achtzehn

1K 94 54
                                    

aku terlalu ragu
akan hadir nya Rasa di satu sisi aku mengingin kan mu di sisi lain hati ku memikirkan yang lain ini sungguh tak wajar

🍁🍁🍁

Alessa memejam kan mata nya mencoba menetralkan detak jantung nya, semua nya gelap total.

Alessa segera meraih handphone nya dan menelpon Oma Putri, bertanya tanya apakah semua baik baik saja.

Dan ya Oma nya sedang berada di rumah Biru bersama Eyang Putri.

Alessa menghela nafas lega, Alessa menyalakan flash handphone nya mencari keberadaan Raka.

"Lessa," Raka memanggil nya.

"Ya?"

"Mau liat pemandangan indah?" Raka berdiri, Alessa bisa melihat nya.

"Ha?" Alessa mengerjap tak mengerti.

"Ayo ikut gue," Raka mengulurkan tangan nya untuk membantu Alessa berdiri.

Alessa menyambut nya, setelah nya dengan flash handphone mereka pergi, sedangkan Rafa, Tije, dan Eno malah kalang kabut sendiri di dalam kamar Raka.

Raka menuntun Alessa menaiki sebuah tangga, di ujung tangga ada sebuah pintu.

Raka membuka nya perlahan, Alessa meneguk ludah nya secara kasar.

Apa yang akan terjadi? Alessa mulai berfikir yang tidak tidak.

Pintu terbuka sepenuh nya, Raka menuntun nya melewati pintu tersebut.

Alessa mematung di tempat.

Demi tuhan, ini adalah tempat terindah yang pernah ia lihat.

Di atas perumahan yang gelap gulita, terdapat ribuan bintang yang bersinar terang menempel di angkasa.

Ternyata Raka membawa nya ke rooftop, Alessa bingung mau berkata apa.

Ia terlalu takjub untuk sekedar berkata kata, bintang yang bertabur di angkasa layak nya manik berlian yang terhampar seluas mata memandang.

"Ayo sini," Raka menggenggam tangan Alessa dan membawa nya duduk di sebuah karpet mini yang terletak di tengah rooftop.

Ya atap rumah Raka ternyata bagian belakang nya mirip atap rumah di korea yang datar dan memiliki ruang.

Sungguh menyenangkan setiap malam kalo bosan bisa melihat galaksi dari sini.

Andai rumah Alessa seperti ini, bisa di pastikan setiap malam ia akan berada di atas sini memandangi indah nya galaksi.

"Rebahan enak sa," Raka merebah kan punggung nya di atas karpet.

Alessa melirik ragu ragu, seperti nya enak rebahan bisa melihat bintang secara sempurna, angin malam sepoy sepoy menambah suasana.

Alessa menggigit bibir bawah nya, rebahan tidak ya, kalo duduk dongak lama lama leher bisa sakit juga tapi kalo rebahan kan anu.

"Mau rebahan?" Raka bangun dan mendudukan diri di samping Alessa.

"Bentar," Raka beranjak dari tempat duduk nya dan berlari menuju pintu.

Alessa hanya mengerjap ngerjap tak mengerti dengan apa yang di lakukan oleh Raka, sudah lah nanti juga dia balik.

Alessa mendongakan kepala nya, mencoba merangkai rasi bintang di langit, mulut nya secara spontan berseru heboh saat berhasil menarik garis dan menemukan sebuah rasi bintang, hingga sebuah tangan dingin menyentuh pundak nya.

Perasaan tangan Raka tidak sedingin ini, Alessa menghela nafas dan meneguk ludah nya dengan kasar.

Alessa menoleh kan wajah nya secara perlahan.

RASA (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang