Hati-hati ranjau typo bertebaran di mana-mana!!!
HAPPY READING, GUYS😍
Semoga suka dengan cerita baru saya. Jangan lupa VOTE&COMMENT perdana kalian di lapak terbaru ini😉
°°°
Papa membawaku ke ruangannya. Beberapa orang yang mungkin memiliki sifat kepo berlebih dalam hidupnya, mengikuti kami. Tetapi untunglah mereka tak gila sampai masuk ke ruangan Papa. Napasku masih naik turun tak beraturan, tapi lebih baik dari sebelumnya. Aku masih ketakutan. Bagaimana tidak, Papa turut membawa Pria aneh tadi pagi.
"Milzam, ceritakan secara detail kenapa Anak saya bisa seperti ini." tanya Papa terdengar dingin. Tatapannya tetap setia padaku. Dia masih sibuk menenangkanku.
"Jadi, tadi saya, Dina, dan Genta dikejutkan dengan keributan dari arah nurse station. Harusnya kami udah langsung ke Aula, tapi Dina ngotot mau ke sana. Katanya, untuk sekedar mengecek. Yah, jadi pas di sana saya lihat Adik saya Yuni, hampir cakar-cakaran sama Adiknya Genta. Yaudah langsung aja kami buru-buru ke sana. Orang-orang juga udah pada rame ngerubuni mereka. Dan, anak Dokter... Udah diposisi kayak gitu pas saya datang."
Meskipun pandanganku menunduk, penjelasan panjang lebar Dokter ini tetap ku dengar keseluruhan. Papa sepertinya begitu. Papa menghela napas. Tangannya mengangkat pelan daguku. Aku langsung mendongak menatapnya.
"Zee, kamu udah baikan? Kalo belum, hari ini kamu jangan visit dulu aja. Papa udah nelfon Mama untuk jemput, kamu."
Aku mengangguk saja mengiyakan. Aku juga merasa kondisiku sedang tidak enak. Seluruh tubuhku dari tadi tak ingin berhenti bergetar. Bahkan sekarang aku merasakan pusing dan mual secara bersamaan.
"Milzam, kamu bisa panggilkan Dina?"
"Ah, iya, Dok! Akan segera saya panggilkan." Dokter yang bernama Milzam itu langsung melesat pergi keluar saat Papa memerintah.
Setelah kami hanya tinggal berdua, aku baru berani buka suara. "Papa... Zee... Ada yang mau Zee omongin." suaraku juga ikut bergetar.
"Ngomong aja, sayang. Gak apa, kok."
"Tapi Papa janji ya, jangan marah? Ini tentang Dokter tadi." pandangaku menatap keseluruh ruangan. Apa lagi menuju pintu keluar, lebih ku fokuskan. Takutnya Dokter tadi tiba-tiba muncul.
"Milzam?" aku mengangguki nama Dokter tadi yang Papa sebutkan. "Kenapa dia? Coba cerita sama Papa."
"Tadi pagi di Komplek, Zee sempat ketemu Dokter itu. Zee gak sengaja nabrak dia. Papa tau sendiri kan, Zee takut ngeliat Cowok sedekat itu. Bahkan sampai kontak fisik,"
Papa mengangguk-angguk saja. Dia terlihat fokus sekali mendengarkan. Aku melanjutkan laporanku lagi. "Sama kayak ini, Zee sempat kambuh. Tapi, gak separah ini sih, Pa. Dia tetep ngotot Pa, mau nolongin Zee yang sempat dia tabrak."
"Hah? Dia nabrak, kamu?!" karena teriakan Papa yang tiba-tiba aku jadi ikut berteriak kaget.
"Papa! Ya Allah, Papa ngegetin Zee tau!"
"Oh, ya, sorry, Nak. Papa refleks." Papa membenarkan letak jas snelli-nya, dan duduk tenang kembali mendengarkan. "Lanjutkan,"
"Karena saking takutnya, Zee kabur sampe blok A."
"Berlari, tuh?"
"Nggak, Pa, tapi kayang! Jelas-jelas lari lah, Papa..." aku menatap Papa jengah, karena dia dua kali memotong ucapanku terus.
Dia mengangguk tanpa dosa lagi, "Keren, dong. Harusnya kamu itu jadi atlet lari internasional aja. Gak usah jadi Dokter." wajahku datar menatapnya. Ucapan Papa melenceng dari topik. Papa yang merasa canggung ditatap seperti itu, segera berucap, "Ah... Oke, lanjut!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Pangeran Syurgaku (TERBIT CETAK)
RomanceSquel Sandryna & Faisal - Di sarankan membaca novel Jomblo Fisabilillah dahulu 🎖Rank 3 in Sepi (1 Januari 2020) 🎖Rank 2 in Sunyi (1 Januari 2020) 🎖Rank 1 in Koas (27 Desember 2019) 🎖Rank 20 in Pangeran (1 Januari 2020) 🎖Rank 3 in Syurga (3 Janu...