25

1.1K 61 11
                                    

"Gue?nyium lo? Itu cuma ada dimimpi lo Queena."
Samudra menyeringai, welcome my darkside..
Dengan gerakan tiba-tiba, Samudra mencekik leher Queena kuat membuat wajah gadis itu memerah karena tidak bisa bernafas.

"Lo udah bangunin gue Queena. So, saatnya kita bersenang-senang.."
Dengan sekali hentakan, Samudra melempar Quenna ketembok dengan begitu kuatnya. Gadis itu meringis kesakitan, ia terbatuk dengan darah yang keluar dari mulutnya.

Belum sempat ia berdiri, Samudra sudah mengapit kedua pipinya keras membuat Queena menjerit karena rasa sakit yang begitu luar biasa dipipi gadis itu.

"Gue udah peringatin lo sebelumnya Queena. Jangan pernah coba-coba buat sentuh Arlett apalagi buat nyakitin dia. Sekarang lo nikmatin sendiri apa yang udah lo perbuat." Quenna menggeleng-gelengkan kepalanya takut dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya.
Sumpah, seumur hidup ia mengenal Samudra, ia tidak pernah tau Samudra bisa bertindak sekejam itu. Tidak ada eksperesi di wajahnya. Hanya ada tatapan membunuh membuat Queena ketakutan setengah mati.
Gadis itu kembali menjerit saat Samudra menyayat lengannya dengan pisau yang Queen gunakan untuk menyayat lengan Arlett tadi.

"Kenapa nangis? Bukannya tadi lo ketawa pas nyayat tangan Arlett. Sekarang lo rasain sendiri bagaimana rasanya."

"AMPUN SAM. SAKIIIT. HIKS.. HIKS.." Bukannya merasa kasihan, Samudra malah tersenyum sinis. Kini pandangan Samudra beralih pada cambuk yang tergeletak tak jauh darinya.
Samudra menyeringai, sedangkan Queena menggeleng-gelengkan kepalanya takut melihat Samudra kini tengah berjalan kearahnya.

"Jangan Sam.. Please maafin aku.. hiks. Aku belum mau mati." Ucap Queena memohon. Ia begitu ketakutan sekarang, apalagi semua orang-orang bayarannya dilumpuhkan dengan begitu mudahnya oleh Samudra. Gadis itu terseok-seok menjauhi Samudra yang kini berjalan pelan menghampirinya dengan tawa yang begitu mengerikan. Jika dirinya yang punya kelainan bahkan disebut psikopat oleh dokternya saja kalah, berarti Samudra lebih dari dirinya.

"Ampun Sam.. Jangan bunuh gue.. Hiks.. Hiks gue janji gak bakalan ganggu kalian lagi."

"Oh ya? Sayangnya gue belum puas buat nyiksa lo.. Kayaknya sayatan gue juga kurang.." ucap Samudra dengan mimik pura-pura sedang berfikir.
Cowok itu memiringkan kepalanya sambil tersenyum," kalo gue lukis wajah lo pake ini... Mau?"
Queena refleks menggeleng,gadis itu berlari menjauhi Samudra walaupun itu tak pantas disebut berlari juga.
"Sini dong.. Katanya lo pengen jadi pacar gue.. Kok malah lari."
Dengan sekali sentakan Samudra kembali melemparkan Queena hingga gadis itu kini terlempar kesudut ruangan.

"Sa. Kit.. Hiks.. Aaaarrrrgggggghhhhh!!!!" Gadis itu kembali menjerit saat Samudra dengan tanpa ekspresi menginjak kakinya.
"Berdoa aja semoga kaki lo gak patah Queena.. Atauu.. Mau gue patahin??hmm kayaknya itu ide yang bagus juga."

Queena hanya bisa menangis sekarang, ia tak menyangka jika semua rencana yang ia susun berakhir buruk. Lebih buruknya mungkin ia akan mati ditangan Samudra.

"S.Sam.."

Panggilan lemah dari Arlett membuat Samudra terhenti. Tatapan datar dan tanpa ekspresi itu seakan langsung hilang begitu ia melihat Arlett. Samudra berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan Arlett yang masih terikat dikursi dengan keadaan yang begitu menyedihkan.

"Maaf aku telat." Ucap Samudra dengan tatapan sedih. Pandangannya menelusuri setiap inchi tubuh Arlett yang penuh dengan luka.

Air mata Arlett kembali mengalir." Gue takut lo nyium dia." Ungkap Arlett jujur.

"Gak akan pernah sayang.. Aku cuma milik kamu."

Samudra melepaskan ikatan Arlett. Tangan gadis itu membelai pipi Samudra lembut. Membuat Samudra menutup kedua matanya menikmati usapan Arlett dipipinya.
"Jangan sakitin Queena lagi. Gue gak mau lo jahat kayak dia. Samudranya gue itu cowok yang baik."

Samudra & ScarlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang