APP - 12

55K 5K 1K
                                    


Kim Taeri duduk di ruang tengah dengan begitu tenang—atau setidaknya terlihat begitu dalam sekilas jika tidak memandang lebih dari lima detik. Pandangannya kosong, menerawang entah ke mana sekalipun televisi jelas menyala memutarkan serial favorit, dia tidak meliriknya sama sekali. Bergerumul sendiri dengan isi kepala. Jemarinya sibuk menyuapi agar-agar ke dalam mulut dan dikunyah tanpa menikmati sama sekali karena memang ia tak begitu menyukainya. Pagi ini Kim Taeri tak berminat melakukan apapun, patah hati atau apapun itu membuatnya tidak bersemangat bahkan untuk makan sekalipun. Setidaknya dia dapat mengisi perut, tekstur agar-agar sangat membantu dirinya yang bahkan untuk mengunyah saja terasa malas.

Park Jimin, Park Jimin dan Park Jimin. Sukses membuatnya kepalanya seakan ingin meledak karena kebingungan sendiri harus beraksi seperti apa setiap mereka bertatap muka. Membayangkan bahwa dia baru saja dipatahkan hatinya oleh suami dalam pernikahan kontrak yang merupakan sahabatnya sendiri, sudah cukup menjelaskan bagaimana kehidupannya akan kacau ke depannya. Persis seperti semalam setelah Jimin melontarkan kalimat yang ingin membuatnya menusukan garpu ke kerongkongan pria itu, kenyataannya mereka masih harus tidur bersama. Tidur di dalam kamar dan kasur yang sama. Kemudian bangun pagi melihat wajah Jimin pertama kali membuka mata. Untung saja pagi ini ketika dia bangun, Jimin sudah tidak ada sama sekali di rumah.

Kim Taeri tak pernah mengira surga yang sebelumnya dia pikirkan : mendapatkan harta berlimpah dari keluarga Park, berubah menjadi neraka.

'Tenang, Kim Taeri, kau adalah wanita hebat. Tidak ada dalam kamusmu merengek karena cinta sampai dibutakan.' rapal Taeri berkali-kali dalam hati. Lagipula masih banyak daftar pria yang meinginkannya.

Ponsel Taeri tiba-tiba berbunyi dan layarnya menampakan nama salah satu pria yang ada di dalam daftar : Kim Taehyung. Dengan wajah masih ditekuk, Taeri segera mengangkat teleponnya. Selain berada dalam daftar pria yang meinginkannya, Taehyung ada di daftar teratas orang-orang yang menurutnya penting. Perlu diutamakan. Kim Taeri adalah tipe yang mudah bersosialisasi terutama jika menyangkut pekerjaan, tetapi jika membahas tentang hubungan dekat seperti persahabatan, nyaris sulit. Tipe pemilih sekali. Namun ketika dia sudah percaya dan menganggap sahabat, Taeri akan melakukan apapun untuknya.

"Ya, apa?" jawab Taeri langsung tanpa basa-basi.

Taehyung di seberang sana secara otomatis tersenyum. Masih sama dan selalu begitu, suara Taeri yang terlihat seperti tidak ingin peduli padahal jelas kebalikannya, cukup membuat Taehyung terhibur. Pemuda itu tahu sekali jika Taeri tidak peduli, bahkan untuk mengangkat teleponpun tidak akan mau. Ditambah suara Taeri itu menurutnya manis. Merdu. Lucu. Taehyung tahu dia terdengar seperti pria yang tergila-gila pada Taeri, mungkin kenyatannya begitu. Tetapi tentu dirinya tahu bagaimana cara menempatkan diri. Tidak seperti penggemar gila wanita itu di luar sana.

"Wah, tolong yang sopan, Nona Kim. Aku ini investor drama-mu loh. Investor kegiatan-kegiatanmu. Aku berinvestasi besar terhadap karirmu," cerocos Taehyung berlagak serius seperti bos besar—yang memang seperti itu adanya—menggoda Taeri.

Taehyung bisa membayangkan Taeri langsung memasang wajah merengut dengan bibir bagian bawahnya agak dimajukan. Rasanya ingin memeluk tetapi sayangnya jauh. Kalau dekatpun, pasti mendapatkan teriakan Taeri. Belum lagi reaksi lain yang akan dia dapatkan.

Persis seperti apa yang Taehyung pikirkan, Taeri mendengus. "Iya Baginda Kim Taehyung, ada yang perlu saya lakukan? Ah maaf saya lupa mengucapkannya, selamat pagi."

Taehyung kegirangan. Matanya menyipit sambil tertawa-tawa di sofa apartemennya sampai kakinya terangkat. Setiap Taeri menyindir, melontarkan sarkastik atau satire malahan membuat dia semakin suka. Dasar, budak cinta.

"Bertemu—ayo! Ke kantorku ya. Kutungu sampai jam—"

"Tunggu! Tunggu! Kenapa kau jadi seenaknya?"

A Perfect Plan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang