8. Sick...

4.6K 641 25
                                    

Setidaknya, apapun kejadian buruk yang pernah menimpa Hoseok sejak lahir hingga kini bahkan jika itu tentang fakta menyedihkan bahwa kehadirannya tidak pernah diinginkan oleh keluarga sampai mereka tega membuangnya, Hoseok tidak pernah menyesal karena ia memiliki sosok Ayah yang begitu hebat di sisinya.

Apapun yang akan menimpanya jika ia bersama sang Ayah, maka semua akan baik-baik saja. Hoseok hanya perlu Ayahnya saja di dunia kejam ini. Tidak perlu sosok Ibu yang katanya kasih sayangnya sepanjang masa, karena tanpa sosok yang telah baik hati mau melahirkannya itu ia masih mendapatkan kasih sayang yang melimpah hanya dari satu orang saja, Ayahnya.

Meskipun dunia beserta isinya mengutuk Hoseok, omega manis itu tidak keberatan asalkan tidak ada satupun yang berusaha memisahkannya dari sang Ayah.

Namun, bolehkah saat ini ia mengeluh?

Ayahnya diambil paksa dari sisinya. Tuhan merebutnya begitu saja dengan cara yang paling mengerikan dan tak pernah terbayang dalam pikiran Hoseok.

"Kenapa kau tidak mengambilku juga?"

Ya, kenapa Tuhan memisahkannya dari sosok yang menjadi alasannya untuk hidup?

Apakah Tuhan memang senang bermain-main dengan kebidupannya?

.
.
.
.

Hoseok terbangun dari pingsan dalam keadaan sudah terbaring nyaman di atas ranjang di kamarnya. Ia sendirian, dan baru sadar bahwa suhu tubuhnya meningkat Ditambah rasa pening di kepalanya. Seratus persen Hoseok jatuh sakit.

"Ugh .." Omega itu melenguh tidak nyaman, kemudian mencoba bangkit dan duduk bersandar pada tumpukkan bantal.

"Bukankah tadi aku sedang di makam?" gumamnya pelan. Sekilas Hoseok kembali mengingat-ngingat apa yang terjadi padanya, dan ia ingat bahwa Junmyeon datang dengan wajah khawatir, kemudian ia menangis di depan pria alpha itu sampai kemudian dirinya di dekap erat dan pingsan karena lelah.

"Aa, pasti Junmyeon-hyung yang membawaku ke rumah. Sekarang dia di mana?" Hoseok menatap sekitar, mencari keberadaan Junmyeon yang sudah baik hati mengantarkannya pulang bahkan membaringkannya dengan nyaman. Ia ingin berterima kasih, namun keberadaan Junmyeon tidak ia temukan, yang ada adalah sebuah note kecil bertuliskan 'Aku pergi membeli obat untukmu.'

Hoseok mengulas senyum tipis membaca note pada robekan kertas itu, namun ia tiba-tiba teringat pada surat dari Ayahnya yang belum ia baca. Hoseok mencari Bin Bin yang untungnya tergeletak di ranjangnya, ia buru-buru meraihnya untuk mengambil sepucuk surat yang Hoseok jejalkan pada saku kecil di perut boneka beruangnya.

Hoseok menarik napas dalam-dalam sembari perlahan membuka surat yang sudah lecek itu dan membentangnya di atas paha. Tulisan seorang suster, namun berisi kalimat-kalimat dari Ayahnya.

Perlahan airmata kembali mengumpul di pelupuk mata, siap meluncur deras sebelum siempunya menggeleng untuk menguatkan diri.

Hoseok mulai membaca setiap kata yang tersusun menjadi kalimat dalam surat itu.

'Hai? Saat kau membaca ini mungkin Ayah sudah tidak berada di sampingmu lagi. Tapi, jangan sedih apalagi menangis, arraseo? Boleh menangis, hanya saja jangan terlalu lama karena matamu akan bengkak^^

Kau tahu, Ayah pergi dengan perasaan yang tenang, jadi kau tidak perlu khawatir. Sebenarnya tidak benar-benar pergi kok, bukankah Ayah selalu berada di hatimu? Haha kau pasti geli membaca bagian ini.

Ah, Hoseokie putraku yang paling manis ... Kau harus berjanji untuk selalu bahagia, ne? Jangan menangis, kau sudah besar meskipun tubuhmu tidak menunjukkan demikian, maaf karena kau terlahir pendek seperti ibumu haha ... Tapi meskipun kau itu kecil dan pendek, kau harus bangga karena itu artinya kau ini adalah makhluk paling menggemaskan di dunia hehe. Alphamu pasti senang nanti karena saat ingin memelukmu tubuhmu pas dalam rengkuhannya~ uh

I'm your Alpha! [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang