part fifteen

1.9K 90 28
                                    


Clea langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa tepat disamping Devan–abangnya, hampir aja Devan jantungan karna Clea masuk tanpa permisi, tiba-tiba dia ikutan duduk disamping Devan tanpa aba-aba.

dasar kelakuan

“ Lo ngagetin tau gak! kalau gue jantungan gimana!? ” protes Devan tak terima.

Clea hanya meliriknya sekilas, kemudian mendesis pelan, “ gak usah lebay, lagian keluarga kita gak ada keturunan riwayat penyakit jantung. ” balas Clea logis.

Devan yang mendengarnya mendecak sebal, tapi ada benarnya juga ucapan adik semata wayangnya itu.

sedetik kemudian Devan mengernyit memperhatikan perubahan wajah Clea, dia sadar ada yang tidak beres, tumben banget Clea mendadak diam, tidak seperti biasanya yang banyak bicara.

“ Lo kenapa? kok tiba-tiba jadi kalem gitu!? ” tegur Devan mulai menginterogasi.

“ gak papa! ” balas Clea seadanya.

Devan menyipitkan matanya, masih belum puas dengan jawaban Clea, “ Lo pikir gue percaya? ”

Clea memutar bola matanya malas, “ serah Lo deh. ” timpal Clea tidak ingin ambil pusing.

“ Lo diapain sama Hans? ” tanya Devan tiba-tiba.

Clea melongo, “ hah!? ”

“ kok hah? ”

“ kok jadi bawa-bawa Hans!? gak ada hubungannya sama dia! ” jawab Clea keki, lagian kenapa dia yakin banget coba kalau perubahan sikap Clea ada hubungannya sama Hans?

Devan menatap Clea tidak percaya, pasalnya Clea tiba-tiba jadi begini karna habis pulang bareng sama Hans, gak salah kan kalau Devan mencurigai Hans sebagai tersangka.

“ soalnya habis Lo gue titipin ke Hans tiba-tiba aja jadi gini, dia lakuin sesuatu ke Lo? ” tanya Devan masih belum menyerah.

Clea menatapnya tajam, dipikir dia barang dititip-titip, “ gak! ” sungut Clea keki.

“ bohong! ” bantah Devan mutlak.

Clea melongo, “ I didn't ” decak Clea keki.

Devan memutar bola matanya malas, dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya sendiri, dia tampak berkutat mencari kontak seseorang, hal itu membuat Clea mendadak was-was, siapa yang Devan coba hubungi?

“ Lo ngapain? ” tanya Clea mengutarakan kegundahan hatinya.

“ nelpon temen! ” balas Devan santai.

“ siapa? ”

“ Hans ”

Clea melotot, “ Lo gila!? ” celetuk Clea shocked.

Devan berusaha tersenyum semanis mungkin, “ gue waras! ” jawab Devan kalem, reaksinya masih begitu tenang.

“ ngapain? ” tuding Clea dengan tatapan mengancam seakan mengatakan ' awas aja Lo telepon dia, habis Lo ditangan gue! '

pertanyaan gue belum dijawab, siapa tau gue dapet jawaban dari Hans! ” jawab Devan enteng dengan wajah tak berdosa.

Devan mulai mendekatkan benda pipih persegi panjang itu ke telinganya, bisa dipastikan dia sedang menunggu jawaban di seberang sana.

“ tadi kan gue udah jawab! ” sergah Clea berusaha merebut ponsel yang ada di telinganya dengan cara berjinjit, tapi justru Devan mengangkat tangannya tinggi-tinggi, gimanapun juga tetap aja gak sampai, secara tinggi Clea hanya sebatas bahu Devan.

“ jawaban Lo kurang pas dihati! ”

Clea menyerah, dia memilih membiarkan Devan melakukan apa yang dia mau.

OSPEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang