3

2.4K 109 6
                                    

Samudra mendesah frustasi akibat kelakuan kedua saudaranya yang dari sejak pagi memberinya ceramah tentang apa yang boleh dan tidak boleh di lakukannya nanti saat berkemah. Apalagi ibunya sampai histeris dan hampir menyuruh dokter pribadi keluarganya untuk ikut berkemah bersamanya. Berlebihan bukan?
"Sayang... Mama ikut aja ya kalo kamu ga mau bawa Dokter Fredy.."
Samudra hampir saja mengumpat, jika saja yang di depannya ini bukan ibunya sendiri.
"Ma.. Aku bukan mau piknik.. Gak usah berlebihan gitu." ucapya lembut.
Clarissa merengut mendengar ucapan anaknya tersebut.
"Kamu jahat sama mama.."
Clarissa berbalik, setengah berlari menuju kamarnya. Astagaaa... Itu mamanya kan??? kenapa beliau jadi kekanak-kanakan seperti itu.
"Frey...mama tadi salah makan apa gimana?" Tanya Samudra sambil menatap pintu kamar ibunya.
"Kita mau punya dedek bayi bang..." Jawab Freya kalem
"Ooooh...pantes..............APA?!!!DEDEK BAYI???MAKSUDNYA MAMA HAMIL LAGI GITU???!!!" Teriaknya histeris, Freya bahkan sampai harus menutup telinganya akibat teriakan Samudra yang begitu memekakan telinganya.
"Ih.. Biasa aja ngomongnya kali bang... Ini freya bisa budeg nanti..." Samudra hanya meringis melihat adiknya yang memberengut kesal.
"Hehehe.... Sorry dek.. Kan abang kaget... Ya udah deh, kalo gitu abang berangkat dulu ya. Telfon aja kalo ada apa-apa,oke???!"
"Iya iya... Yakin abang gak perlu di temenin sama Freya???" Samudra langsung mendelik sedangkan Freya hanya tertawa karena berhasil menggoda sang kakak.
.

.

.

.

.
Pejalanan menuju tempat perkemahan memakan waktu 2 jam lebih dari sekolah mereka. Samudra sedikit kebingungan karena sejak tadi ia tak menemukan Arlett dimanapun. Ia juga sudah berkali-kali menghubungi gadis itu, tapi selalu tak di jawabnya.
"Kamu dimana Queen.."
Pemandangan pertama saat mereka meginjakan kaki di tempat perkemahan itu adalah hamparan rumput hijau dengan beberapa jenis bunga liar yang tumbuh di beberapa tempat.
Samudra sempat terkagum-kagum melihat pemandangan di depannya. Tapi getar di handphonenya berhasil mengalihkan rasa kagumnya.
"Halo?"
"Sam..hiks.." ucap seseorang disebrang sana.
"Queen??"
"Sam...hiks..gue takut..." ucap Arlett parau. Sedangkan Samudra langsung panik begitu mendengar Arlett yang menangis.
"Kamu sekarang dimana????"
"Di..ru.mah sa..kit..Sam.."

DEG!!!

"Kamu gak apa-apa kan????!!di rumah sakit mana??" tanya Samudra panik. Ia bahkan tak menghiraukan panggilan guru-gurunya saat kakinya tanpa sadar berlari ke arah mobil langit.

"Dek.. Abang pinjem mobil."

Langit menyerengit bingung saat samudra tiba-tiba sudah berdiri di depannya dengan wajah paniknya.

"Abang mau kemana???"

"Abang mau ke rumah sakit. Arlett tadi nelfon suruh abang kesana."

Langit mendengus saat mendengar nama Arlett keluar dari bibir kakaknya.

"Abang mau aja sih di kacungin sama tuh nenek sihir."

"Deeekkk... Please, ini darurat." ucap Samudra dengan tatapan memelasnya, membuat langit mau tak mau memberikan kunci mobilnya.

"Thanks dek.."
Samudra dengan cepat mengendarai mobilnya menuju rumah sakit yang tadi di sebutkan oleh kekasihnya. Perjalanan menuju rumah sakit pun berjalan lancar, karena kebetulan sedikit sepi.
Samudra berjalan ke arah meja resepsionis. Tapi sebelum ia sempat bertanya, ia menemukan arlett tengah berjalan dengan tatapan setengah kosong dan mata sembabnya.

"Ar..ada apa??? kamu gak apa-apa kan???" Tanya Samudra sambil meneliti tubuh Arlett barangkali terluka.
Arlett menggeleng lemah dengan tatapan sendunya. Tak lama kemudian, gadis itu menangis sesegukan di dada Samudra membuatnya bertanya-tanya sekaligus khawatir.
"Bunda sam.. Bunda jatuh dari tangga. Dan sekarang katanya Bunda kritis.. Hiks... Gue takut Sam..." ucapnya sesegukan.
Samudra hanya bisa membiarkan gadis itu menumpahkan kesedihannya. Dengan sabar ia mendengarkan cerita Arlett saat kejadian kecelakaan itu terjadi.
Hatinya ikut merasakan sakit dan marah disaat bersamaan mendengar jika bundanya hanya bisa diam saat suaminya berhubungan intim dengan wanita lain didepan matanya sendiri. Karena memang bundanya mengalami stroke ringan sehingga kakinya lumpuh dan tidak bisa berbuat apa-apa.
malapetaka pun terjadi saat Arlett pulang dan memergokinya juga. Gadis itu mengamuk melihat ayahnya sendiri dengan teganya menyakiti istrinya sendiri. Apalagi yang menjadi selingkuhannya adalah casandra musuhnya sendiri, dengan membabi buta gadis itu memukuli mereka berdua yang masih dalam keadaan memalukan.
Entah karena cinta atau bundanya yang buta, saat arlett hendak mengusir ayahnya, bundanya malah membelanya dan menyebabkan ia terdorong dari tangga.

Samudra & ScarlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang