30

1.2K 54 5
                                    

Arlett menangis dipelukan Clarissa. Ia tidak tau harus berbuat apa sekarang. Hatinya terlalu sakit mendengar perkataan Samudra tadi.

"Maafin anak mama ya sayang.. Mama gak tau kalo dia balik lagi buat ganggu hidupnya abang."

"Gak apa-apa mah. Mungkin udah jalannya juga Arlett sama Samudra harus pisah."

Mendengar kata pisah dari Arlett, Clarissa langsung menggeleng-gelengkan kepalanya tak setuju.

"No sayang.. Jangan pernah berfikir buat pisah sama abang." Ucapnya tegas.

"Tapi Ma. Arlett gak mau jadi penghalang mereka."

"Dia yang penghalang Arlett, bukan kamu. Mama mohon sama kamu. Bertahan sekali lagi buat anak mama.. Mama gak mau punya mantu selain kamu sayang.."

Arlett memandang pedih Clarissa yang kini tengah menangis didepannya. Clarissa sudah ia anggap seperti ibunya sendiri. Dan sekarang melihatnya menangis, mau tak mau Arlett menarik kembali keputusannya berpisah dengan Samudra.

"Makasih sayang.. Makasih karena kamu mau bertahan.." Ucapnya sambil menangis haru.

Freya dan Langit hanya bisa tersenyum dari jauh melihat interaksi keduanya. Mereka percaya jika Arlett tak semudah itu dikalahkan.
.

.

.

Seminggu kemudian..

Arlett sudah sehat kembali seperti sedia kala. Ia sangat berterima kasih pada Galaxy dan Clarissa yang menaruhnya di fasilitas VIP sehingga kondisinya cepat pulih.
Ia juga bersyukur karena selama masa pemulihan itu mereka menyembunyikannya dari Samudra yang terus mencarinya. Ia tau hal itu dari Freya yang memang serumah dengan Samudra.

Tok. Tok. Tok.

Arlett yang tengah tiduran dikasurnya langsung terbangun mendengar suara ketukan dipintu depan rumahnya.

"Siapa sih malem-malem dateng kesini."

Arlett menaikan sebelah alisnya begitu melihat Langit sudah rapi dengan setelan jalannya.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Arlett heran.

"Ikut gue jadi patner balap malem ini yuk. Gue pengen nunjukin lo sama seseorang."

"Dih. Cari aja yang lain. Gue udah lama gak ke jalan lagi." Tolaknya sambil hendak menutup kembali pintu rumahnya.

"Ayolah.. Gue kangen Black Devil balik lagi buat nguasain jalanan."

Arlett yang tadinya akan pergi langsung berbalik dengan wajah terkejut.

"Tau dari mana kalo gue emang dia?"

Langit menyeringai, cowok itu mendekati Arlett membuat gadis itu refleks menjauh.

"Tato dipunggung lo salah satu buktinya. Dan kalo lo mau bukti lain, gue bisa sebutin itu satu-satu."

Arlett berdecak, "Ya. Ya. Gue bakal ikut lo. Tunggu bentar."

Langit langsung tersenyum lebar begitu mendengar Arlett mau ikut bersamanya. Ini adalah moment yang tepat untuk menunjukan kepemilikannya pada seseorang yang kini menjadi rivalnya. Langit tersenyum misterius. Rencananya akan berhasil sekarang. Ia tidak sabar melihat reaksi rivalnya saat tau ia membawa Black Devil sebagai pasangannya.

"Yuk berangkat."
Langit terbengong-bengong saat Arlett yang kini sudah berada didepannya.
Dengan hoodie hitam, jeans dan sepatu bootsnya. Ia melihat Arlett dalam wujud yang berbeda.

"Kenapa dah?" Tanyanya heran.

"Gue kaget aja bisa liat Black Devil dalam jarak sedeket ini."

Plakk!
Langit mendelik saat kepalanya dipukul oleh Arlett." Bego tuh jangan dipiara. Gue emang tiap hari deket sama lo kan. Lo share lokasinya aja. Ntar gue nyusul."

Samudra & ScarlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang