vier­und­zwanzig

1K 91 27
                                    

I love you?
damn that word:)
🍁🍁🍁

Alessa mengemasi baju nya dengan mata berkaca kaca, Oma Putri dan Eyang Rita juga ikut membantu nya.

"Yang sabar kamu, doa sama Allah semoga ibu mu baik baik saja," Eyang Rita menepuk bahu Alessa.

"Nanti izin sekolah dan lain lain biar Oma yang ngurus, andai Oma masih punya tenaga, Oma yang akan antar kamu ke Australia," Oma Putri berujar sedih.

"Gapapa Oma, doain Mama semoga Mama bisa cepet pulang ke Indonesia," Alessa tersenyum kecil.

Oma Putri menatap cucu semata wayang nya dengan tatapan sedih bercampur cemas.

Sebenar nya ia ingin ikut pergi ke Sydney, tapi mengurus paspor tak semudah menjetikkan jari, apalagi ia sudah lansia.

Sukur sukur Alessa dan Biru Paspor nya masih aktif dan berlaku.

Jika tidak mungkin Alessa terpaksa berangkat ke Sydney sendirian, itu lebih buruk.

Jika ia bersama dengan Biru, setidak nya ada yang menjaga nya.

Lalu Zein? laki laki brengsek itu sudah tak perduli, jangan kan dengan Laluna, dengan Alessa saja ia sebodo amat.

"Sini biar Oma yang ngemas sisa nya, kamu mandi buruan sana, empat jam lagi Pesawat kamu bakal Take off, buruan siap siap dua jam lagi chrk in," Oma Putri menatap jam dinding yang berada di sudut kamar Alessa.

Alessa hanya mengangguk lemas.

Ia tak bernafsu melakukan apa apa rasa nya. Kabar itu seperti mimpi buruk yang nyata bagi nya.

Bagaiman bisa Mama nya kecelakaan? di negeri orang lagi. Sungguh Alessa tak habis fikir.

Ini benar benar kenyataan yang tak pernah Alessa duga, ia hanya memberi tahu Tasya akan kejadian ini.

Tasya bilang ingin ikut mengantar kan nya ke bandara tapi entah lah.

Jika sempat mengapa tidak, tapi dari semua hal yang mengganggu fikiran nya.

Ada satu yang paling mengganjal. Si hodie putih misterius yang bilang Alessa akan mengetahui dirinya di dalam mimpi.

Tapi mengapa orang itu bisa tau jika Alessa memimpi kan nya? apakah ia juga memimpi kan Alessa? atau mereka berdua mempunyai mimpi yang sama?

🍁🍁🍁

"Sa hati hati ya, Ru jagain Lessa awas lo kalo ga jagain Alessa gw baakr hidup hidup lo," Tasya mendesis tajam seraya menatap Biru yang memasang tampang bodo amat menyebal kan milik nya.

"Tasya bilangin ke bu Afka tugas gue entar nyusul," Alessa berpesan singkat.

"Wosiyappp bayaran nya entar poto kangguru," Tasya menaik turun kan alis nya.

"Gue ke rumah sakit kali bukan nya jalan jalan," Alessa mengerucut kan bibir nya.

"Soriii hehe, semoga Tante Luna cepet sembuh ya Sa," Tasya me gedip kan sebelah mata nya beberapa kali.

"Iya, Amiin," Alessa memeluk Tasya kemudian memeluk Oma Putri, dan Eyang Rita.

Sedang kan Biru hanya mendengus sebal menatap Adegan drama di depan nya.

Sesungguh nya apa yang Alessa lakukan hanya membuang buang waktu semata.

Begitulah menurut Biru.

"Sa sekali lagi dong peluk gue sini," Tasya merentangkan tangan nya kembali.

Alessa yang melihat tingkay alay sahabat nya tersebut pun hanay bisa tertawa dan memeluk nya kembali.

RASA (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang