kring...kring...kring
Fero calling
Kening Lintang mengernyit bingung, merasa bahwa dirinya tak ada kepentingan apapun sampai Fero harus menelponnya semalam ini. Ada apa dengan seorang Fero Lousen Defanto?
"Assalamualaikum, kenapa fer?" Ucap Lintang mengawali pembukaan.
"Waalaikum sallam. Kayak nya lu ngelupain janji lu deh"
Lintang menyatukan alisnya bingung. Janji apa? Dia rasa dia tidak mempunyai janji apapun dengan Fero, lantas mengapa Fero berkata bahwa dirinya melupakan janji?
"Janji apa fer?"
"Lu mau main lagi ke rumah gua. Ini tasya udah nungguin lu dari pagi"
"Astagfirullah! Gua lupa fer! Maaf-maaf, besok bilangin ke tasya kalo gua bakalan main ke rumah lu. Sekalin bawa es krim rasa coklat ke sukaannya"
"Hahaha sampe segitunya, oke deh gua tunggu. Eh maksud gua, di tunggu sama tasya ya. Assalamualaikum"
"Waalaikum sallam"
Setelah meletakan handphonenya di atas nakas, Lintang melanjutkan lagi pekerjaannya yang sempat tertunda karena telpon dari fero. Janji. Ya dia melupakan janji bahwa dia akan datang lagi hari ini, ke rumahnya Fero. Tapi ia lupakan karena harus bertemu dengan ke lima sahabatnya di Cafe.
Kring..kring...kring..
Sahwa calling
Lintang mendengus malas, sepertinya dia harus mematikan handphonenya supaya para manusia tidak akan bisa mengganggunya lagi. Mamah cerewet. Panggilan khusus dari lintang kepada sahwa, mungkin jika ada kompetensi cerewet. Sahwa lah pemenangnya
"Assalamualaikum!!!"
"Waalaikum sallam. Marah-marah mulu! Cepet tua aja!"
"Ck! Kenapa malem-malem telpon gua!"
"Besok kita kumpul lagi di Cafe biasa, pas jam istirahat"
Apa emak-emak ini tidak ada kerjaan selain menjodohkan dirinya dengan orang lain? Bukankah sabitha seorang desainer? Sahwa membuka toko butik? Alifia dan alpika membuka toko kue? Sedangkan ulya menjadi guru TPQ anak-anak. Kenapa mereka masih punya waktu untuk mengganggu dirinya? Pikir lintang geram.
"Gak bisa! Gua harus ke rumahnya fero!" Tangannya menepuk pelan mulut remesnya ini, keceplosan lagi! Keceplosan lagi. Geram Lintang.
"Ngapain!!!"
"Eh maksud gua, gua itu mau main ke tetanggnya fero. Kebetulan tetangganya itu saudara gua"
"Janga--"
Tut
Panggilan telpon di putuskan secara sepihak oleh lintang, kupingnya sudah panas mendengar ocehan dari sahwa. "Tarik nafas....buang.....tarik nafas....buang" Perintah lintang kepada dirinya sendiri.
Menghadapi ke lima Emak-emak itu seperti menghadapi Thanos di dunia nyata. Kuat dan Tangguh. Tidak bisa terkalahkan kecuali harus memakai bantuan avangers, siapa yang akan membantunya? Iron man? Captain amerika? Hulk? Thor? Entahlah kepala lintang akan meledak jika memikirkan itu semua.
*****
"Mamah!!!!!"
Tasya berhambur ke pelukan lintang, dirinya sudah menunggu lintang dari dua puluh menit yang lalu "Mamah kemana aja?" Tanya Tasya sedih. Yang langsung membuat hati Lintang jadi merasa Iba.
Fero yang siaga. Disiplin sekali dirinya, yang sudah menunggu di depan rumah lintang pada jam Delapan pagi. Hanya untuk apa? Hanya untuk menjemput lintang. Dan itu semua karna siapa? Itu semua karena anak semata wayangnya. Tasya Fariska Anjani.
