10. Sebuket Bunga

2.2K 186 42
                                    

HATI-HATI RANJAU TYPO BERTEBARAN DI MANA-MANA! MAKLUM, TARGET CEPET! JADI WAJARKAN AJA KALO TYPO YAK🙆🌞

And, happy reading guys🌷😃

°°°

Sulit rasanya merespon apa yang terjadi di antara aku dan Dokter Milzam. Tubuhku seolah mengeras bagaikan patung es. Tatapan kedua matanya begitu dekat. Mampu membiusku seketika. Saking dekatnya jarak kami sekarang, deru napasnya dapat ku rasakan.

"CODE BLUE! CODE BLUE!"

Teriakan histeris dari arah luar mengagetkan kami. Bergegas aku dan Dokter Milzam ingin beranjak berdiri, pergi menuju keluar untuk melihat apa yang terjadi. Namun, kami terlebih dahulu di jemput oleh seseorang. Orang itu datang di saat yang tak tepat, di mana kami belum sempat benar-benar berdiri dari posisi semula.

"MILZAM, ADA PASIEN TABRAK LA----ri.... Astaghfirullah! KALIAN NGAPAIN DEKAT-DEKATAN GITU?!" sosok Dokter Juna berdiri di ambang pintu.

Matanya melotot terkejut, seperti ekspresi kami saat melihatnya. Dia berteriak kencang. Langsung saja, aku dan Dokter Milzam benar-benar berdiri. Jarak di antara kami mendadak jauh sekali.

Dokter Juna berjalan cepat mendekati kami. "Jelaskan!"

Bentak Dokter Juna, menatap tajam kami bergantian. Dapat ku lihat amarah yang sangat besar dari kedua bola matanya itu. Jika dilihat-lihat seperti ini, marahnya Dokter Juna sama seperti Papa. Sama-sama menyeramkan.

"Dokter! Apa yang Dokter lihat, itu semua kesalahpahaman! Itu sebuah ketidaksengajaan!" Dokter Milzam menyahuti cepat. Dia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dengan wajah panik.

"Kamu jangan berbohong Milzam! Jelas-jelas saya----"

"Permisi, Dok! Maaf, menyela! Ada keadaan darurat di UGD! Bisakah Dokter bertindak cepat?!" seorang perawat Pria datang di temani keluarga pasien yang menangis hebat.

Sesuai intruksi perawat pria tadi, Dokter Juna pun berbalik. Hendak pergi ke UGD mengikuti perawat tadi dalam menyelamatkan pasien. Sebelum itu Dokter Juna berbalik,

"Kamu, Milzam! Ikut saya, tapi jangan harap urusan kita selesai! Kamu masih berhutang penjelasan pada saya!" sebuah ancaman itu menjadi kalimat terakhir dari Dokter Juna, setelah ia berlari keluar.

Sedangkan Dokter Milzam tanpa menoleh lagi padaku, beliau pergi mengikuti Dokter Juna ke UGD dari belakang.

Selepas kepergian mereka, tubuhku langsung merosot ambruk ke lantai. Kedua kakiku mati rasa akan kejadian satu menit yang lalu.

"Ya Allah, kok... Kok bisa? Kenapa bisa kayak gini?!" rutukku mengusap wajah kasar. Aku menyentuh ke arah dadaku. Jantungku berdetak kuat.

Aku memejamkan mata, sembari merasakan setiap detakan yang terasa. "Seharusnya hal tadi gak terjadi. Harusnya aku gak tidur di sini. Harusnya... Harusnya jantung aku gak bereaksi begini... Ada apa ini? Kenapa rasanya aneh?"

Dalam pejaman mataku, kedua matanya pun masih terbayang sangat jelas.

°°°

Dua hari berlalu setelah kejadian naas kemarin. Milzam tampak berjalan menenteng setumpuk kertas observasi. Rasa aneh sedari tadi menyelimuti Milzam. Seluru rumah sakit terasa ada yang janggal baginya. Seperti ada yang kurang, tapi Milzam tidak tahu apa kekurangan itu.

"Oh, iya, ya! Dua hari ini, aku gak lihat batang hidung Anak Dokter Faisal. Bapaknya pun, juga nggak." Milzam baru mengingat sesuatu janggal yang ia rasakan.

Assalamualaikum Pangeran Syurgaku (TERBIT CETAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang