8

1.4K 69 22
                                    

Dengan gemas, Arlett menjewer samudra hingga cowok itu mengaduh. Bagaimana tidak gemas coba, cowok itu selalu hanya diam saat orang lain menyakitinya. Apa jika ada orang lain yang berniat membunuhnya dia juga akan diam saja.

"Gak usah pake dijewer juga kali Ar.. Kan sakit."

"Gue jewer dikit aja lo bilang sakit kan. Kenapa tadi lo diem aja pas si cunguk itu mau ngehajar lo  hah!" Ucapnya sambil melotot. Sumpah, jika bukan karena ****** sudah ia kuliti saja cowok didepannya ini.

Bukannya takut, Samudra malah mengerejap lucu membuat arlett tak tega juga untuk memarahinya.

"Maaf.. Ya ya? Please.."

"Bodo amat. Sebel gue. Lo itu cowok sam, harus kuat. Bukannya malah.. Deuh! Pusing deh gue!!" Samudra tersenyum melihat Arlett yang kini tengah menatapnya tajam, ia tau maksud dari perkataan gadis itu baik. Meskipun penyampaiannya tidak dengan kata-kata halus seperti orang lain.

"Sini bentar deh." Samudra mendekati gadis itu walaupun ragu.

Kini keduanya duduk saling berhadapan. Menunggu Arlett melakukan sesuatu.

"Lo keren malem ini." Ucapan Arlett itu berhasil membuat Samudra membeku. Gadis itu tidak sedang mabuk kan??

"Kamu...muji aku Ar?"

"Gak. Lagi nyindir."ketusnya sebal.

Samudra terkekeh. Cowok itu mengerejap saat Arlett mendekatkan wajahnya hingga jarak mereka hanya beberapa centi saja. Samudra sudah gugup karena Arlett terlalu dekat dengannya. Terlebih ia juga memikirkan hal-hal yang membuat jantungnya kini berdetak cepat.
Sreekkk.

Arlett melepas kacamata yang cowok itu gunakan. Ia juga mengacak rambut  Samudra hingga cowok itu terlihat berbeda sekarang.
"Dari tadi gue pengen ngelakuin ini ke elo."

"Terus kenapa baru sekarang?" Tanya Samudra sambil menatap manik Arlett tanpa berkedip.

"Gue cuma gak mau orang lain tau. Dan mereka merebutnya dari gue" Jawab gadis itu pelan.

Gadis itu pun kembali memasangkan kacamata Samudra dan kembali merapihkan rambutnya.

"Udah yuk pulang. Gue ngantuk nih." Ucap Arlett sambil menarik tangan Samudra.

Cowok itu menatap genggaman tangan Arlett ditangannya, senyumnya terukir melihat apa yang hanya ada di angannya kini menjadi kenyataan.

Semoga aku gak cuma mimpi bisa rasain ini sama kamu Ar. Ucapnya dalam hati.

******
Pagi itu Arlett bangun dengan denyutan hebat dikepalanya. Ia mendesah, kenapa disaat seperti ini ia malah sakit sih.

Dengan langkah sedikit terhunyung, gadis itu bersiap-siap untuk pergi kesekolah. Katakanlah ia bodoh karena memaksakan diri pergi saat keadaannya seperti sekarang. Ia hanya tidak ingin pingsan atau mati sendirian tanpa ada orang lain yang tau. Ternyata seorang Arlett pun punya ketakutannya sendiri bukan.

Samudra menatap Arlett heran melihat gadis itu sedikit tidak bersemangat hari ini, wajahnya juga sedikit pucat.

"Ar, kamu sakit?" Tanya Samudra cemas. Cowok itu kini mengikuti Arlett dari belakang karena gadis itu tidak menjawab pertanyaannya.

"Ngapain sih lo ngikutin gue,lo mau ngintilin gue ke kelas juga?" Ucap Arlett ketus membuat Samudra tersenyum meringis.

"Kamu udah sarapan?"

"Udah tadi. Udah sana pergi, risih gue tau nggak." Samudra mengangguk, cowok jangkung itu lalu pergi kekelasnya walaupun perasaannya kini tidak tenang karena melihat kondisi Arlett tadi.

Samudra & ScarlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang