part twelve

2.1K 94 0
                                    


HARI ini Hans sedang berada di perpustakaan sambil membaca buku yang tebalnya setebal buku Harry Potter ditangannya, posisinya saat ini sedang duduk di bangku pojok yang dekat dengan jendela, tanpa sadar sahabatnya Alvaro sudah berdiri dihadapannya.

Alvaro melirik buku tebal yang sedang dibaca sahabatnya, “hukum perdata” gumam Alvaro sambil mengeja judul buku yang di baca oleh Hans.

Yap! dikarenakan Hans sudah menginjak semester lima, dia akan memilih konsentrasi Hukum Bisnis atau konsentrasi Pidana pada semester ini, sebelum menentukan pastinya dia harus reset satu-persatu terlebih dahulu, agar tidak salah jalan.

tak terasa semester 6 hampir dekat, pastinya pada saat itu dia akan disibukkan dengan kegiatan Magang, yang merupakan program wajib bagi mahasiswa nonpendidikan dengan tujuan untuk mendapatkan pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja yang sesungguhnya, magang sendiri biasanya dilaksanakan selama 3-6 bulan.

Hans meliriknya sekilas, dia sudah terduduk di kursi yang berhadapan dengannya, “ kenapa? ” tanya Hans to the poin perihal tujuan Alvaro menemuinya.

“ ada rapat BPM pulang sekolah! ” balas Alvaro yang membuat Hans mengernyit, rapat badan perwakilan mahasiswa? Buat apa?

Hans terlihat menghela nafas, “ bahas soal apa? ” tanya Hans lagi, tapi kali ini tanpa melihat kearah Alvaro.

“ pembukaan UKM! kayak demo ekskul gitu. ” jawab Alvaro sambil mengalihkan tatapannya ke luar jendela, melihat mahasiswa yang berlalu lalang di sepanjang koridor.

“ oh! ” balas Hans singkat.

seakan teringat sesuatu Alvaro langsung menatap wajah Hans serius, “ gimana Clea? ” tanya Alvaro memastikan.

Hans mengernyit, “ apanya yang gimana? ” tanya Hans balik, masih belum mengerti arah pembicaraan Alvaro.

Alvaro mendengus, “ keadaan Clea! ” jawab Alvaro jengah, harus banget diperjelas setiap kali? peka kek.

Hans terdiam sejenak, sekarang dia mengerti pertanyaan dari Alvaro, “ udah membaik! ” balas Hans seadanya.

Alvaro curiga mendengar nada suara Hans yang terkesan jutek, “ Lo kenapa? ” tanya Alvaro dengan tatapan mengintimidasi.

“ emang gue kenapa? ” Hans malah balik bertanya, ini kenapa jadi main tebak-tebakan gini sih?

Alvaro berdecak, “ kok tiba-tiba jutek banget bahas soal Clea? ” pancing Alvaro curiga, matanya memicing seratus delapan puluh derajat menatap wajah Hans.

Hans merasa terpergok, “ biasa aja! ” balasnya kalem berusaha mencari alibi, dia menunjukkan ekspresi sebiasa mungkin, tapi sayangnya itu gak berguna untuk Alvaro.

“ Lo gak berbakat bohong! ” bantah Alvaro tersenyum nista, “ gue tanya sekali lagi, Lo punya perasaan gak sih sama Clea? ” pancing Alvaro dengan alis terangkat sebelah.

Hans menghela nafas, “ gue juga bingung! ” jawab Hans sambil menutup buku yang dibacanya.

Alvaro mengernyit, “ terus kenapa waktu itu Lo nerima Clea? ” tanya Alvaro lagi, masih belum puas dengan jawaban Hans.

Hans terdiam sejenak, “ gue cuma kasih dia tugas OSPEK dengan cara yang berbeda aja. ” balas Hans jujur.

“ tapi kan OSPEK udah selesai, kenapa Lo gak putusin dia!? ” ucap Alvaro bingung, bukan Alvaro aja yang bingung, tapi dia juga bingung dengan dirinya sendiri.

“ gue gak bisa! gue gak tau kenapa. ” balas Hans lagi, dia memejamkan matanya sekilas lalu menyandarkan tubuhnya di kursi, berusaha menyelami perasaannya sendiri.

OSPEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang