Jinwoo Arkasena, siswa SMP kelas 3. Anaknya menggemaskan, imut, dan memiliki baby face yang sering mengira jika Jinwoo masih kelas 1 SMP. Usianya menginjak 15 tahun pada September tahun ini.
Akhir bulan Januari ini, Jinwoo memanfaatkan waktu singkatnya ini di SMP sebelum masuk SMA. Iya, anak dengan wajah menggemaskan itu akan menjadi siswa SMA beberapa bulan lagi.
Jinwoo memiliki seorang kakak, Jinhyuk Arkasena. Jinhyuk sendiri adalah seorang mahasiswa semester akhir dan kini tengah menyusun skripsi untuk persyaratan kelulusan nanti. Ia akan di sidang pada bulan Juni mendatang.
Saat ini, Jinwoo sedang ada di lapangan. Mata pelajaran olahraga pada jam pertama memang cocok. Sinar matahari nya tidak begitu terik. Walaupun sebenarnya, Jinwoo tidak suka terkena sinar matahari lama-lama.
"Jinu! Sini atuh!" Teriak Dohyun dengan suara peraknya, si bongsor dari kelas 9G.
"Eh, bentar." Jinwoo membenarkan tali sepatunya yang agak longgar. Setelah selesai, ia lari menghampiri teman-temannya yang lain.
Jinwoo masuk ke dalam barisan dan mendengarkan semua perkataan dari guru olahraganya. Materi Minggu ini adalah lari sprint 100 meter. Katanya sih buat bahan ujian praktek akhir bulan Maret nanti.
Setelah berdoa dan pemanasan, semua murid dipersilahkan untuk duduk dan menunggu nama mereka di panggil.
Selama menunggu giliran, Jinwoo dan Dohyun bercanda sebentar. Sampai nama Dohyun di panggil untuk giliran lari sprint. Anak berbadan tinggi itu sebenarnya tidak menyukai olahraga. Intinya, ia payah dalam pelajaran olahraga.
"GORBON! SEMANGAT!" Teriak Jinwoo saat Dohyun sedang menyiapkan dirinya untuk lari sprint sejauh 100 meter.
"JANGAN MANGGIL AKU GORBON WOI!" Jinwoo sendiri hanya bisa tertawa. Gorbon adalah singkatan dari Gorila Kebon.
Saat guru olahraga mulai meniupkan peluit, Dohyun hanya lari biasa. Sepayah itu kah Dohyun dalam olahraga?
"DOHYUN! LARI NYA AGAK CEPETAN DIKIT DONG!"
"Aku gak kuat. Lari biasa aja cape," gumam Dohyun. Jinwoo tau, Dohyun itu kalo olahraga tidak sepadan dengan badannya yang tinggi besar.
Setelah balik lagi, Dohyun langsung tersungkur jatuh sehingga wajahnya terkena rerumputan yang dipenuhi embun pagi. Padahal dia hanya lari biasa walaupun materi kali ini adalah lari sprint.
"Payah," gumam Jinwoo sambil menggelengkan kepalanya.
Jinwoo harus menunggu lagi namanya untuk dipanggil. Sampailah namanya di panggil untuk giliran lari. Jinwoo bangun dari duduknya dan lari ke lapangan.
Jinwoo sendiri pernah ikut olimpiade olahraga tingkat SMP dan memenangkan juara pertama untuk lari sprint sejauh 150 meter dengan waktu sekitar empat puluh detik. Rekor tercepat yang Jinwoo raih.
Jinwoo merasa jika materi olahraga Minggu ini adalah rezekinya. Karena tiap pelajaran olahraga, Jinwoo selalu mendapatkan nilai sempurna di setiap tes. Tak heran jika wajah imutnya ini ternyata berbadan L-Men.
Tapi, bayi tetaplah bayi.
Bahkan guru-guru saja gemas melihat Jinwoo dan sering menjadi bulan-bulanan para ibu guru.
Jinwoo sudah berada di posisi siap. Saat gurunya meniupkan peluit nya, Jinwoo langsung lari dengan kecepatan biasa tapi masih bisa mengejar target waktu tercepat.
Namun, di pertengahan larinya, Jinwoo tiba-tiba pingsan dan membuat semua orang di lapangan tersentak kaget. Pasalnya, Jinwoo daritadi sehat-sehat saja. Wajahnya pun tidak pucat.
"Cepat! Gotong Jinwoo ke UKS!" Titah guru olahraganya itu. Anak-anak cowok yang ada disana mulai berlarian menghampiri Jinwoo yang tergeletak pingsan.
Mereka membawa Jinwoo ke UKS. Wajahnya pucat dan hidungnya keluar darah. Sangat banyak.
☘️
Darah yang keluar dari hidung Jinwoo tidak kunjung berhenti. Pasokan tissue di UKS pun habis satu box. Dan Jinwoo sendiri belum sadarkan diri.
"Padahal tadi dia gak kenapa-kenapa," kata Dongpyo, si ketua kelas.
"Dia sehat-sehat aja malah," sambung Hyungjun.
"Ini dia mukanya pucet banget. Kek orang mati," kata Hanbi.
"Coba deh telepon keluarganya. Ada yang tau?" tanya sang guru olahraga.
"Bentar pak, saya telepon kakaknya dulu ya." Sang guru mengangguk dan Dongpyo mulai mencari kontak kakak Jinwoo, Jinhyuk.
Dongpyo hanya bisa menunggu karena sedari tadi sambungan teleponnya masih belum terhubung. Dongpyo berharap Jinhyuk tidak sedang sibuk.
"Halo."
"Halo, Kak. Ini Dongpyo. Aku langsung aja ya," kata Dongpyo.
"Sok."
"Itu, anu--Jinu...."
"Kenapa Jinu?"
"Jinu, pingsan. Hidungnya keluar darah banyak banget."
"..."
"Halo? Kak Jinhyuk?"
☘️
6 Juli 2019
Maap ya pendek :v
Ga kok ntar mah panjang part 2 nya hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me To Heaven - Lee Jinwoo[✔️]
Fanfiction"Anak seumuran Jinwoo tuh masih terlalu kecil buat ngerasain sakit yang luar biasa ini." Jinwoo Arkasena, siswa SMP kelas 3. 14 tahun. Leukimia stadium 4. Start : 6 Juli 2019 Finish : 28 September 2019 ____________________________________ abel -2019