HATI-HATI RANJAU TYPO BERTEBARAN DI MANA-MANA!
Oh, ya saya mau kasih tahu, kalo Dina itu Psikiater. Gak jadi Psikolog, karena dua bidang itu berbeda. Psikolog itu mengambil parodi berbeda dari Kedokteran. Sedangkan Psikiater mengambil sekolah Kedokteran dan barulah mengambil spesialis psikiater. Jadi, Dina itu Psikiater. Makanya kerja di Rumah Sakit. Oke?
Whehe..😅
AND, HAPPY READING GUYS! BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA😁
°°°
Suara berbisik dua orang di Ruang Koas, membuat langkah kaki Dina berhenti. Pintu tampak tak terkunci. Ada sela-sela yang dapat Dina lihat, dua Koasnya tengah mengobrol. Segera Dina menepi. Punggungnya menempel di dinding. Dan sengaja pula Dina mendekatkan telinganya ke sela-sela pintu.
"Lo tau dari mana berita perjodohan Dokter Milzam sama Zee?" pemilik suara ini dapat Dina ketahui. Ini suara Helen. Salah satu Koasnya selain Karina.
"Tau dari Abang gue, lah! Bang Genta. Gak sengaja gue denger obrolan mereka di telfon." kali ini suara Karina.
Mendengar nama Genta di sangkut pautkan, membuat kepala Dina menggeleng tak habis pikir. "Bodoh... Udah tau punya Adek tukang ghibah, volume bicara di kecilin, kek..."
Dina berucap pelan, penuh penakanan lantaran gemas. Kembali ia memfokuskan pendengaran akan obrolan Karina dan Helen. Jujur, Dina tahu apa yang ia perbuat sekarang itu salah. Tetapi Dina terpaksa melakukannya, agar mengetahui akar permasalahan ini berasal dari mana. Dan sepertinya, Dina sedikit mengetahui kunci permasalahan ini berasal.
"Terus, Dokter Dina sama Dokter Milzam jadinya putus?"
"Pasti lah putus! Secara mereka udah pacaran 3 Tahun, eh si Zee yang kecentilan malah ngedeket. Ujung-ujungnya kita tau kabar perjodohan Dokter Milzam sama Zee, kan? Gue yakin seratus persen, kalo Zee yang udah maksa-maksa Dokter Faisal buat jodohin dia sama Dokter Milzam."
"Ghibah terooosss. Netizen maha benar." Dina semakin geleng-geleng kepala. Mulut Karina jika dalam hal membicarakan orang lain paling handal.
"Ya, kita kan, gak boleh seudzhon dulu. Mungkin aja ini mendadak, dan Zee gak tau apa-apa." di situ Dina mengambil kesimpulan, Helen berusaha berpikir baik. Wanita itu tidak ingin terhasut.
"Halah, gak tau apa-apa dari mana? Zee ntuh pasti lagi akting, biar gak disalahin."
Ucapan Karina yang satu ini, sungguh membuat Dina kesal. Dina juga tidak mengetahui, mengapa ia kesal ketika nama Zee di per-buruk. Padahal jika dipikir-pikir, seharusnya Dina marah besar pada Zee. Lebih para, ia melabrak saja wanita itu di saat sendiri.
Tetapi, Dina tidak bisa berbuat sejahat itu. Sulit bagi Dina untuk membalas perbuatan jahat orang lain, yang telah ditimpahkan padanya.
Pada akhirnya, kaki Dina melangkah berani masuk ke dalam Ruang Koas tersebut. Kemunculan Dina yang tiba-tiba sudah berdiri tegap di ambang pintu, spontan menghentikan obrolan Karina dan Helen. Kentara sekali, bahwa yang paling cemas adalah Helen. Kedua bola mata Wanita itu melotot lebar.
"Ngapain di sini? Gak ada jadwal sama Konsulen kalian berdua?" Dina menatap datar kedua orang itu, dengan tangan yang bersedekap dada. "Kalian bukannya udah kebagian stase obygn sama Dokter Arsy?"
"I--iya, Dok!" jawab Helen gemetar. Kepala wanita itu menunduk. Tak berani dia, menatap wajah Dina.
"Yaudah, keluar! Jangan sampai kalian terlambat." kepala Dina mengendik ke luar pintu sebagai intruksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Pangeran Syurgaku (TERBIT CETAK)
RomanceSquel Sandryna & Faisal - Di sarankan membaca novel Jomblo Fisabilillah dahulu 🎖Rank 3 in Sepi (1 Januari 2020) 🎖Rank 2 in Sunyi (1 Januari 2020) 🎖Rank 1 in Koas (27 Desember 2019) 🎖Rank 20 in Pangeran (1 Januari 2020) 🎖Rank 3 in Syurga (3 Janu...