"Maafin mamah ya sayang, kemarin mamah harus ngurus pasien. Jadinya gak bisa mampir ke sini" Jelas Lintang dengan nada bersalah. Untunglah anak itu mengangguk cepat sebelum berganti dekapan ke dekapan milik Fero.
"Papah!!!!" Pelukan Tasya terlepas dari Lintang. Dan berganti menjadi pelukan kepada Fero.
"Eh anak papah wangi banget hari ini" Tasya tersenyum geli lantaran Fero mengendus-ngendus bagian lehernya. Wangi tasya seperti wangi bayi pada umumnya. Karena memakai Minyak Telon.
"Papah-papah! Masa wanginya mamah lintang, mirip sama wanginya almarhumah bunda"
Kini giliran tasya yang menarik tangan Lintang untuk mendekat kepada fero, menunjukkan bahwa wangi Lintang memang benar-benar mirip dengan wangi almarhumah Fatma.
"Kamu pakai parfum apa?" Tanya fero, nada suaranya terdengar mengintimidasi. Bahasanya pun menjadi Aku-Kamu, bukan Lu-Gua.
"Parfum? Owh iya aku baru inget, tadi itu harmas kasih parfum ke aku. Kebetulan wanginya enak, gak bikin pusing. Jadinya aku pakai satu semprot ke baju aku" Balas Lintang seraya ikut-ikutan memakai bahasa Aku-Kamu.
"Oh..." Fero mengangguk pertanda mengerti dan mulai berjalan ke ambang pintu utama, meninggalkan Lintang dan Tasya yang masih melongo tidak jelas.
"Papah fero kenapa mah?"
"Mamah gak tau sayang"
"Papah tungguin!!!!!!!!" Teriak Tasya menggelegar, bahkan Lintang sampai menutup telinga lantaran suara emas tasya menusuk gendang telinganya.
"Fero tungguin!!!!" Teriak Lintang tak kalah menggelegar.
Fero berhenti, dan berjalan menghampiri Lintang "Kita jadikan beli es krim?" Tanya Fero lembut. Entah kerasukan Jin apa, hingga membuat Fero menjadi seperti ini. Mungkin kemasukan Jin Tomang? Atau Jin Iprit?
Deg. Deg. Deg. Deg
"Jangan baper!!! Jangan baper!!! Lintang fokus!!!!" Batin Lintang keukeh.
Tasya menoleh kepada Lintang "Emang mamah mau beli es krim sama papah fero?" Tanya Tasya dengan nada polosnya
"Iya sayang" Balas Fero dan Lintang. Ke duanya menoleh cepat, segera lintang mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dan Fero malah menatap Lintang lama, seakan berfirasat bahwa sahabatnya ini akan pergi dan menghilang.
"Yey yey!! Tasya mau beli es krim baru! Yey yey!" Pekik Tasya menyadarkan Fero dan membuat dirinya mengalihkan tatapan ke arah taman belakang.
Di detik berikutnya, Lintang malah tertawa lepas hingga tak menyadari bahwa ada detak jantung yang sedang berpacu cepat. Tawa Lintang sangatlah mirip dengan almarhumah istrinya.
Deheman keras menyadarkan fero dari alam khayalannya "Papah kenapa bengong?" Tanya Tasya bingung.
"Katanya mau beli es krim. Ayo pah! Kita beli es krim!" Lanjut Tasya sembari menarik-narik tangan kekar Fero.
"Eh-iya sayang. Papah siapkan mobilnya dulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Khitbah 25
Teen Fiction(Jangan lupa follow akun authornya sebelum membaca cerita ini. Terimakasih) Lintang Vania Azkira. Dokter umum di rumah sakit Cahaya kasih yang selalu mendapatkan komentar pedas dari setiap orang. Karena apa? Karena statusnya yang masih tetap lajang...