part fourteen

2.2K 104 16
                                    


Clea sedang duduk bersila di atas kasur, hari ini adalah hari libur nasional yang dinanti-nantikan oleh seluruh mahasiswa di berbagai universitas biasanya, termasuk dirinya.

Clea memanfaatkan waktu liburnya untuk bermalas-malasan di rumah, seperti sekarang, dia sedang asik menonton film bergenre thriller yang kemarin direkomendasikan oleh abangnya-devan.

baru juga dibahas, cowok bertubuh tegap itu sudah ikut terduduk disofa tepat sebelah Clea, yang lebih menyebalkan lagi dia merebut cemilan keripik singkong yang sedang Clea nikmati.

" tumben gak keluar? " tegur Clea agak sebal, sambil terus mengunyah makanan ringan didepannya.

" ngusir? " balas Devan dengan tatapan menyipit kearah Clea.

Clea merotasi kan bola matanya, " bagus deh peka. " jawab Clea sekenanya.

Devan sontak mengacak rambut adik perempuannya itu dengan gemas, yang membuat Clea seketika mendecak, " dasar adik durhaka! " gerutu Devan mencibir, namun sebenarnya dia tidak marah sungguhan.

Clea kembali menata rambutnya yang kini sudah berantakan karna ulah abangnya itu, " biarin! " sahut Clea dongkol.

Devan hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku adik perempuan satu-satunya itu, " mama kemana? " tanya Devan sambil celingak-celinguk kearah dapur dan kamar untuk mencari sosok wanita paruh baya yang dikenalnya dengan sangat baik, malaikat tanpa sayapnya.

" ke minimarket, belanja. " jawab Clea tanpa menoleh kearahnya, dia masih nampak sibuk menatap layar LED dihadapannya.

" papa? " tanya Devan lagi, dengan kedua alis yang mengernyit.

" ke kantor. " balas Clea lagi.

Devan menatapnya tidak percaya, " ini kan hari minggu? " tanya pria berwajah tampan itu dengan ekspresi heran.

Clea mendecak, ikut kesal. " gak tau, tadi katanya ada meeting sama client! kayak gak tau papa aja, semua hari kan sama aja bagi papa, mau itu hari weekend atau gak. " desis Clea tajam, papanya itu memang sangat sibuk dan jarang sekali memiliki waktu untuk keluarga, bahkan bagi Clea dia gak punya waktu untuk dirinya sendiri.

Devan hanya manggut-manggut sambil tersenyum kecut, " btw, OSPEK Lo kemaren gimana? sadis gak? " tanya Devan kepo.

Clea mencibir, dia malas sekali mengingat-ingat masa OSPEK yang sangat menyebalkan baginya, " ck! gila banget tuh kampus. " maki Clea sarkastik, dia gondok setengah mati kalau harus memutar memorinya saat masa OSPEK.

Devan terkikik geli, gak salah kalau kampus itu menekankan kesan senioritas yang tinggi, " I know, apalagi kampus Lo terkenal sama senioritas mahasiswa-nya, anyway untungnya universitas Lo gak ada aksi bullying, beda sama kampus gue. " balas Devan sambil memasukkan potongan brownies cokelat kedalam mulutnya.

Clea mengernyit, " tau darimana? " tanya Clea heran, kenapa abangnya justru tau lebih banyak tentang kampusnya?

Devan seolah berpikir, " dari gue barusan! " balas Devan asal.

Clea melotot, dia mencubit perut Devan cukup keras yang membuatnya meringis kesakitan.

" gue serius! " ancam Clea tajam.

Devan mengelus-elus bekas cubitan Clea, " punya adek hobi banget nyiksa abangnya! " gumam Devan sambil meringis kecil.

Clea pura-pura ngambek, " siapa suruh ngeselin! " jawab Clea kalem dengan wajah tak berdosa, membuat Devan harus mengelus dadanya sabar menghadapi adik semata wayangnya itu, " jawab gak!? " tuntut Clea meminta jawaban.

OSPEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang