28

1K 58 1
                                    

"Rubby ngajak ketemu. Katanya dia mau minta maaf sekaligus pengen ketemu sama kamu"

Kata-kata Samudra tadi pagi masih terngiang jelas ditelinganya. Dari mana Samudra tau jika Rubby ingin bertemu dengannya? Apakah Samudra dan Rubby masih saling berhubungan selama ini? Tapi sepertinya tidak mungkin.. Gadis itu mendesah. Baru saja kemarin ia dan Samudra merasa damai, sekarang sudah ada lagi masalah yang datang.

Arlett mengetuk-ngetukan jarinya diatas meja. Pandangannya lurus ke arah papan tulis didepannya.
Sudah jelas ini akan jadi masalah buruk.

"Sst.. Ssst. Kamu kenapa sih Ar?" Tanya Rahma kepo.

Arlett menatap Rahma dengan kening berkerut." Harus ya gue jawab?"

Rahma mendengus. Gadis berkacamata itu kembali mengabaikan Arlett karena percuma saja bertanya, toh Arlett tidak akan menjawabnya. Dan kalaupun iya, siap-siap saja karwna gadis itu akan menjawabnya dengan kata-kata pedas nan nyelekit yang bisa membuatmu sakit hati.

"Cie ngambek.. gak usah pake ngmbek juga muka lo emang udah jelek Rahmaa.."

Dengar kan, menyesal ia bertanya tadi." Untung temen.." Gumam Rahma yang dihadiahi kekehan oleh Arlett.

"Bercanda gue Mak.. Gue lagi bingung nih.."

"Gue bukan Mak lo Scarlett.. Kenapa juga dah lo bingung? Bukannya Ratu bully kayak lo gak punya hati ya. Kok bisa bingung."

Arlett mendelik, gadis itu dengan gemas menggeplak kepala Rahma hingga Rahma mengaduh dengan umpatan-umpatan yang keluar dari mulutnya.

"Sumpah ya Ar, gue nyangkanya dulu lo itu cewek angkuh, dingin, arogan. Eh ternyata gesrek juga otaknya."

Bukannya merasa tersinggung Arlett malah terbahak mendengar kejujuran teman sebangkunya itu. Ternyata berteman dengan mereka membawa kesenangan tersendiri untuknya.

"Gue gak sejahat itu juga kali. Sorry kalo dulu gue nyebelin.. Gue cuma takut aja kalian gak mau temenan sama gue."

"Yah oke lah kita maapin.. Sebenernya kita juga bangga sekelas sama lo. Selain karena lo juara taekwondo, kita aman dari gangguan kelas-kelas lain soalnya mereka takut sama lo." Ungkapnya jujur.

Keduanya tertawa. Arlett memang kehilangan Kania dan Vella sebagai sahabatnya, tapi kini ia mendapatkan banyak teman dan lebih menerima dirinya apa adanya.

"Nyanteilah.. Gue juga gak keberatan kok."

Teeeeeetttttt....
Bunyi bel tanda sekolah usai menyudahi perbincangan mereka.
Arlett tersenyum saat Samudra berdiri diambang pintu kelasnya dengan gaya yang membuat para cewek-cewek dikelasnya riuh seketika.

"Ck. Lo bikin bising tau gak." Gerutu arlett yang ditanggapi Samudra dengan cengiran lucunya.

"Kita jadi kan ketemu Rubby?"

"Emang harus ya?? Gue gak yakin kalo dia mau minta maaf." Ucapnya tak yakin. Apalagi dengan sifat Rubby yang terbilang licik ia berfikir lebih baik menghindarinya dari pada harus berurusan yang berdampak pada hubungannya nanti.

"Kita liat aja dulu. Siapa tau dia emang bener mau minta maaf."

Arlett mengangguk pasrah, dari pada ia harus berdebat dengan Samudra lebih baik ia diam dan melihat saja. Ia bukan gadis munafik yang akan pura-pura baik padahal ia sedang cemburu.
Namun ia mencoba bersabar dan melihat saja bagaimana kelanjutannya nanti.

Mobil merah Samudra berhenti disebuah Cafe tak jauh dari sekolahnya.

Arlett menaikan sebelah alisnya melihat penampakan gadis didepannya.

Samudra & ScarlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang