23

1K 64 0
                                    

Hari-hari berikutnya semakin berat bagi Arlett, ia harus ekstra ketat untuk menjauhkan gadis-gadis liar yang kini menjadi pemburu pacarnya.
Hampir setiap hari ada saja yang mereka rencanakan untuk mendekati Samudra, dari mulai yang lebay sampai yang kotor sekalipun.

"Gue cape." Keluh Arlett sambil menidurkan kepalanya diatas meja kantin.
Langit menaikan sebelah alisnya bingung. Tumben-tumbenan gadis itu mau berbicara duluan padanya.

"Kenapa?" Tanya Langit masih fokus dengan hpnya.

"Fans-fansnya kembaran lo tuh, makin liar aja. Gue kewalahan ngadepin mereka sendiri." Arlett menyeruput jus dihadapannya tanpa melihat reaksi orang didepannya yang tengah mendelik kesal padanya.

"Belom juga gue minum Ar.."

"Hihi.. Sorry, gue hauss." Langit hanya bergeleng pelan melihat kelakuan Arlett tadi. Gadis itu kembali menidurkan kepalanya dimeja. Bergumam sendiri hingga tak menyadari Samudra sudah berada disampingnya.

"Kuat gak ya kalo gue ngadepin mereka terus. Gue juga pasti kalah kalo mereka nyerangnya barengan. Padahal gue udah janji buat gak bully orang lagi sama Samudra." Ucapnya sedih.

Usapan dirambutnya membuat Arlett langsung bangun seketika. Ia mengerejap melihat Samudra tengah tersenyum padanya.

"Sejak kapan lo disini?" Tanyanya bingung.

"Udah sejak tadi.." Jawabnya singkat.

"Kok gue gak sadar ya? Terus si Langit kemana?"

"Ke kelas. Kan emang udah bel juga sayang.."

Arlett hanya ber'oh ria menanggapi perkataan Samudra.

"Ya udah yuk ke kelas, ngapain masih disini?"
Cowok itu bangun dari duduknya, keduanya berjalan beriringan menuju kelas mereka, tanpa pelukan atau pun saling berpegangan tangan seperti kebanyakan remaja lain yang sedang jatuh cinta. Karena sekolah memang bukan tempat yang tepat untuk bermesraan kan?

"Gak usah layanin mereka, ntar juga kalo udah bosen diem sendiri."

"Siapa?" Tanya Arlett heran.

"Cewek-cewek itu. Aku juga gak ngasih harapan ke mereka kok."

"Sipp. Gue juga gak mau mereka malah baper gara-gara lo kasih harapan palsu."

"Iya.. Ya udah sana gih ke kelas. Belajar yang bener. Jangan malah tidur." Gadis itu mengangguk. Setelah itu berjalan dengan santai menuju kelasnya.
.

.
Arlett menyerengit melihat sebuah kotak kado diatas mejanya.

"Eh, apaan nih?? Ron, lo tau gak yang ngasih siapa?"

"Gak tau, kan kita tadi pada dilapangan Ar.."

"Oh iya ya.." Dengan semangat Arlett membuka kado tersebut, gadis itu menaikan sebelah alisnya sambil tersenyum miring melihat isinya.

"Jauhin Samudra atau nasib lo bakal kayak tikus ini"

Arlett terkekeh, ada yang mengancamnya juga ternyata. Bukannya menjerit seperti gadis kebanyakan, gadis itu malah membawa kado itu dengan santai dan membuangnya ke tong sampah didepan kelasnya. Tidak perduli dengan anak-anak perempuan lain yang menjerit karena jijik melihat bangkai tikus didalam kado.

******

BRAKK!!

Arlett terlonjak kaget saat mejanya digebrak dengan begitu kuatnya oleh seseorang.
Gadis itu mengucek kedua matanya yang buram.

"Lo mau pada ngapain sih, gak bisa ya liat orang tenang dikit." Ucap Arlett kesal.

"Putusin Samudra!"

Samudra & ScarlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang