Kencan—
sungguh itu terdengar asing untuk Kim Taeri. Bukan karena dia tipikal gadis polos yang belum sama sekali melakukan hal semacam itu—bahkan dulu Taehyung pernah mengajaknya berkencan sebelum mereka berteman, saat sedang gencar-gencarnya melakukan pendekatan. Hanya saja ketika ini bicara tentang Jimin yang notabene adalah sahabatnya, benar-benar canggung. Walaupun sejak awal memang sudah canggung sekali mengingat bagaimana mereka melakukan pernikahan yang sangat gila dan mendadak ini dan—ah, jangan lupakan semalam! Mereka benar-benar bercinta. Iya bercinta, kata cinta di sini dalam konteks cinta pada sahabat atau lebih dari itu tetapi tidak merujuk romansa sama sekali. Mungkin bisa pula disebut berhubungan badan. Melakukan seks tanpa dasar cinta bukanlah hal sulit selama keduanya menunjukan ketertarikan dalam hal tersebut ; gairah adalah yang paling utama, sejajar dengan persetujuan kedua belah pihak. Di sanalah Kim Taeri dan Park Jimin melepas diri dan mematikan logika, berserah pada nafsu yang meraung-raung minta dipuaskan. Kemudian pagi ini,
kencan. Iya, Park Jimin mengajak kencan.
Jadi apakah ini semacam bulan madu? Rasanya tidak mengingat bahkan semalam mereka sudah berhubungan badan terlebih dulu. Anak, anak dan anak yang menjadi tujuan utama saat ini.
"Kau lihat bagaimana Jungkook tadi? Serius, dia memang lucu sekali. Menggemaskan. Bagaimana bisa dia tiba-tiba bilang kalau menyukaimu padaku? Aku ini suamimu! Haha!" Jimin tertawa terbahak-bahak puas sekali sambil matanya menyipit hampir tak terlihat. Cukup untuk membuyarkan lamunan Kim Taeri yang sekarang sudah memandang sinis sambil duduk di sudut kasur kamar mereka dan menaikan satu kaki ke kaki satunya.
"Jim, kau jadi sengaja ya?" tanya Taeri retorik. Sebenarnya hanya ingin menegaskan bahwa Park Jimin itu sialan. Kalau mengingat masa lampau, Jimin sering sekali seperti ini, terlihat manis dan baik sekali namun sekali bertindak sangat mematikan. Tetapi hal yang 'manis dan baik' tidak berkurang sama sekali karena memang begitulah Jimin. Dia hanya kerap tak suka dengan hal-hal buruk. Menyingkirkan dengan begitu mulus nyaris tak terlihat.
"Tentu saja! Taeri, aku rasa Jungkook benar-benar menyukaimu. Eh, aku tahu sih dari dulu dia memang menyukaimu. Tetapi ini sepertinya berbeda. Dia serius sekali. Tidak terima. Berani sekali bicara begitu, hampir kelepasan di depan ku." Jimin terus berceloteh seperti apa yang dilakukan Jungkook adalah hal yang paling menarik sambil terkekeh senang sekali. Awalnya Taeri memutar bola mata jengah, malas sekali mendengarkan. Tetapi lama-kelamaan kedua sudut bibir Taeri melengkung. Jimin terlihat bahagia, itu rasanya sudah cukup.
"Tetapi bagaimanapun kau tidak seharusnya begitu. Salah langkah bisa-bisa Jungkook tahu tentang rencana kita. Menggoda juga ada batasnya Jimin untuk saat-saat seperti ini. Bohongnya jangan keterlaluan."
Raut wajah Jiminn langsung berubah dan memandang Taeri dengan tatapan bingung seolah yang wanita itu katakan adalah omong kosong. "Apanya yang bohong? Aku benar-benar ingin mengajakmu berkencan kok. Sudah mandi dan rapih begini."
Sekarang Taeri yang melongo—mendadak bungkam sendiri. Butuh beberapa saat untuk memproses keadannya sambil melihat Jimin dari atas sampai bawah ; kaus hitam lengan panjang, rambut acak sedikit berantakan karena baru saja dikeringkan, celana hitam yang menampakkan kaki jenjang dan jangan lupakan kaca mata yang tergantung di bagian dada baju. Iya, sudah rapih sekali dan super tampan sekalipun tanpa setelan khas kantoran yang biasanya. Sejujurnya Taeri suka sisi Jimin yang seperti ini (yang memang lebih sering seperti ini). Jimin dan Taehyung itu bisa dibilang di manapun mereka berada membuat keadaan seperti runway di mana mereka berdua adalah model utamanya. CEO muda yang menjadi buah bibir kekaguman orang-orang. Berbakat, sukses dan tampan.
"Kim Taeri—ah tidak, Park Taeri. Sungguh aneh sekali memanggilmu dengan itu," ujar Jimin kembali terkekeh semakin mendekat. Kedua tangannya menumpu di samping kedua lengan Taeri (pada kasur). Mengunci tubuh wanita itu agar tak ke mana-mana termasuk tatapannya. Hanya boleh pada Park Jimin seorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Plan ✓
Romance[ SUDAH DITERBITKAN TERSEDIA DI TOKO BUKU DENGAN VERSI LEBIH LENGKAP, SERU DAN BERBEDA ] Aku tidak pernah mengerti mengapa gelas-gelas alkohol itu selalu habis namun tidak merusak sedikitpun isi otak Park Jimin. Masih saja pintar, licik dan bajingan...