18.HANYA AKU

35K 1.5K 40
                                        

'Bukan cinta yang bikin kita lemahTapi ingatan bahagia tentang nya yang bikin kita selalu runtuh'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Bukan cinta yang bikin kita lemah
Tapi ingatan bahagia tentang nya yang bikin kita selalu runtuh'

Suasana di ruangan makan terasa sepi, hanya terdengar dentingan sendok dan garpu pada piring.

"Guys," panggil Ianna, menyimpan sendok dan garpunya disamping piring.

"Gue masih curiga sama Andrew," ucapnya.
Luna ikut mengangguk dan setuju dengan ucapan Ianna.

"Kita harus awasin dia terus, bahaya."

"Bener, soalnya dia yang sudah menyebarkan hoax kalau lo tinggal sama cowok-cowok." Caca ikut memimpali. Ianna menganggukkan kepalanya.

"Kita ke mall aja ,yuk?" ajak gadis itu yang disetujui oleh kedua sepupunya.

"Ayo!" seru Luna.

"Lun, lo mau bantu gue gak? Tar ke kantor, ya," pinta Ianna membuat gadis itu mengangguk setuju, tidak keberatan sama sekali.

"Siap!" seru Luna bersemangat.

Setelah selesai sarapan, ketiga gadis itu segera bersiap- siap. Luna memasuki kamarnya, sementara Caca tidak. Ia memilih datang ke kamar Ianna.

"Ca, kita harus ke markas. Jangan sampai Luna tahu kalau kita mafia," pesan Ianna membuat Caca menganggukkan kepalanya.

"Ianna! Caca! Kalian udah siap?" Teriakan itu berasal dari luar, dengan cepat Ianna menghampiri Luna.

"Loh? Kalian belum siap?" tanya Luna kaget. "Ayo, dong, kita mau hangout."

Caca menggaruk tengkuknya yang tak gatal "Eh, iya, tadi gue mau pinjam baju sama Ianna."

"Yaudah ayo, cepetan," ucap Luna tergesa-gesa.

Beberapa menit kemudian, keduanya keluar dari kamar masing-masing Ketiganya segera pergi meninggalkan mansion, Ianna membawa mobilnya. Luna duduk di belakang, sementara
Caca berada di samping Ianna.

Setibanya di mall, mereka segera turun dan berjalan santai memasuki mall. Tiba-tiba saja, perut Caca berbunyi, pertanda untuk diisi.

"Guys, gue lapar nih." Caca memberi kode.

"Gimana kalau lo traktir, Lun? Lo paling cantik soalnya, paling girly," ucap Caca.

Luna mengerecutkan bibirnya. Kalau ada maunya saja baru memuji. "Ya, deh. Gue emang cantik."

Mendengarnya, Caca bersemangat dan segera membawa keduanya menuju foodcourt. Di sana banyak yang menjual makanan, jadi mereka bebas untuk memilih apa yang mereka inginkan. Setelah memesan, mereka langsung mencari tempat duduk untuk menunggu makanan datang.

ARDIANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang