11. Nama dan Doa Keberuntungan

2K 183 23
                                    

HATI-HATI RANJAU TYPO BERTEBARAN DI MANA-MANA! KALAU ADA TYPO, MOHON DI MAKLUMKAN NAMANYA JUGA MANUSIA😇

And, Happy reading guys. Hope u like this😘

°°°

Mungkin aku yang terlalu bodoh,
Telah mengira bahwa hatimu juga untukku. Dan, terlalu cepat membuka hati untukmu. Namun, dengan ini akupun harus yakin akan Takdir-Nya. Yang pergi akan terganti. Walaupun ada rasa sakit di hati. Terimahkasih untuk luka yang kau beri, semoga kau menyadari agar kau tak menyakiti lagi

°°°

Selama 3 hari jatuh sakit, pada hari ini aku pun menjalankan tugas sebagai Koas seperti biasa. Hanya saja, bertemu dengan Dokter Milzam adalah hal yang paling aku hindari. Ketika sudah melihat sosoknya dari kejauhan, secepat kilat aku berlari pergi. Menatap wajahnya membuatku teringat dengan tragedi malam lalu.

"Ini dia Mbak, satu cup latte." seorang barista menaruh secangkir minuman pesananku.

"Terima kasih," aku tersenyum menanggapi. Cangkir latte itu lantas ku dekatkan.

Cangkir tersebut perlahan aku angkat. Kepulan asap panas menyentuh permukaan kulit wajahku. Dengah penuh hati-hati aku meminumnya. Seketika rasa kopi bercampur susu itu terasa pekat di indera perasa. Dapat menenangkan perasaanku yang dilanda gelisah.

Aku menghembuskan napas pelan. Kedai kopi ini tak dapat di pungkiri ramai akan pengunjung. Sengaja aku kemari di jam istirahat. Agak jauh jaraknya dari Rumah Sakit. Takut saja jika tiba-tiba berpasasan dengan Dokter Milzam.

"Cafein kurang baik untuk kesehatan," seorang Pria datang dan langsung mengambil posisi duduk di hadapanku. Tentu saja aku sangat terkejut. Apa lagi mengetahui jika Pria itu adalah Dokter Milzam.

Dari mana dia bisa tahu aku di sini?!

"Tapi sesekali minum, gak masalah." sambungnya. Dia berbicara padaku, tapi tatapannya ke lain arah.

"Dokter ngapain di sini?" tanyaku basa basi, setelah sedikit lama berdiam diri. Aku menggenggam erat cangkir latte ini, saking gugupnya.

"Ini memang tempat favorite saya setiap kali jam istirahat." balasnya. Cukup mengagetkan. Barusan dia berkata kafein kurang baik untuk kesehatan, tetapi ini tempat yang sering ia kunjungi.

Bukankah ucapannya tadi seperti peribahasa menjilat ludah sendiri?

Tangan Pria itu tampak menyeret daftar menu yang berada di atas meja. Mendekatkan ke arahnya. Daftar menu itu pun ia baca. Menurutku ia sengaja melakukan itu, agar tak terlalu canggung berada satu meja denganku.

"Kamu pesan apa?"

"Eh?" aku sedikit terpelonjak kaget, akibat ia yang bertanya tiba-tiba. Sekilas aku membasahi bibir. Bibirku terasa kering. Sulit sekali untuk terbuka. "Cof----coffee lat---latte..."

"Expresso. Saya suka expresso." entah apa maksud dari ucapannya, namun aku berusaha tidak perduli. Dokter Milzam menutup kembali daftar menu yang sempat ia baca.

Tidak lama dari itu, keheningan kami di pecahkan oleh seorang Barista yang datang memberi pesanan expresso Dokter Milzam. "Ini dia, Pak. Satu cup expresso. Selamat menikmati."

"Makasih,"

Lantas, hening kembali. Kami berdua tidak ada yang memulai topik obrolan apa pun. Aku sibuk memandang ke arah luar kaca, sedangkan Dokter Milzam fokus pada minumannya.

"Zee, apa kamu marah pada saya?" suaranya yang berat, membuyarkan lamunanku.

Pandanganku tak tentu arah akibat pertanyaan yang ia lontarkan. Aku gugup. Bingung memberikan jawaban seperti apa? Aku marah? Tidak juga. Hanya kesal sekaligus malu untuk bertatap muka.

Assalamualaikum Pangeran Syurgaku (TERBIT CETAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang