HATI-HATI RANJAU TYPO BERTEBARAN DI MANA-MANA. MAKLUMLAH, NAMANYA JUGA MANUSIA:V
And, Happy reading guys🤗
°°°
Tidaklah Allah mendatangkan suatu ujian yang menyita air mata, luka lara, lelah dan sakit hati kecuali ada kebaikan setelahnya
°°°
Aneh rasanya. Jika di pikir-pikir, seminggu yang lalu aku dan Dokter Milzam bertengkar hebat. Sampai kami tidak berbicara, bahkan saling menatap pun enggan. Lantas sekarang? Aku dan Dokter Milzam malah berbicara berdua di meja yang sama.
Kami berdua sedang beristirahat di jam makan siang. Sepakat bertemu di Cafe coffee kemarin. Cafe di mana aku dan Dokter Milzam pernah menyelamat dua nyawa manusia. Semenjak kejadian itu, Cafe ini seolah menjadi tempat favorite kami.
"Hubungan Dokter sama Mbak Dina, jadinya gimana? Sudah mulai membaik?" percakapan ini, aku yang memulai setelah bartender menghantarkan Coffee kami di atas meja.
Cangkir coffee yang sedang ia sesap, mendadak berhenti. Lalu sedetiknya, ia melanjutkan menyesap Coffe tersebut. Cangkir coffee itu, ia taruh di atas meja. Barulah pertanyaanku ia jawab hati-hati. Berusaha tenang.
"Masih kayak kemarin, belum ada perubahan. Kami berdua, gak ada yang berani ngomong satu sama lain."
"Sebaiknya Dokter deluan yang ngalah," saranku. "Karena Wanita itu gengsinya tinggi. Dia mau di bujuk dulu."
"Misalnya?" pertanyaan Dokter Milzam spontan membuat kedua alisku mengkerut. Membingungkan untuk di cerna.
"Misalnya apaan?" tanyaku balik, dan dia menatapku lelah.
"Saya bujuk dia, harus pakek sesuatu, kah? Misalnya bunga, coklat, atau sejenisnya?"
"Oh..." aku mengagguk paham. Bahuku keduanya menghendik. "Gak tau juga, sih. Meskipun Wanita sama..., sama-sama mudah ngambekkan, cemburuan, tapi mereka punya keinginan berbeda untuk di ambil hatinya."
"Kalo kamu sendiri? Di bujuk pakek apaan, kalo ngambek?" alis Dokter Milzam terangkat satu. Menunggu dengan sangat, jawaban dariku. Dagunya maju dua senti, saat memberikan pertanyaan.
Aku mendengus. Kemarin, aku pernah marah dan kesal dengannya. Selama berhari-hari, tapi ternyata dia tidak mengetahui kemarahanku bisa reda karena apa? Sungguh, kepekaan manusia satu ini di bawah nol. Minus ku rasa.
"Loh? Harusnya Dokter tau, lah. Kan, kemarin saya sempet marah. Saya sekarang gak marah lagi, Dokter bujuk pakek apaan?" tanyaku balik. Berupaya memancing. Ingin tahu jawabannya bagaimana.
"Harus ada kecelakaan dulu,"
"Astaghfirullah!" celetukku spontan, mendengar jawabannya. Jangan sampai ucapannya menjadi kenyataan lagi. Bisa gawat!
"Dok, tarik ucapan Dokter cepat!" desakku memberi peringatan.
Dia memasang wajah bingung. "Tarik apa?"
"Ya Allah!" kedua telapak tanganku saling mengepal. Dokter Milzam berwajah polos. "Tarik ucapan Dokter tadi. Yang bagian ada kecelakaan!" aku menekan setiap ucapan.
"Oh... Oke, tarik!" jawabanya tenang. Sangat tenang, tidak ada beban! Lalu, dia kembali menyesap Coffee-nya. Seperti biasa.
"Zee," panggilnya pelan, tapi mampu mengagetkanku yang melamun entah memikirkan apa.
"Ya?"
"Maaf, saya ingin bertanya sesuatu yang agak sensitive bagi kamu di rasa." ucapannya berjeda. Cukup lama. Tampak ia menimang-nimang dengan benar, ucapan yang akan ia suarakan. "Kenapa... Kamu sangat takut dengan Lelaki? Apa ada trauma berat yang pernah kamu alami, Zee?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Pangeran Syurgaku (TERBIT CETAK)
RomanceSquel Sandryna & Faisal - Di sarankan membaca novel Jomblo Fisabilillah dahulu 🎖Rank 3 in Sepi (1 Januari 2020) 🎖Rank 2 in Sunyi (1 Januari 2020) 🎖Rank 1 in Koas (27 Desember 2019) 🎖Rank 20 in Pangeran (1 Januari 2020) 🎖Rank 3 in Syurga (3 Janu...