Achtundzwanzig

1.1K 91 26
                                    

perpisahan mengajar kan ku
sesuatu akan hal yang
berharga
🍁🍁🍁

Hari ini, jam ini, menit ini, detik ini, Raka telah pergi meninggal kan Alessa.

Bukan hanya Alessa, tapi semua nya, mungkin ini terlihat sakit, tapi Alessa harus bisa memandang sisi lain dari kejadian ini.

Mungkin dengan cara itu, Raka bisa bebas dari penderitaan nya selama ini.

Hari ini, di pemakaman umum bandung, kerumunan anak Sma berbaju putih berdatangan, Alessa sendiri berdiri diantara Biru dan Tasya, pandangan nya kosong ke arah pemakaman.

Air mata terus mengalir di wajah nya, tapi tak sedikit pun bibir nya terbuka untuk bicara.

Sedangkan di seberang nya Laluna, dan Tira bunda nya Tasya nampak menenang kan Lucy yang tengah menangis dan meratap tanpa henti tentang kepergian putra nya.

Tasya terisak di samping nya, sedang kan Biru hanya mematung membisu menyaksikan pemakaman Rival nya.

Tak pernah ia sangka si playboy jaman smp itu ternyata mempunyai penyakit serius.

Bahkan selama satu sekolah dengan Raka tak pernah melihat nya masuk uks apalagi rs dan pingsan atau sakit saat di sekolah.

Raka yang Biru kenal adalah, seorang atlit Judo, dengan pacar sana sini, tapi itu dulu.

Dan saat Sma pun Biru masih beranggapan jika Raka itu mungkin hanya akan menjadi kan Alessa sebagai target kemudian meninggal kan nya seperti yang sudah sudah.

Tapi entah lah, Biru tak bisa memikir kan nya, bahkan ia masih tak percaya ini semua terjadi.

Pemakaman berakhir, Lucy di tuntun oleh Laluna dan Tira kembali ke mobil.

Satu per satu teman teman sma dan pelayat lain nya meninggal kan tempat pemakaman.

Tapi Alessa masih berdiru tegak kokoh di samping pemakaman tanpa berniat beranjak sedikit pun.

Pandangan nya masih kosong, mata nya tak berhenti menetes kan air mata.

"Sa, ato pulang," Tasya menggenggam tangan Alessa.

"Ayo pulang Lessa," Biru menepuk pundak Alessa.

"Kalian duluan," Alessa berucap pelan, ia masih setia menatap batu nissan milik Raka.

"Tapi sa," Tasya mencoba mebujuk Alessa.

"Duluan, gue bakal pulang kok, tapi gue mau disini dulu," Alessa bersikukuh dengan pendirian nya.

Tasya dan Biru bertukar tatap, Biru mengangguk mengisyarat kan untuk membiar kan Alessa.

Tasya dengan berat hati mengangguk dan pulang meninggal kan Alessa sendirian.

Alessa menatap nissan Raka dengan tatapan penuh luka.

Bahkan ia tidak tahu jika Raka memiliki penyakit kronis, dan bahkan sampai sekarang ia tidak tau penyakit apa yang menimpa Raka selama ini.

Yang ia lakukan malah menuduh Raka dengan segala prasangka buruk nya. Alessa mengugut bibir bawah nya beriringan dengan turun nya gerimis yang menyambut sore itu.

Alessa mendudukan diri nya di samping makam Raka, dan mulai menangis.

"Kenapa lo pergi ninggalin gue? bahkan lo pergi tanpa ngasih gue penjelasan," Alessa berucap dengan isakan yang semakin kencang.

"Harus nya lo bilang, tapi lo malah diem seakan akan ga ada sesuatu apa pun yang terjadi Raka!" Alessa mendesah frustasi.

"Lo harus terima takdir," Suara berat dan dalam menghenti kan isakan Alessa.

Ia menoleh ke samping kanan dan mendapati seorang lelaki berperawakan tinggi berdiri dengan baju putih dan sebuah payung transparan di tangan nya.

Wajah nya datar, mata nya memandang lurus ke depan.

Alessa terhipnotis sejenak akan ketampanan laki laki itu hingga akhir nya ia tersadar.

Orang ini adalah si hodie putih, Alessa menyeka air mata nya dan berdiri beralih menatap lelaki di samping nya dengan pandangan penuh tanya.

"Lo-Lo sebenar nya siapa? kenapa seakan akan lo selalu ada di tempat dimana pun gue berada? kenapa kalo gue liat lo pas gue pengen liat lagi lo udah pergi secepat kilat? dan kenapa lo selalu bicara seakan akan lo bisa baca fikiran gue? kenapa lo seakan akan tau kita pernah ketemu di mimpi?"

Alessa bertanya menggebu gebu, sedangkan lelaki di depan nya hanya diam bergeming, mata nya menatap datar Alessa.

"Gue butuh penjelasan!" Alessa memejamkan mata nya.

"Harus?"

"Yaiyalah!" Alessa mendengus, mata nya yang sembab semakin sembab.

"Ikut gue!"

"Kemana?" Alessa mendelik bertanya.

"Gue ga akan mau storytelling di tengah kuburan," Jawab lelaki di depan nya datar.

Alessa bergidik ia menatap sekeliling nya, benar juga, ia baru sadar jika sedari tadi ia menangis di samling kuburan Raka.

Ah Raka lagi.

Alessa memejamkan mata nya, tersenyum kecil, mengucap kan sesuatu dengan volume sangat kecil kemudian berjalan beralih meninggal kan Raka.

"Makasih udah bikin hari hari gue lebih indah, gue harus ikhlas biar lo bisa bahagia di sana," Alessa bergumam pelan.

Kemudian ia beranjak mengikuti langkah si hodie putih di depan nya.

Mereka berjalan menyusuri pemkaman, hingga keluar dari daerah pemakaman, Alessa diam saja ingin mengeluh takut.

Siapa tau orang ini sebelas dua belas sama Biru, yang ada Alessa akan kena marah nanti nya, dan sesungguh nya hal itu akan membuat mood Alessa semakin down.

Alessa terus meengekori si hodie putih hening selama di perjalan, tidak ada satu pun yang mau buka suara.

Hingga akhir nya mereka menyebrang dan mampir ke sebuah cafe kecil bergaya klasik.

"Lo mau pesan apa?" Laki laki itu bertanya nada nya kali ini lebih ramah ketimbang yang sebelum nya.

"Americano aja," Alessa membaca daftar menu sekilas.

Laki laki itu kemudian beranjak dari tempat duduk nya dan berjalan menuju casier untuk memesan sekaligus membayar nya.

Entah lah Alessa juga tak tau, ia memandang lurus ke luar jendela cafe.

Langit bandung sore ini nampak mendung. Semendung suasana hati nya.

Tetesan demi tetesan air mulai berjstuhan di luar sana, Alessa masih memandangi nya sendu.

Selang beberapa waktu, laki laki itu datang dengan sebuah Americano dan Vanilla latte di kedua tangan nya.

Ia menyodor kan segelas Americano hangat pada Alessa, Alessa menyambut nya dengan baik.

Laki laki itu pun duduk di seberang Alessa.

Kukit putih nya, manik hitam nya, rahang tegas nya, mengingat kan Alessa akan sosok Raka.

Mengapa mereka seperti sama tetapi berbeda? Alessa bertanya tanya dalam hati.

"Gue..."

🍁🍁🍁

Tamat
.
.
.
Kahandak😂

ga belom tamat pendek? sory
abis kemah ges kemaren minggu minggu ulangan jadi ga bisa up samsek soryyy

RASA (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang